Hoekkk, , ,hoekkk, , ,
Kembali Nadia memuntahkan cairan bening dari dalam perut nya, rasa cemas kembali menghantui pikirannya, ia khawatir apa yang dirinya takutkan akan terjadi. Mengingat pelecehan yang Jonathan lakukan terhadapnya, dan jadwal datang bulannya pun telah terlewat dari tangal biasanya, rasa takut itu membuat sekujur tubuhnya gemetar hebat, ia tak mau itu terjadi.
Apa yang akan terjadi nanti jika kedua orang tuanya tahu... jika saat ini ia tengah berbadan dua tanpa seorang suami, kemurkaan seperti apa yang akan ia terima dari sang ayah yang telah berjuang sekuat tenaga untuk menyekolahkannya dengan harapan anak satu-satunya ini dapat membanggakan dan mengangkat derajat kedua orang tuanya.
" Enggak, itu nggak mungkin, aku pasti hanya masuk angin karena telat makan, aku nggak boleh berfikiran buruk," ujar Nadia berusaha menenangkan diri.
Dengan sekuat tenaga ia berusaha untuk berdiri dan berusaha untuk tetap terlihat baik-baik saja, karna tubuhnya yang lemas dan kepalanya juga terasa pusing ia berjalan pelan menyusuri lorong kampus untuk menuju ke kantin, ia berniat untuk memesan seporsi nasi goreng dan segelas teh hangat untuk meredakan rasa mualnya.
" Buk, nasi goreng sama teh hangatnya satu ya," ucap Nadia pada ibu kantin.
" Baik neng, tunggu sebentar ibuk buatkan dulu,". Tak memakan waktu lama kini Nadia telah membawa nampan berisi makanan pesanannya menuju sebuah kursi kosong yang berada di pojok kantin.
Perlahan ia menyeruput teh hangat yang ia pesan, seketika rasa hangat pun menjalar dari tenggorokan Hingga ke perutnya dan itu membuatnya merasa lebih baik.
" Apa aku boleh duduk disini," ucap Kevin yang datang sembari membawa cup berisi capucino ditangannya.
Nadia yang tengah asik menyantap nasi goreng pun mendongakkan kepalanya ketika mendengar suara itu. Ia hanya menjawab dengan anggukan kepala saja, karna sesungguhnya tubuhnya tidak memiliki tenaga walaupun hanya untuk menyahuti perkataan sang kakak kelas tersebut.
" Apa kamu baik-baik saja, wajahmu terlihat pucat," tanya kevin.
" Aku baik-baik saja kak," jawab Nadia dengan memberikan senyuman yang dipaksakan.
Tanpa mereka sadari dari kejauhan terdapat sepasang mata yang tengah menatap tajam ke arah mereka, Jonathan yang berada di sudut kantin pun mengepalkan tangannya, ia khawatir jika Nadia akan membocorkan tentang kejadian malam itu kepada sang adik dan itu akan berpengaruh terhadap rencana pernikahannya pada sang pujaan hati.
" Aku harus membuatnya tutup mulut," ucap Jonathan sembari mengeratkan kedua rahangnya.
. . .
Pukul 16:00 sore Nadia tiba di kamar kos sepulang dari kampus, karna badanya terasa sangat lelah ia memutuskan untuk segera Mandi dan akan langsung tidur. Setelah selesai mandi dan telah mengenakan piyama bermotif kartun kucing, ia berjalan kearah lemari berbahan kayu berniat untuk bercermin sembari mengeringkan rambutnya yang basah mengunakan handuk. Terdengar suara ketukan pintu yang cukup nyaring, karena ia takut jika suara ketukan itu menganggu penghuni kost yang lain, segera ia melangkah ke arah pintu untuk membukanya. Betapa terkejutnya ia saat mengetahui yang berdiri di ambang pintu adalah lelaki yang telah merengut kesuciannya.
" Mau apa bapak datang kemari," ucap Nadia dengan suara bergetar dan tangan yang menahan pintu agar tidak terbuka lebar.
" Ada yang ingin saya bicarakan," ucap Jonathan.
" Maaf, tapi saya sedang sibuk," jawab Nadia dan segera menutup pintu, namun dengan cepat tangan besar Jonathan menahan pintu tersebut dan mendorongnya dengan kuat. Seketika pintu pun terbuka hingga Nadia yang bertubuh kurus pun terdorong ke belakang.
Segera Jonathan melangkah masuk dan mengunci pintu tersebut.
" Apa mau mu," teriak Nadia dengan mata memerah menahan emosi. Pria bertubuh tinggi itu tidak menjawab perkataan yang dilontarkan oleh Nadia ia terus berjalan mendekat ke arah gadis itu dan dengan seketika tangan kekarnya mencengkram leher Nadia Hinga kaki gadis itu sedikit terangkat.
" Apa kau berusaha untuk mendekati adikku dan berniat untuk mengatakan apa yang telah terjadi malam itu, aku telah memisahkan mu dengan Dewi dan sekarang kau mendekati adikku, hah,".
" Adikmu, apa yang kau bicarakan, aku tidak mengerti apa maksudmu, jadi tolong lepaskan aku,". Ucap Nadia dengan nafas yang tersengal karna cekikkan Jonathan yang semakin kuat.
" Kau sengaja mendekati orang terpandang seperti kami, dan berharap akan dinikahi supaya hidup bergelimang harta, iya kan, jangan bermimpi Nadia, gadis buruk rupa dan miskin seperti mu tidak pantas dengan orang seperti kami," ucap Jonathan.
" APA!".
"kau yang telah melecehkan ku... tetapi kau berbicara seolah aku yang telah merangkak naik keranjangmu dan menggoda mu... asal kau tahu. jika laki-laki di dunia ini hanya tersisa kau, aku akan memilih untuk menjadi perawan tua seumur hidupku..."
"Dan asal kau tahu... jika aku hamil atas kejadian malam, itu aku tidak akan segan menggugurkan nya, karena aku tidak Sudi mengandung benih dari laki laki bajingan sepertimu," teriak Nadia dengan nada penuh emosi.
Jonathan yang tersulut emosi saat mendengar perkataan Nadia pun mulai geram seketika ia menghempaskan tubuh kurus gadis itu hingga menghantam tembok lalu jatuh dengan posisi terduduk.
" Beraninya kau berbicara seperti itu kepadaku," ucap Jonathan dengan wajah memerah karena emosi. Ia pun berjongkok untuk mensejajarkan tinggi mereka dan tanpa belas kasihan ia menjambak rambut ikal Nadia hingga gadis itu mendongakkan kepalanya.
" Aw, sakit...perutku sakit, " rintih Nadia sembari meremas perutnya yang terasa bergejolak. Seketika mata Jonathan pun membola saat melihat darah telah mengenang tepat di tempat Nadia terduduk, apa dia pendarahan, tapi kenapa, apa dia hamil?, seketika kepanikan menghampirinya terlebih saat mendengar rintihan Nadia yang kesakitan.
" Tolong aku..ini sakit sekali, argh... sakit,," rintihan kesakitan Nadia.
Brukk
Gadis itu pun pingsan dikarenakan rasa sakit yang teramat sangat di perutnya, Jonathan yang melihat itu pun panik ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia sempat berfikir untuk meninggalkan saja gadis itu tergeletak di lantai tetapi akal sehatnya menentang pikiran itu, ia tidak mau di cap sebagai pembunuh karena meninggalkan gadis itu sendirian walaupun kejadian ini juga atas ulahnya sendiri. Dengan cepat Jonathan mengendong tubuh Nadia dan membawanya ke klinik terdekat. Setibanya di klinik dokter jaga pun segera memeriksa kondisi Nadia.
" Apa ibu ini telah terjatuh," tanya dokter pada Jonathan.
" Dia terjatuh di tangga," kilah Jonathan.
" Apa anda suaminya,?" Tanya dokter tersebut.
" Jelaskan saja bagaimana kondisinya," ucap Jonathan mulai terpancing emosi karena menurutnya dokter tersebut terlalu banyak bertanya.
" Ibu ini sedang hamil, kandungan nya telah memasuki usia dua Minggu, karna benturan keras di pinggulnya yang mengakibatkan pendarahan, tetapi tidak berakibat fatal karena janinnya sangat kuat," jelas sang dokter.
" Hamil, tidak mungkin, anda jangan bercanda,".
" Baiklah jika bapak tidak yakin, kita akan melakukan pemeriksaan USG ," ucap dokter dan memerintahkan perawat untuk mengoleskan kan clear ultrasound gel pada perut Nadia. Dan pada saat alat USG itu diarahkan pada perut datar Nadia terlihat jelas pada layar setitik kehidupan dalam kantong rahim gadis itu.
" Saat usia 2 Minggu janin masih berupa gumpalan," terang dokter tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments