HAPD_BAB 5

Fayola bangun dipagi hari saat matahari mengusik tidurnya, gadis itu mengerjap dan membuka matanya dan ternyata ia masih di apartemen Calvin si dosen killer dan mesum.

Bagun dari tidurnya, Fayola melilitkan selimut ditubuhnya, ia telat bangun lantaran menjelang pagi Calvin membuatnya kembali mendesah berkali-kali. Dan sekarang pria itu tidak ada saat dirinya membuka mata.

Setelah membersihkan diri, Fayola menatap kesekeliling, ia bingung harus memakai apa sedangkan bajunya kemarin sudah tak berbentuk lagi.

Dengan masih menggunakan handuk yang melilit ditubuhnya Fayola berjalan menuju lemari besar sudut ruangan, gadis itu membuka pintu lemari berwarna putih dan matanya membulat sempurna saat melihat deretan pakaian wanita tergantung bahkan labelnya pun masih terpasang. tatapan Fayola turun dan menarik laci di dalam lemari itu ia bisa melihat dengan mata kembali takjub bagian pakaian dalam wanita.

"Milik siapa, tidak mungkin kan dosen mesum itu menyiapkan untuk ku." Fayola bergumam dan bergulat dengan pikirannya.

Ting

Ia menoleh kebelakang di mana ponselnya bergetar bertanda ada pesan masuk.

Dengan cepat Fayola meraih ponselnya, dan ia membaca pesan yang masuk.

"Pakaian wanita itu milik mu semua, kamu bisa memakainya, dan password apartemen adalah tanggal lahir mu. Dan jangan macam-macam saat aku pergi kau mengerti baby!" 

Fayola membaca pesan dari nomor baru, namun ia tahu dari siapa pesan itu.

"Kapan dia menyiapkan semua itu." Pikirannya lagi.

Tapi karena sudah terlambat pergi kekampus, Fayola bolos dijam pertama, tidak mungkin ia buru-buru dan sudah pasti akan terlambat.

Dengan memilih banyaknya pakaian, Fayola memilih dress berwarna mocca yang memiliki potongan leher tinggi, ia ingat jika Calvin memberikan banyak jejak dileher bahkan hampir sekujur tubuhnya.

"Ish, bahkan bau pria itu seperti ada di mana." keluhnya saat hidungnya mencium aroma Calvin dimana-mana.

Fayola keluar dari apartemen untuk menuju kampus, ia sudah mengirim pesan pada pelayan dirumah jika dirinya tidak pulang dan menginap dirumah temanya. Karena pasti bibik dirumahnya menunggunya pulang jika tidak diberi kabar.

*

*

Di kampus Fayola tidak banyak bicara, hanya seperlunya saja dengan Wilea karena ternyata dosen tiba-tiba mengadakan tugas mendadak membuat mereka semua fokus pada materi dan soal.

Fayola mengerjakan semua dengan tenang, ia tidak mengalami kesulitan sehingga selesai dengan cepat. Setelah itu Wilea ikut menyusul dan mereka kini berjalan beriringan menuju kantin.

"Kenapa datang telat, untung jam pertama bukan pak Calvin. Jika dia habis kamu." Ucap Wilea sambil menunjukan wajah takut.

Fayola sudah tahu jika dosen pertama bukan Calvin jadi dia tidak takut akan merasa terintimidasi.

"Aku hanya kelelahan dan bangun kesiangan," Jawab Fayola.

"Ish, kenapa jawabanmu seperti pengantin baru saja." Tukas Wilea.

Fayola meringis ia bergumam dalam hati, "Lebih tepatnya bukan pengantin baru, bahkan kami tidak memiliki ikatan apapun."

Fayola hanya bisa menyimpan rahasianya sendiri, ia malu dan juga tidak ingin di pandang sebelah mata oleh sahabatnya. Fayola tidak memiliki siapapun kecuali Wilea yang menurutnya baik dan tulus.

Keduanya memasuki kantin untuk makan siang, kebetulan Fayola begitu lapar saat tadi hanya bisa minum susu saja. Tidak sepadan dengan tenaga yang ia kelurga menjelang pagi tadi, meskipun semalam sudah diberi makan hanya dua telur.

"Dua telur." Gumam Fayola mengingat Calvin membuatkan dua telur untuknya. Tiba-tiba wajah Fayola terasa hangat, bayangan percintaan panas meskipun dirinya sering mengeluh lelah namun saat sentuhan Calvin mendominasi hanya ada desahan dan erangan yang ia keluarkan.

"Yola, kamu pesan apa?"

Wilea menyadarkan lamunan Fayola yang liar.

"Em samakan saja, kebetulan aku sangat lapar." Katanya sambil menyeringai lebar.

"Tumben." Gumam Wilea, namun tetap memesankan makanan sama dengannya.

Biasanya Fayola tak pernah makan makanan yang berat seperti Wilea, tapi hari ini pengecualian.

Pukul tiga sore jam kuliah keduanya selesai, Fayola mengajak Wilea untuk main kerumahnya. Namun karena Wilea sedang ada keperluan gadis itu menolak dan Fayola pun pulang sendiri.

Sampainya dirumah Fayola sudah disambut oleh kakaknya yang berpangku kaki sambil menghisap sebatang rokok pria itu tersenyum menyambut kedatangan adiknya.

"Sejak semalam aku menunggumu, tapi kau tidak pulang." Lino mengembuskan asap rokoknya keudara.

Sedangkan Fayola meremas tali tasnya dengan wajah pias.

"U-untuk apa kak Lino menungguku." Tanyanya dengan suara tercekat.

Biar pun kakak tapi Valino atau yang biasa dipanggil Lino itu tidak pernah baik padanya, yang ada Fayola terus di sakiti baik kata-kata ataupun secara fisik. Ethan kesalahan apa yang Fayola perbuat hingga dirinya di perlakukan seperti itu oleh Lino.

Lino tersenyum miring, "Tidak perlu pura-pura bodoh, aku tahu kau sedang dekat dengan seorang pria."

Deg

Tubuh Fayola menengang dengan keringat dingin di punggungnya, bagaimana bisa Lino tahu, apa dia memata-matai dirinya.

Lino berdiri dari duduknya dan berhadapan dengan Fayola yang berdiri menunduk.

Lino tersenyum miring, "Berikan apa yang aku minta, maka kau akan aman tanpa kedua orang tua tahu. Jika mereka tahu jelas kau tahu apa akibatnya." Lino bicara santai namun terdengar sebuah ancaman untuk Fayola.

Fayola mengangkat wajahnya dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca. Ia tidak akan sanggup menanggung kemarahan kedua orang tuanya.

Fayola menggeleng, "J-jangan beri tahu mereka kak, aku-"

"Bagus, lebih baik kau beri kau uang banyak untuk tutup mulut." Lino mencekram dagu Fayola dengan senyum smirk. "Maka semua akan aman ditangan ku adikku jalang."

Fayola memejamkan matanya dengan air mata yang sudah luruh, ia tidak menyangka jika kakaknya akan menggunakan cara ini untuk mengancam dan memerasnya.

"Masih ingat bukan nomor rekening, kalau tidak biar aku kirim kembali." Senyum Lino begitu menyebalkan untuk Fayola, pria itu pergi sambil bersiul riang setelah merampok uang adiknya.

Fayola menatap nanar ponselnya, meskipun uang yang diberikan Calvin cukup banyak, tapi dirinya tidak ingin terjebak dalam permainan Lino yang tidak pernah habis untuk memerasnya, Fayola yakin Lino akan menggunakan ancaman dirinya untuk kembali mendapatkan keuntungan.

"Non Yola sudah pulang." Bibik keluar dari dapur degan senyum melihat anak majikanya sudah kembali.

Fayola mengusap wajahnya yang basah dan tersenyum, "Sudah bik,"

Fayola naik keatas menuju kamarnya, ia tidak tahu harus melakukan apa agar kakaknya itu tidak akan mempersulit dirinya lagi m Fayola tahu resiko apa yang harus ia terima jika kedua orangtuanya tahu dirinya sudah seperti jalang pemuas pria.

"Ini semua gara-gara Arcel." Fayola melepar tasnya kesembarang arah.

Gara-gara pria itu dirinya terjebak dengan dosen seperti Calvin. Jebakan Arcel membuatnya harus berurusan dengan dosen mesum seperti Calvin. Meskipun ia akui jika karena Calvin dirinya tahu bagaimana rasanya bercinta. Namun bukan itu yang Fayola inginkan, gara-gara pria panas itu Fayola sudah seperti seorang gadis yang haus akan se*k, permainan Calvin membuat Fayola ketergantungan sendiri.

Terpopuler

Comments

🍌 ᷢ ͩ 👏Mojito🏚️²²¹º

🍌 ᷢ ͩ 👏Mojito🏚️²²¹º

tuh kk kandung apa cuma anak dajjal ngaku kk sih thor, kerjaan nya cuma bisa mengancam n menindas doank 😒

2025-08-17

0

Erna Fadhilah

Erna Fadhilah

ayo pak dosen kalau kamu masih ingin sama yola bantu dia dari lino, agar yola tenang

2025-08-19

0

*Septi*

*Septi*

sudah habis dimakan sama itu dosen malah 🫣

2025-08-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!