DI DALAM ARENA.
Kael yang masih menunggu ujian di mulai melihat sekeliling mengamati wajah-wajah yang ia tau bahwa mereka akan berpengaruh besar di dalam cerita novel yang ia masuki ini, Kael melirik arah depan lalu ke kanan dan melihat gadis berambut biru tua selaras juga dengan warna matanya ,itu adalah 'Lyria Elviss' yang di kenal sebagai putri bangsawan yang dingin bukan karna sifat nya tapi karna dia hanya tidak tau cara bergaul dengan orang lain dan dia adalah Heroine utama buat Leon di dalam novel ini.
"Itu dia salah satu Heroine Leon." Kael bergumam pelan agar orang lain tidak mendengar terutama Claris.
Saat kael ingin melihat ke arah lain, seorang instruktur sihir dengan suara berat namun santai terdengar dari tengah lapangan arena.
"Selamat datang di Akademi calestia,Ujian penerimaan akan kita mulai." Ia menatap sekeliling laku melanjutkankan.
"Ujian ini terbagi menjadi dua tahap, yang pertama pemeriksaan mana dan elemen apa yang kalian kuasai dan yang kedua adalah duel 1 lawan 1 hal ini bertujuan untuk menilai seberapa mampunya kalian menguasai kekuatan itu Dan dari sinilah kita tau siapa yang pantas menempati kelas tertinggi dan siapa yang masuk ke kelas terendah memulai semuanya dari dasar."
"Kalian harus tetap tenang...kalian akan maju sesuai saat nama kalian di panggil." instruktur menutup pernyataannya,
Dan dari belakang instruktur itu muncul lima orang pengajar akademi yang berdiri berdampingan sambil mengeluarkan catatan mereka.
"Mereka akan mencatat dan memutuskan bahwa kalian akan masuk ke kelas mana jadi langsung saja nama pertama, Darren Thorn."
Semua mata dan Kael juga langsung segera melirik ke arah orang yang namanya di sebut itu 'Darren Thorn' seorang pria berambut cokelat dengan wajah sombongnya berjalan menuju tengah arena.
Kael menyipitkan matanya karna tau orang ini adalah sampah yang hina untuk sekelas bangsawan dia hanya peduli dengan wanita bahkan dia tau kalau Darren ini juga pernah mengincar Claris dan dia lah juga orang yang akan selalu menganggu dan menjadi musuh Leon.
"Ini dia orang yang paling ku benci di sini.." Kael bergumam dan menghela nafas lalu melihat ke tengah.
Daren berdiri di tengah lapangan , instruktur itu mengeluarkan bola kristal dan meletakannya di tengah arena "Letakan tangan mu di atas maka bola ini akan bersinar sesuai dengan elemen sihir yang bisa kau kuasai dan gunakan."
Darren ia meletakan tangannya di atas bola lalu seketika bola itu bersinar terang dengan lima warna Merah,biru,hijau,coklat dan yang terakhir berwarna emas yang berarti Darren bisa menggunakan empat sihir dasar dan satu sihir spesial,semua mata menatap dengan kagum dan terkesan tetapi Kael tidak bereaksi apa apa begitu juga dengan Claris malah dia menatap dengan jijik bukan ke sihirnya melainkan ke Darren itu sendiri.
Ujian terus berlanjut satu persatu namanya di panggil dan maju ke depan kebanyakan yang memiliki darah bangsawan atau penyihir hampir rata bisa menggunakan seluruh elemen dasar dan sebagian murid dari kalangan warga biasa paling banyak hanya bisa menggunakan dua elemen saja.
Dan akhirnya Leon di panggil , Begitu Leon menempelkan tangannya di bola itu Cahaya elemennya beragam dan bahkan melebihi dari lima dan lebih mungkin enam atau tujuh tidak ada yang tau ada berapa warna yang tercampur menjadi satu, seluruh siswa maupun instruktur yang lain terkejut,bahkan Claris juga menganga tetapi Kael lah yang paling santai.
Keadaan belum reda dan masih terdengar suara riuh dan bisikan beberapa murid , Leon sudah kembali ke kursinya sambil sedikit terkejut "Kalian bisa mulai tenang kita akan lanjutkan ujiannya, Claris Rosevale silahkan majum" ucap instruktur itu.
Claris bangkit dari kursinya dan berjalan ke tengah arena dan setiap langkahnya gaunnya berkibar dengan anggun, dia segera meletakan tangannya dan lagi-lagi bola itu bersinar dengan dengan warna berbeda sama seperti beberapa beberapa putra atau putri yang memiliki darah bangsawan atau penyihir.
Claris berbalik lalu berjalan ke kursinya di sebelah Kael. Suara instruktur terdengar kembali memanggil nama selanjutnya.
"Kael." Ucap instruktur.
Kael segera bangkit dari kursinya menuju tengah Arena "Ayolah kekuatan ku jangan terlalu memalukan dan jangan juga terlalu berlebihan." dia berbicara dalam hati.
Tangannya menyentuh bola kristal. Seketika cahaya bersinar,Bukan satu atau dua melainkan lima elemen sekaligus.
Suasana kembali riuh murid murid menatap dengan mata membelalak dan para instruktur memandang satu sama lain karna terkejut, sementara Kael memejamkan matanya karta tau ini akan terjadi.
"Ah....sial kenapa bisa begini...." katanya dalam hati.
Claris dari bangkunya juga menganga melihat Kael ,Saat Kael sudah duduk kembali di bangkunya, Claris langsung melirik dan bertanya "Kamu... Bagaimana kamu bisa...?kau hanya warga biasa!!"
"Aku juga tidak tau....aku gak menyangka hal ini." jawab Kael singkat.
Murid demi murid di panggil dan dalam kurun waktu satu jam lebih akhirnya ujian tahap pertama selesai.
Instruktur itu melihat semua daftar nama dan semuanya sudah di panggil untuk melakukan uji pertama "Bagus semuanya, ujian sesi pertama selesai, kami melihat murid murid yang memiliki bakat luar biasa pada angkatan tahun ini dan sekarang saatnya ujian tahap dua akan di mulai."
"Kami akan memanggil nama kalian untuk bertanding satu lawan satu , bagi namanya dipanggil segera maju ke depan." Instruktur itu mendekati kelima pengajar sedang berdiskusi siapa yang akan maju pertama.
Kael bersandar di kursinya sambil bergumam "Leon akan maju pertama melawan Darren dan di sinilah awal mula Darren membenci Leon karna mengalahkannya."
Claris melirik Kael "Huhh...kenapa sih kamu selalu bergumam sendiri?kamu masih waras kan?" kata Claris dengan sedikit sarkastik.
Kael memutar matanya melihat Claris .
"Tentu aku masih waras nona Claris,itu hanya kebiasaan buruk ku saja."
Claris menghela nafas "Bisa tidak kamu berhenti memanggilku dengan kata 'nona'? Kita sekarang sesama murid akademi, setidaknya coba...panggil aku dengan nama ku...saja?" ucap Claris sambil sedikit menahan rona merahnya.
"Baiklah Claris?kau senang sekaran?" Kael menatap ke mata Claris.
Pipi Claris memerah dan dia menutupinya dengan tangannya "Yah... seperti itu saja."
Kael melihatnya dengan sedikit menggeleng menganggap ini lucu.
Suara instruktur itu terdengar lagi di tengah tengah Arena "Kami sudah memutuskan siapa yang akan maju pertama. Darren Thorn dan Kael silahkan maju."
Kael seketika membeku tak bergerak.
"Eh? aku? aku yang maju pertama?tapi...di dalam novel aslinya Leon melawan Darren yang pertama...kenapa malah aku?."
Kael tidak bergerak dari kursinya masih membeku sementara Darren sudah di bawah di tengah lapangan sambil menunggu Kael, Claris menggoyangkan tubuh Kael mencoba menyadarkannya dari lamunan.
"Hey...Kael sadar lah dan maju." Ucap Claris sambil mengguncang tubuh Kael.
Kael seketika tersadar "Oh...terima kasih Claris." Kael langsung berdiri berjalan ke arah tengah Arena berhadapan dengan Darren.
Darren menatap ke arah Kael dengan senyuman merendahkan,Kael melihat ke Darren dengan tatapan benci.
"Baiklah kalian yang akan bertanding duluan, ingat peraturan ini, jangan saling membunuh, ini hanya sebagai ujian tanding jadi jangan sampai melukai satu sama lain terlalu parah, kalian mengerti ?" Ucap Instruktur itu dengan tegas.
Kael dan Darren menjawab serentak
"Mengerti" Ucap Darren.
"Mengerti" Ucap Kael.
Instruktur itu melanjutkan sambil mengangkat tempat senjata dengan sihirnya "Silahkan pilih senjata kalian jika di perlukan."
Darren langsung mengambil pedang ringan, sementara Kael hanya melirik ke arah senjata.
"Aku tidak memakai senjata apa pun." Kael berkata dengan cepat.
Dengan pernyataan itu Darren tertawa "Hei...Kau ingin cepat mati?"
Kael menatap ke arahnya dengan tajam "Aku ? Mati? Tidak...kau pasti bercanda,aku hanya akan menggunakan tangan kosong."
Senyum sombong Darren menghilang di gantikan oleh tatapan dingin "Kau benar-benar sangat percaya diri , huh? "
Instruktur menyela mereka "Baiklah Ujian akan segera kita mulai kalian mundur dan bersiap."
Kael dan Darren mengambil posisi mereka , Darren dia mengarahkan pedangnya ke arah Kael penuh dengan dendam, sementara Kael melakukan peregangan sedikit sambil berpikir harus pakai teknik dan bela diri apa untuk melawan Darren.
"Mari kita coba Taekwondo terlebih dahulu." Kael membuka kakinya satu kakinya di depan dan kakinya satu lagi di belakang menahan, dia memiringkan tubuhnya jelas santai dan matanya tetap melihat tajam ke arah Darren.
Seketika seluruh pandangan menuju Kael, bahkan Darren matanya semakin menyipit. Claris yang di bangkunya mengangkat alisnya dengan rasa penasaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments