05

" jika anda suaminya, saya harap anda dapat menjaga istri anda dengan baik, saat hamil muda seperti ini sangat rawan terjadinya keguguran, " terang sang dokter.

Jonathan tak menyahuti perkataan dokter tersebut, dirinya hanya diam membisu berdiri layaknya sebuah patung, ia tak tahu harus berekspresi seperti apa, jantung nya berdegup kencang ada rasa yang tak dapat di ungkapkan dari dalam lubuk hatinya yang paling dalam. Nadia hamil dan itu adalah darah dagingnya sendiri dengan kata lain ia akan menjadi seorang ayah.

" Bagaimana. Ini apa yang harus aku lakukan? apa aku harus menikahinya untuk bertanggung jawab?, tetapi bagaimana jika Dewi mengetahui hal ini?.  dia pasti akan membenciku dan meninggalkan ku.  itu tidak boleh terjadi, aku sangat mencintainya," ujar Jonathan dalam hati.

" Dimana aku," suara lemah terdengar dari mulut Nadia ketika ia mulai sadar dari pingsannya.

" Ibu sekarang sedang berada di klinik kesehatan. ibu mengalami pendarahan, beruntung suami ibu cepat tanggap dan segera membawa Anda kemari. sehingga janin dalam kandungan ibu masih bisa di selamatkan," ujar sang dokter.

Nadia pun terdiam matanya melirik ke arah lelaki tampan yang berdiri tak jauh dari tempat berbaring.

" Janin, jadi saya hamil," ucap Nadia suaranya mulai bergetar karna menahan tangis.

" Benar, saat ini ibu Tengah hamil dan usia kandungan ibu sudah berjalan 2 Minggu,".

Tes . . .

Air mata Nadia pun seketika luruh membasahi wajahnya yang dipenuhi oleh jerawat. Ia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya ia menangis tanpa suara dan hanya menimbulkan suara isakan. Hancur, semua telah hancur, nasib buruk telah menghampiri dirinya.

Selama ini ia telah berjuang untuk menggapai cita-citanya, pergi merantau meninggal kedua orang tuanya untuk berkuliah di universitas yang ia impikan, agar kelak ia bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dan bisa mengangkat derajat kedua orang tuanya. Namun kini harapan itu lelah pupus, ia telah mencoreng nama baik orang tuanya dan melempari kotoran ke wajah mereka. Hamil tanpa suami apa yang akan di katakan oleh warga di kampungnya nanti.

Huff. . .

Menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya, mencoba untuk menenangkan diri.

" Dokter," panggil Nadia.

" Iya,".

" Apa di sini dapat melakukan aborsi," ucap Nadia penuh keyakinan.

" NADIA," bentak Jonathan saat mendengar perkataan yang dilontarkan gadis itu. Ia tak menyangka bahwa Nadia benar benar akan melakukan hal itu.

" Saya ingin menggugurkan janin ini," ucap Nadia lagi tanpa memperdulikan bentakan dari Jonathan.

" Saya tidak bisa melakukannya, hal itu sangat beresiko untuk diri anda sendiri," ucap sang dokter.

Dengan wajah memerah dan rahang yang mengeras Jonathan melangkah mendekati Nadia dan lagi lagi tangan kekarnya mencengkram erat leher gadis itu.

" Jika kau berani mengatakan hal itu sekali lagi, aku tidak akan segan-segan untuk mematahkan lehermu," ancam Jonathan. Nadia yang merasa ketakutan pun memilih diam karna jujur saja saat ini dirinya belum siap untuk mati.

" Apa yang anda lakukan, apa anda ingin membunuh istri anda di klinik saya," ucap dokter itu dan seketika Jonathan pun melepaskan cengkraman tangannya pada leher Nadia. Gadis itu pun terbatuk karna merasakan nafasnya yang sesak dan perih di tenggorokannya.

" Aku akan bertanggung jawab atas kehamilan mu, dan akan menikahi mu hingga anak itu lahir," ucap Jonathan dengan suara datar.

Tangis Nadia kembali pecah, hidupnya benar benar kacau saat ini, mengandung anak dari tunangan sahabatnya sendiri dan menikah dengan laki-laki itu. Berapa banyak hati yang akan terluka karena dirinya.

" Rawat dia Hingga membaik dan jangan biarkan dia melakukan yang membahayakan kandungan nya, sebentar lagi anak buahku akan tiba untuk mengawasinya," ujar Jonathan pada dokter dan setelah mengatakan itu ia berlalu pergi meninggalkan ruang rawat NADIA.

Tak berselang lama masuklah dua orang pria bertubuh tinggi besar mengenakan setelan jas berwarna hitam dengan celana bahan dan sepatu pantofel layaknya seorang bodyguard. Tanpa mengatakan apapun kedua orang tersebut lalu berdiri tegak di kedua sisi pintu.

" Siapa kalian," tanya Nadia yang mulai merasa ketakutan.

" Kami diperintahkan tuan Jonathan untuk mengawasi anda," ucap salah seorang pria berjas itu.

" Aku bukan narapidana yang harus kalian awasi," ucap Nadia mulai jengah dengan kelakuan Jonathan.

" Apa bos kalian memiliki sifat tempramental, setelah menyiksa tubuhku hal apa lagi yang akan dia lakukan selanjutnya," tanya Nadia pada dua orang bodyguard tersebut. Tidak ada sahutan kedua orang bodyguard itu hanya diam dan melirik ke arah leher Nadia yang terdapat memar bekas cekikan.

Karena merasa ocehannya tidak ditanggapi, gadis itu pun memilih untuk memejamkan matanya, tubuh dan kepalanya terasa sangat sakit. Ia mencoba untuk pasrah dan menjalani takdir yang telah tuhan gariskan untuk nya, bukankah tuhan tidak akan membiarkan cobaan melebihi batas kemampuan umatnya.

Tiga hari telah berlalu, kini kondisi Nadia telah membaik dan sudah di perbolehkan untuk pulang. Ia di antarkan oleh dua orang bodyguard yang telah mengawasinya beberapa hari ini menuju tempat tinggal nya. Saat tiba di kamar kos segera ia meraih ponsel yang ia tinggalkan selama 3 hari itu. Terdapat banyak panggilan masuk dan pesan yang dikirim oleh Dewi sahabat nya.

Dewi

( Nadia bagaimana kabar mu?).

( Kamu dimana, aku ke kost mu,tapi kamu nggak ada. )

( Nadia )

( Angkat telpon ku, apa kamu baik-baik saja? )

( Aku sangat menghawatirkan mu ).

Nadia tersenyum saat membaca pesan yang dikirim oleh Sahabatnya, ia merasa senang karena sahabat itu sangat perduli terhadapnya. Namun seketika rasa bersalah menghantui dirinya bagaimana jika Dewi mengetahui bahwa ia tengah mengandung anak dari kekasihnya.

Nadia

( aku baik-baik saja Dewi, terimakasih telah menghawatirkan ku ).

Ting . .

Dewi

( Syukurlah, kemana saja kau selama ini, membuat orang khawatir saja, ).

Nadia

( Hehehe...maafkan aku. kamu tahu ponsel ku terjatuh dan layarnya pecah, jadi aku harus memperbaiki nya kan,)  Ucap Nadia berbohong.

Ting . . .

Sebuah notifikasi pesan masuk dari nomor tak dikenal

0813xxx

( Bersiaplah, sebentar lagi aku akan menjemputmu ).

Nadia mengabaikan pesan tersebut, ia tahu bahwa orang yang mengirim kan pesan itu adalah Jonathan. Walaupun sesungguhnya ia merasa penasaran pria itu akan membawanya kemana.

Pintu pun terbuka dan masuklah seorang pria tampan mengenakansetelan kemeja berwarna navi dengan celanah bahan. Nadia yang terkejut pun sontak berteriak pasalnya saat ini dirinya hanya mengenakan handuk untuk menutupi tubuh polosnya sehabis mandi.

" Aaa... Tak bisa kah kau mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk," teriak Nadia.

" Kenapa," jawap Jonathan santai.

" Bukankah aku sudah pernah melihatnya, bahkan tanpa sehelai benang pun," ujar Jonathan lagi.

" Keluarrr...! " teriak Nadia memerintahkan pria itu untuk keluar sembari melemparkan botol parfum yang ia raih dari atas meja.

Pyaarr . . .

Botol parfum itu pun melayang tepat di samping wajah pria itu, beruntung ia bisa dengan cepat menghindar hingga botol itu tidak mendarat di wajah tampannya dan justru pecah karena menghantam dinding.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!