"Apa kamu baik-baik saja?" Tanya bapak itu dengan suara yang lembut, sambil memeriksa luka-luka di wajah Alfa. Alfa mengangguk, walaupun masih merasakan sakit, ia berusaha untuk tersenyum.
"Terima kasih, pak," Kata Alfa dengan suara yang lembut, sambil menatap bapak itu dengan mata yang berterima kasih. Bapak itu tersenyum dan membantu Alfa untuk berjalan menuju tempat yang lebih aman.
Bapak itu merasa kasihan, ia memberikan minum kepada Alfa yang masih terlihat lelah dan sakit. Setelah merasa tenaganya kembali muncul, Alfa berpamitan untuk pulang. "Terima kasih banyak Pak, kalau begitu saya pamit dulu," kata Alfa dengan suara yang lembut, sambil menatap bapak itu dengan mata yang berterima kasih.
"Mau bapak antar?" tawar bapak itu, merasa kasihan dengan keadaan Alfa yang masih terlihat babak belur. Ia tidak ingin Alfa berjalan sendirian dalam keadaan seperti itu.
"Tidak usah Pak, terima kasih banyak," kata Alfa menolaknya dengan lembut, sambil tersenyum sedikit. Ia tidak mau menyusahkan bapak itu setelah membantunya. "Saya bisa jalan sendiri, Pak," tambahnya, sambil memegang botol minuman yang diberikan oleh bapak itu.
Bapak itu mengangguk, walaupun masih terlihat khawatir. "Baiklah, kalau begitu hati-hati di jalan, dan jangan lupa untuk membersihkan luka-luka itu," kata bapak itu, sambil menatap Alfa dengan mata yang penuh perhatian.
Alfa mengangguk dan tersenyum sedikit, sebelum berbalik dan berjalan pulang. Bapak itu menatapnya hingga Alfa hilang dari pandangan, sebelum berbalik dan berjalan ke arah yang berlawanan.
Di perjalanan, tidak ada yang peduli padanya sekali pun wajahnya penuh dengan luka. Mereka yang melihat Alfa dengan perasaan curiga dan takut, seolah-olah Alfa adalah orang yang berbahaya. Orang-orang berlalu-lalang, tidak ada yang memperhatikan keadaan Alfa yang memprihatinkan.
Perjalanan yang memakan waktu lama itu, akhirnya ia pun sampai di rumah. Ia membuka pintu dengan kunci yang tersembunyi di saku celananya. Saat masuk ke dalam rumah, ia melihat ibunya yang masih terbaring di atas kasur lusuh itu. Alfa merasa hati yang pedih, melihat ibunya yang sakit dan lemah.
Alfa mengelap wajahnya dengan sapu tangan, ia tak mau jika ibunya melihat wajahnya yang penuh luka itu. Itu akan menambah kekhawatiran pada ibunya yang sakit.
Ia ingin ibunya merasa tenang dan tidak khawatir tentang dirinya. Dengan hati yang berat, Alfa mencoba untuk menyembunyikan luka-lukanya dan memasang senyum palsu di wajahnya. "Ibu, aku sudah pulang," kata Alfa dengan suara yang lembut, sambil mendekati ibunya.
Ia berharap jika ibunya tidak melihat luka di wajahnya itu.
"Ibu, Ibu," panggil Alfa dengan lembut, sambil mendekati ibunya yang terbaring di atas kasur. Tapi Alfa melihat wajah ibunya pucat, ia menjadi sangat khawatir. "Ibu, ibu!" panggil Alfa, tapi ibunya tidak menyahut, membuat Alfa semakin panik.
"Ibu! Ibu!" panggil Alfa sambil memegang tangan ibunya. Tangan ibunya terasa dingin, tidak seperti biasanya. Alfa merasa ada yang tidak beres, dan ia mulai merasa takut. "Ibu, ibu!" panggil Alfa, detak jantungnya semakin cepat, ia merasa ada yang aneh pada ibunya itu.
Alfa meletakkan telinganya di dada ibunya untuk mendengar detak jantungnya, tapi ia tak mendengarnya. Ia pun memeriksa nadi di pergelangan tangan dan leher ibunya, tapi tidak ada denyutan lagi. Alfa merasa seperti terkejut, ia tidak percaya apa yang sedang terjadi. "Tidak, tidak mungkin!" Kata Alfa, sambil mengguncang-guncangkan tubuh ibunya. "Ibu, bangun! Ibu, jangan tinggalkan aku!" Panggil Alfa, sambil menangis.
Alfa merasa seperti dunia telah runtuh, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia hanya bisa menangis dan memanggil nama ibunya, berharap bahwa ibunya akan bangun dan menjawab panggilannya. Tapi, ibunya tetap diam, tidak bergerak, tidak bernapas. Alfa merasa seperti telah kehilangan satu-satunya orang yang paling ia cintai di dunia ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments