Suasana rapat dipenuhi suara presentasi dan pembahasan strategi kuartal berikutnya, tapi perhatian Erik tak sepenuhnya ada di sana. Sesekali, ia melirik ke arah Laras yang duduk hanya dua kursi darinya, berbicara dengan salah satu manajer muda yang baru bergabung, Andra, pria dengan senyum percaya diri dan aura maskulin yang selama ini tak pernah Erik perhatikan.
Namun hari ini, semua perhatian Erik tertuju padanya. Terutama karena istrinya, tertawa pelan saat Andra membisikkan sesuatu di telinganya.
Tawa itu… manis. Menggoda.
Dan Erik tahu, itu bukan tawa biasa. Laras tidak sedang menikmati lelucon. Dia sedang bermain api untuk membakarnya.
Apa manajer muda itu tidak tahu jika Laras adalah istrinya?
Rahangnya mengeras. Tangan kirinya mengepal di bawah meja. Dia benci dengan pemandangan itu.
Setiap gerakakn Laras terasa seperti tusukan, cara dia menyibakkan rambutnya ke samping, cara dia memiringkan kepala saat mendengarkan, cara dia menyentuh lengan Andra ringan seolah tak disengaja tapi terlalu intim untuk ukuran profesional.
Dia tahu Laras sengaja melakukannya. Dan Erik tak tahan.
Saat rapat usai, para peserta mulai membubarkan diri. Tapi sebelum Laras sempat melangkah keluar, suara berat Erik menggema di belakangnya.
“Laras. Masuk ke ruanganku. Sekarang,” Nada suaranya tenang, tapi tajam.
Laras menghela nafas. Dia melangkah pergi, tanpa menunggu Erik. Dia sudah berada di dalam ruangan saat pria itu datang.
Begitu pintu tertutup, Erik membanting berkas yang dibawanya ke atas meja.
“Apa yang sedang kau lakukan, Laras?”
Laras tetap tenang. Ia menaruh berkasnya perlahan, lalu berdiri di depan meja Erik dengan tangan menyilang di dada.
“Bekerja. Apa kau melihat yang lainnya?"
“Jangan main-main denganku, Laras!” bentak Erik, matanya menyala marah. “Kau pikir aku tidak lihat kau sedang menggoda manager baru itu? Beraninya kau menggodanya di depan semua orang dan di depanku?”
“Menggoda?" Laras menaikkan satu alis, "Siapa yang sedang menggoda? Dia hanya bertanya padaku mengenai pekerjaan, menjawabnya adalah suatu kewajiban bagiku!"
"Apakah menjelaskan pekerjaan harus begitu dekat? Apakah perlu tertawa seperti itu dan menyentuh lengannya?"
"Wah... Wah, Erik. Aku tidak seperti dirimu, langsung tergoda saat ada yang mendekati. Meski kau menganggap aku sebagai istri yang tidak berguna, tapi aku masih bisa menjaga kehormatanku, tidak seperti dirimu yang baji*ngan!"
“Jangan mengalihkan pembicaraan, Laras!" Erik membentak. Dia melangkah memutari meja, "Lihat dirimu?" Erik memandangi penampilannya itu dari atas ke bawah.
“Kau sengaja melakukannya. Berpakaian dan berdandan seperti ini, untuk menggoda para lelaki di kantor, kan?"
“Sungguh lucu,” balas Laras, suaranya tetap tenang. “Hanya karena aku mengganti penampilanku, kau menuduh aku seperti itu. Kenapa, apa kau sedang cemburu? Jangan katakan setelah ini kau akan membatasi dan mengatur aku agar tidak berbicara dengan para lelaki yang bekerja di perusahaanmu ini?"
"Cemburu?" Erik tersenyum, mengejek dirinya, "Untuk apa aku cemburu dengan istri tidak berguna yang hanya menginginkan uangku? Aku hanya tidak mau kau menjalang dengan pria lain lalu mempermalukan aku!"
Kedua tangan Laras mengepal erat, selalu perkataan menyakitkan yang harus dia dengar.
"Kau tidak ingin dipermalukan tapi kau tidak sadar diri, Erik. Seharusnya kau tidak berselingkuh dengan sahabatku, jika kau tidak ingin menghancurkan reputasimu sendiri!"
"Jangan menyalahkan aku untuk menutupi kelakuanmu itu. Aku tidak menyangka rupanya kau cukup murahan!" Erik berbalik, melangkah menuju kursinya.
"Hanya karena aku berbicara dengan manajer itu, kau sudah menganggap aku murahan. Lalu sebutan apa yang pantas untuk pria yang suka berselingkuh seperti dirimu?"
“Ini bukan masalah kau berbicara dengannya, Laras!”
“Oh, lalu soal apa? Apa harga dirimu sebagai pria karena kau tidak terima manager muda itu lebih menarik dari pada dirimu?"
"Cukup, Laras. Sebaiknya kau diam!"
"Kau lah yang diam!" Teriak Laras, "Kau menuduh aku hanya karena aku berbicara dengannya, padahal kau sendiri membiarkan tubuhmu disentuh wanita lain? Kau lebih menjijikkan, Erik,” dia sudah tidak tahan, perdebatan seperti itu seharusnya tidak terjadi.
Erik terdiam. Matanya menatap Laras dengan intens, tapi tak bisa membantah.
Laras menghela nafas, lalu melangkah pelan, mendekatinya. Dia berhenti, tidak jauh dari Erik dengan tatapannya tajam.
“Tidak seharusnya perdebatan bodoh ini ada hanya karena aku berbicara dengan seorang laki-laki. Tapi tidak mungkin kau marah padaku karena kau sedang cemburu, kan?”
“Jangan bodoh,” gumam Erik, tapi suaranya melemah.
Laras tersenyum dingin. “Tidak perlu menyangkal. Kau marah karena Andra duduk terlalu dekat. Jika kau memecatnya hanya karena hal ini, maka aku akan menganggap kau sedang cemburu dengannya."
Erik meliriknya sinis, amarah terlihat jelas dari sorot matanya. Dia tahu Laras berkata seperti itu untuk melindungi manager muda itu.
"Tapi dari pada kau memecat Andra yang lebih pandai bekerja, bukankah lebih baik kau memecat Dewi?" Laras mengucapkan perkataan itu dengan santai sambil melihat kukunya.
Hening. Mereka saling menatap. Erik ingin berkata sesuatu, tapi mulutnya terkunci. Laras tersenyum, menyibakkan rambutnya ke belakang. Rupanya tidak mudah menyingkirkan pengkhianat itu.
"Baiklah, selingkuhan memang harus dipelihara," Laras memutar langkahnya, "Tapi ngomong-ngomong, Dewi menunggumu di apartemennya malam ini. Jangan lupa transfer jika kau tidak pulang. Tidak boleh kurang sepeser pun!"
"Hng, pada akhirnya uang saja yang kau inginkan?"
Laras berbalik, dan memperlihatkan senyumannya, "Ya. Karena uang lebih berarti daripada segalanya!" Dia kembali melangkah.
"Laras. Jangan coba-coba menggoda para karyawanku sekalipun kau sudah tidak tahan!"
"Aku tidak tertarik dengan mereka, yang aku inginkan hanya uang. Jika kau tidak mau aku mendekati yang lainnya, transfer sekarang juga!"
"Apa kau bilang?"
"Oh, jangan lupa. Dua miliar, untuk malam ini dan kemarin. Aku menginginkannya sekarang!"
"Beraninya kau memeras aku, Laras?!"
"Kita sudah sepakat, Erik. Kau boleh tidur dengan siapa pun, terserah kau. Dewi pun sudah menunggu, siap membuka kedua kakinya untukmu jadi jangan kau sia-siakan."
Erik mengepalkan tangan. Dia terlihat marah, frustrasi, dan muak. Tidak seharusnya dia menikahi wanita itu.
Laras mengambil dokumennnya, “Mulai sekarang, aku akan patuh asalkan ada uang. Jika kau tidak segera transfer, mungkin aku akan menggoda yang lainnya!" Dia kembali melangkah menuju pintu.
"Jangan coba-coba!"
Laras tersenyum, dan menutup pintu di belakangnya. Jika tidak ada perasaan padanya, lalu untuk apa cemburu?
Tapi dia tidak peduli, uang lebih penting sekarang. Laras tersenyum lebar meski hatinya sakit saat melihat nominal yang masuk ke dalam rekeningnya.
Rupanya pria itu tidak mau reputasinya dihancurkan olehnya meski dia sendiri melakukan hal kotor.
Bagus, dia sudah tak peduli dengan pernikahan mereka. Saat waktunya tiba nanti, dia akan menjadi janda kaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
☠ℛᵉˣ🍾⃝ ͩ ʏᷞᴜͧɴᷡᴀͣ
engak apa apa Laras,banyak cowok ganteng dan setia di luaran sana. jadi lupakan Erik dan ambil uang dan kekayaan nya/Proud/
2025-08-17
1
Mr Lie 🍇✰͜͡v᭄
angkat topi buat Laras. yg kuat ya Laras, kau hrs jadi wanita kuat. nntinya jd janda gpp yg penting janda kaya 🤣🤣🤣
2025-08-16
1
Dewi Ariyanti
bagus Laras jangan mau jadi janda miskin sekarang saatnya kumpulkan pundi2 uangmu
2025-08-19
1