[POV 1: MC cerita ini adalah Asana]
Namaku Asana.
Sebelumnya, aku adalah Customer Malaikat Maut — bertugas mencabut nyawa manusia di bumi. Tugasku sederhana: siapa pun yang hidup tanpa rasa syukur, ajalnya akan datang lebih cepat.
Tapi... kenapa aku malah diturunkan dari surga?
Semua bermula dari satu kesalahan kecil. Suatu hari, aku salah mengkonfirmasi ucapan seorang manusia yang berkata, "Aku ingin mati saja."
Padahal dia hanya bercanda.
Aku dan malaikat pencabut nyawa bingung.
Kesalahan itu membuat para penjaga neraka ingin menjatuhkan diriku dari surga.
Sebuah pertarungan pun terjadi. Aku menang... tapi tetap kalah di mata Tuhan.
Sebagai hukuman, aku dijatuhkan ke sebuah dunia asing — dunia di mana manusia dan robot hidup berdampingan.
Di bumi, aku harus menjalani hidup sebagai manusia biasa.
Tapi bumi... lebih kejam dari yang kukira.
Intrik, kriminal, dan teknologi perang yang mengerikan menguasai peradaban.
Bahkan lebih brutal dari Mystic World, tempat penuh Qi, chakra, dan senjata tajam yang dulu kulihat sebelum aku naik ke surga.
Invasi makhluk bernama Eclipse juga ikut mengeruhkan suasana.
Kini, sebagai seorang mantan dewi surga dan mantan pekerja divisi maut...
Bisakah aku bertahan di dunia ini dan menemukan jalan kembali?
Atau... mungkinkah takdirku berubah selamanya di dunia mecha ini?
...
Pada suatu hari aku melihat seorang pendaki yang tersesat di hutan. Aku bebas melihat siapa pun yang ada di bumi, karena aku bertugas sebagai customer malaikat maut.
Aku melihat seorang manusia dalam keadaan sekarat. Jika kedepannya dia akan bernasib buruk, maka aku putuskan untuk memerintahkan malaikat maut untuk mencabut nyawa orang itu.
Orang itu mengalami langit.
"Aku sangat banyak melewati penderitaan. Lebih baik aku mati saja." Ucap orang itu karena merasa kesal.
Kemudian dia menatap keatas langit.
Seakan Tuhan berada di sana.
Dalam doanya, "matikan aku sekarang.''
Bahkan hamba tersebut rela memakan rumput, tanah yang kotor, serta zat yang bisa meracuni tubuhnya.
Aku tidak bisa membiarkan orang itu keracunan.
"Jangan-jangan dia ingin bunuh diri?"
Sebelum hal buruk itu terjadi, aku langsung menghubungi malaikat Ijroil.
"Bro, ada pekerjaan baru."
Aku menyeruput jus dari surga.
"Enak sekali kamu." Katanya.
Mungkin dia iri ketika aku minum air buah dari surga.
Aku langsung menanggapi itu dengan hormat.
''Kamu lebih enak. Setiap hari bisa punya Quest seperti game Open World.''
Izrael bertugas sebagai pencabut nyawa.
"Pujianmu cukup membuatku senang. Sepertinya aku akan melaksanakan tugasku."
Seorang pendaki yang memakan suatu zat berbahaya itu, telah mati. Mungkin itu seperti yang dia inginkan.
"Semoga tuhan mengampuni dosamu." Itulah doa yang kupanjatkan untuknya.
•••
Satu jam kemudian... Pendaki yang sudah mati itu ada di alam roh dan berkata, "kenapa nyawa saya dicabut?! Padahal saya hanya bercanda!"
''Wah, sayang sekali. Jasadmu sudah dimakan beruang." Itulah kata Izrael.
"Alahmaaaa! Tuhan tidak bisa diajak bercanda!" Orang mati itu telah menjadi roh, dan dia masih sempat untuk kesal.
Tapi aku berpikir: Untungnya, Ijroil pintar ngeles.
...
Setelah satu menit berlalu, partner dalam satu pekerjaan divisi maut berkata, "Asana... ternyata ada kesalahan."
"Apa yang salah?" Aku bergumam, melihat riwayat seorang yang baru saja tercabut nyawanya tadi.
Untungnya lingkaran sihir menunjukkan keseharian orang itu.
Aku bertanya pada dua malaikat pencatat amal, ''wahai Rokib dan Atid, apakah orang ini kesehariannya beramal baik?"
Tiba-tiba Atid menjawab, ''apanya... dia orang yang selalu tidak bersyukur."
"Nah!'' Jawabku, ''aku tidak ada kesalahan bukan? Orang itu pantas mati."
Rokib menyela pembicaraan, "Tunggu! Tapi konfirmasi kamu sepertinya masih salah. Orang yang baru saja mati tadi adalah hamba yang masih ingin bertaubat... aku yakin kamu akan bersalah."
"Hah... tidak mungkin... aku ini dewi yang mulia. Pangkatku lebih tinggi darinya."
Setelah itu Izrail berkata untukku, ''jangan aman-aman saja... Iblis pun pernah ada di surga."
"Pergi dan urusi Quest Open World mencabut nyawa saja sana.''
...
Hari ini aku kedatangan tamu yang tidak diundang.
Dia selalu mengeluarkan ekspresi aura sangar, mungkin jika manusia melihat malaikat ini, aku yakin dia akan takut.
Malik terlihat kesal padaku. Dengusan darinya mengeluarkan asap yang tebal.
"Meski kita beda server, bukan berarti kita musuhan."
Seketika malik menjawab, ''siapa yang akan memusuhi kamu. Aku hanya diperintah oleh Tuhan untuk menangani suatu kesalahan."
Itu cukup membuatku merinding.
Aku hanya tertawa sambil bergumam.
"Ayo para rekanku! Sekarang giring Asana untuk keluar dari surga," dengan seenaknya, dua rekan Malik memasang rantai pada kedua tanganku.
"Tolong ampuni aku!"
"Ini hukuman untukmu kamu yang tidak teliti dalam bekerja."
"Hai, aku lebih baik darimu karena sudah punya pekerjaan... Wahai Malik, kamu pun belum punya pekerjaan... kiamat belum terjadi bukan?"
Malik semakin geram, bahkan menjatuhkan rokoknya ke lantai surga.
"Ternyata mulutmu lebih hina dibanding manusia yang maksiat. Kau tidak pantas ada di surga."
"Aku cuma mengatakan fakta, bukan memfitnah dirimu.'' Ucapku dengan tegas.
Rantai-rantai terbuat dari besi panas membatasi pergerakan kedua tanganku.
"Hentikan!" Aku berteriak karena kesakitan.
Aku menendang kedua asisten malik dengan kaki kananku.
"Haha, mudah sekali." Aku tertawa.
Aku hanya memerlukan waktu dua detik untuk mementalkan dua immortal itu.
Malik mengangkat tongkat yang selama ini belum pernah aku ketahui.
"Bukankah itu tongkat penyiksa orang masuk neraka?"
Itu berbentuk duri-duri tajam di setiap ujungnya, manusia yang masuk neraka, pasti akan lebih tersiksa di hari kiamat.
''Tidak kusangka,'' ucap Malik tertawa, ''kamulah yang pertama merasakan siksa api neraka sebelum kiamat tiba!''
Serangan dari tongkat penyiksa umat manusia yang berdosa, akan tetap mengenaiku.
Aku hanya bisa mengeluarkan lingkaran pelindung yang memiliki motif bunga-bunga.
"Wah, aku akan ingat orang pertama yang pernah aku siksa." Malik tertawa puas.
Sebelum dia memukulkan tongkat berduri yang mengeluarkan panel cahaya untukku... untungnya, posisiku cukup berada jauh darinya.
Cahayanya cukup menyilaukan, tapi lingkaran Qi milikku tidak kalah kuat untuk menahan serangannya.
Serangan ini cukup berat untuk aku tahan.
'Bagaimana ini?!'
Aku tidak ingin disiksa, bahkan jika aku berbaur dengan manusia, aku tidak akan tahu siapa mereka.
Dan akhirnya aku tidak merasakan lagi suatu beban dari serangan itu.
Karena Qi milikku mulai pecah berkeping-keping.
Suatu cahaya biru menyilaukan penglihatan diriku. Dan aku benar-benar terpejam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments