Cinta Dibawah hujan
Suara hujan yang jatuh di atas atap kanopi terdengar seperti denting-denting musik alami. Nayla duduk dengan tangan yang meremas payung birunya, berusaha menahan rasa gugup. Arka di sampingnya duduk lebih santai, namun matanya sesekali melirik ke arahnya. Keheningan yang melingkupi mereka bukanlah keheningan canggung, melainkan keheningan yang penuh dengan pertanyaan yang tak terucap.
“Jadi… kamu pulang ke sini untuk menetap atau cuma singgah sebentar?” tanya Nayla akhirnya, mencoba mencairkan suasana.
Arka menarik napas dalam sebelum menjawab, “Untuk menetap. Aku merasa sudah cukup lelah hidup berpindah-pindah. Kota ini, sekecil apa pun, tetap rumahku.”
Nayla menoleh, menatap wajah Arka yang kini terlihat lebih dewasa. Ada kelelahan yang samar di matanya, tapi juga ada keteguhan. “Aku senang dengarnya,” kata Nayla pelan. “Rasanya aneh kalau aku tahu kamu di sini tapi harus pergi lagi.”
Arka tersenyum tipis, lalu menunduk. “Sebenarnya… salah satu alasan aku kembali juga karena aku ingin menebus sesuatu yang dulu belum sempat aku lakukan.”
“Menebus?” dahi Nayla berkerut.
“Ya. Menebus semua diamku. Semua kata yang tidak pernah aku ucapkan.”
Kata-kata itu membuat hati Nayla berdegup. Ia menatap Arka, mencoba mencari kejujuran di wajahnya. Dan ketika tatapan mereka bertemu, ia tahu bahwa pemuda itu tidak sedang main-main.
“Arka…” suara Nayla hampir bergetar. “Selama ini aku sering bertanya-tanya, kenapa kamu pergi begitu saja. Kenapa kamu nggak pernah cerita. Aku… aku sempat marah, bahkan sempat berusaha melupakanmu.”
Arka menutup matanya sebentar, lalu berkata, “Aku tahu. Aku pengecut waktu itu. Aku takut kalau aku jujur, semuanya akan berubah. Jadi aku memilih pergi dengan diam. Tapi percaya, Nay… aku nggak pernah berhenti mikirin kamu.”
Hati Nayla serasa diremas. Semua perasaan yang ia kubur dalam-dalam selama bertahun-tahun, kini kembali mengapung ke permukaan. Ia teringat malam-malam ketika hujan turun, ia duduk di kamarnya sambil menatap jendela, berharap keajaiban mempertemukan mereka lagi. Dan kini, keajaiban itu benar-benar terjadi.
“Tapi sekarang kita udah beda, Ark,” ucap Nayla akhirnya, mencoba realistis. “Kita udah dewasa, punya jalan masing-masing. Aku nggak tahu apakah masih ada ruang untuk semua ini.”
Arka menoleh cepat, matanya tajam tapi lembut. “Kalau kamu masih merasa yang sama, pasti selalu ada ruang, Nay. Aku nggak peduli seberapa lama waktu sudah berlalu. Aku cuma tahu satu hal: aku masih sayang sama kamu.”
Nayla tercekat. Kata-kata itu sederhana, tapi berat. Ia ingin merespons, tapi hujan yang semakin deras membuat pikirannya semakin kacau. Ia menunduk, membiarkan rambut basahnya menutupi wajah. Dalam diamnya, ia tahu dirinya juga masih merasakan hal yang sama.
Namun, ada ketakutan yang besar. Takut bahwa semua ini hanya sementara. Takut bahwa hujan hanya mempertemukan mereka untuk kemudian kembali memisahkan.
Arka seolah bisa membaca kegelisahannya. Ia mendekat sedikit, lalu berkata pelan, “Kalau kamu takut, biar aku yang jaga semuanya. Kamu cukup percaya sama aku.”
Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Nayla merasa ingin percaya.
Namun di hati Nayla, ia ragu dengan pertanyaan Arka. Di hati yang paling dalam, ia seperti ingin merajut cinta lama yang telah bersemi.
Dengan perasaan yang sangat bimbang dan penuh keraguan, ia hanya mampu berdiam diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments