Satu jam kemudian.
Pintu ruang perawatan terbuka perlahan, dan dokter yang menangani Cherry keluar sambil melepaskan masker medisnya. Wajahnya tampak serius, seakan sedang menimbang-nimbang kata sebelum berbicara.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Wilber dengan nada tegas namun ada kegelisahan yang tak mampu ia sembunyikan.
Dokter itu menarik napas panjang sebelum menjawab. "Tidak baik… baik dari fisik maupun mentalnya, kondisinya sangat buruk. Aku memeriksa semua luka di tubuhnya. Ada bekas pukulan rotan di punggung dan kaki. Dan di bagian pinggang kanannya…" ucapnya, namun kata-katanya terhenti, seperti ragu untuk melanjutkan.
"Teruskan!" titah Wilber dengan suara yang sedikit bergetar, matanya menatap tajam namun sarat kekhawatiran.
"Wilber… siapkan mentalmu. Ginjal bagian kanannya telah diambil," kata dokter itu akhirnya. "Dan kedua tangannya penuh dengan bekas tusukan jarum. Artinya, Cherry telah mendonorkan darah sejak ia masih kecil."
Wilber menatap dokter itu dengan sorot mata yang membeku. "Donor darah… ambil ginjal?" ucapnya pelan, seperti tak percaya pada apa yang baru saja ia dengar.
Roby yang berdiri di sebelahnya langsung menimpali, "Apakah pelakunya adalah keluarganya sendiri?"
Dokter menghela napas. "Aku tidak tahu. Tapi kalian harus mencari tahu dan menghentikan niat mereka. Jika Cherry tidak dirawat dengan baik, dia bisa berada dalam bahaya serius."
Wilber menunduk sesaat, lalu kembali bertanya, suaranya kali ini lebih pelan namun penuh tekanan, "Apa yang akan terjadi selanjutnya? Cherry hidup tanpa satu ginjal dan darahnya diambil sejak kecil… apakah itu akan mempengaruhi hidupnya?"
Dokter menatap Wilber dengan penuh keseriusan. "Ya. Kehilangan satu ginjal membuat tubuhnya harus bekerja lebih keras untuk menyaring darah. Jika ginjal yang tersisa mengalami masalah sekecil apa pun, itu akan berisiko fatal. Ditambah lagi, donor darah yang terlalu sering sejak kecil bisa menyebabkan anemia kronis, kelemahan fisik, dan daya tahan tubuh yang rendah. Dia harus mendapatkan perawatan intensif, pola makan yang ketat, dan istirahat cukup. Kalau tidak… hidupnya bisa sangat singkat."
Wilber mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. Tatapannya tajam, namun di balik itu ada amarah yang menahan diri untuk tidak meledak. "
Wilber menatap Roby dengan sorot mata yang penuh amarah dan tekad membara.
“Cari tahu siapa yang melakukan ini padanya… dan pastikan mereka menyesal,” ucapnya dingin, nyaris seperti ancaman.
“Baik, Tuan,” jawab Roby singkat.
“Wilber… sekian lama tidak menemukannya, kenapa dia bisa berada dalam kondisi sehancur ini? Apakah dia tinggal bersama keluarganya selama ini?”tanya Dokter itu.
Wilber menghembuskan napas panjang, menahan emosi. “Dia memiliki seorang ibu dan tunangan. Kita harus mulai dari mereka. Aku yakin mereka terlibat. Aku masih ingat… mereka sempat menyebut nama Celia yang harus segera dioperasi. Mungkin saja ginjal Cherry diambil untuk dia.”
Tatapan Wilber menjadi semakin tajam. “Roby, selidiki rumah sakit itu dan keluarga Cherry. Jangan sampai ada yang terlewatkan, bahkan detail terkecil sekalipun!”
“Iya, Tuan,” jawab Roby, lalu segera berbalik meninggalkan lorong rumah sakit.
Malam itu, Wilber melangkah masuk ke kamar tempat Cherry dirawat. Lampu remang-remang memantulkan siluet tubuhnya di lantai. Cherry terbaring lemah di ranjang, wajahnya pucat seperti salju yang baru turun.
Dengan perlahan, Wilber menarik lengan baju pasien yang Cherry kenakan. Pandangannya langsung tertuju pada bekas tusukan jarum yang tak terhitung jumlahnya.
"Diambil darah… dan ginjal…" Wilber merasakan dadanya sesak. "Kenapa mereka bisa begitu kejam padamu? Andaikan aku lebih cepat menemukanmu… mungkin saja kau tidak akan menjadi korban mereka."
Matanya mulai berkaca-kaca. Ia menggenggam selimut Cherry erat-erat. “Manusia seperti apa yang tega menyiksa gadis ceria dan baik hati? Apakah mereka iblis tanpa perasaan?” gumamnya lirih, lalu menatap Cherry dengan janji di matanya. “Aku akan membalas puluhan kali lipat terhadap mereka yang telah menyakitimu.”
Mansion Keluarga Chen
Di ruang keluarga yang mewah namun penuh ketegangan, seorang pria paruh baya duduk di sofa utama. Dialah Roman Chen, ayah dari Celia. Di sampingnya, Rosa Fang—istrinya—terlihat gelisah, sementara Celia duduk di sofa sebelah sambil memeluk lengan ayahnya.
“Kenapa begitu banyak orang, tapi dia bisa sampai lolos?!” Roman menatap istrinya tajam. “Apa yang kau lakukan di sana? Kenapa tidak mengawasinya?”
Rosa menunduk. “Aku tidak menyangka dia bisa kabur dari ruang operasi. Mereka tidak mengikatnya sama sekali. Lebih buruk lagi… ada orang yang menyelamatkannya. Dua pria itu bahkan melukai Mike dan staf rumah sakit.”
“Ma… tanpa ginjal kakak, aku bisa mati. Aku tidak mau mati…” Celia memeluk ayahnya, tangisnya terdengar manja namun penuh ketakutan.
Roman membelai kepala putrinya. “Tenang saja, sayang. Cherry tidak akan bisa lolos selamanya. Kita akan menemukannya… dan mengambil ginjalnya.”
Rosa menatap Roman ragu. “Roman, bagaimana kalau kita cari pasien lain saja? Kita beli ginjal dari orang yang mau menjualnya. Banyak yang butuh uang. Daripada terus mencari Cherry yang kini tidak tahu di mana keberadaannya…”
Roman memandang istrinya tajam. “Rosa, bukankah awalnya kau setuju dengan saranku? Kita sudah berunding dan sepakat. Dokter mengatakan ginjal Cherry adalah yang paling cocok untuk Celia. Jangan karena dia putrimu kau menjadi ragu. Lalu bagaimana dengan Celia? Dia juga putri kandungmu!”
“Aku… tidak bermaksud melarangmu,” Rosa menelan ludah. “Tapi tanpa ginjal, hidup Cherry akan berakhir. Dia akan meninggal.”
Celia memelototi ibunya dengan mata berkaca-kaca. “Ma, apa Mama rela aku yang mati? Bukankah saat itu Mama membawa kakak pulang untuk menyelamatkanku? Dan sekarang… Mama mau mengingkari janji?”
“Tentu saja tidak,” Rosa menghela napas, mencoba menenangkan Celia. “Mama pasti akan menemukan kakakmu. Hanya saja… saat ini kita tidak tahu siapa yang membawanya pergi.”
Roman menyela dengan nada dingin. “Tidak peduli siapa mereka, kita harus temukan dia. Kita akan buat laporan bahwa Cherry diculik. Rekaman CCTV rumah sakit bisa jadi bukti. Kita keluarga Cherry… polisi pasti membela kita dan menangkap pelakunya.”
Rosa menatap suaminya sejenak, lalu mengangguk. “Baiklah… rencanamu masuk akal. Aku akan membuat laporan sekarang.” Ia mengambil ponselnya dan mulai menekan nomor.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Bu Kus
jahat banget sih keluarga cherry
2025-09-03
0