Masih di kediaman Raka, sang ibu membangunkan putranya. Satu malam Raka belum makan, sang ibu sedih. Akibat keegoisan ia dan suami. Raka tak diperhatikan sejak kemarin.
Rana menatap putranya yang tertidur di atas sajadah. Hatinya sedih, ia merasa sangat bersalah. Perlahan Rana mengecup kening putranya lembut.
"Bangun sayang. Ayo sekolah!" Raka mengerang, tubuhnya sedikit sakit.
Perlahan matanya mengerjap, ia menatap ibunya. Terlihat mata basah sang ibu dan mimik rasa bersalah.
"Bu?"
"Iya Nak," sahut Rana.
"ibu!" Raka memeluk tubuh ibunya erat-erat.
Keduanya langsung menangis, Rana pun mengucap kata maaf pada putranya. Doddy sang ayah yang mendengar tangisan dari atas langsung bergegas. Ia menatap istri dan anaknya saling berpelukan. Kini ia langsung merasa bersalah.
"Subhanallah!" ujarnya lirih lalu ikut memeluk istri dan anaknya.
Mereka ber tangisan, Doddy juga meminta maaf pada putranya. Akibat kesalahan pahaman, membuat ia dan istrinya mengabaikan Raka kemarin.
"Ayo, ini sudah siang! Bapak antar kamu ke sekolah!" Ujar Doddy dengan suara bindeng.
Raka tersenyum, ia pun gegas mandi dan merapikan buku-buku pelajaran, dibantu ibunya. Setelah itu ayah dan anak pun berangkat tanpa sarapan.
'Pak, nanti Ibu bawa makan siang ke kantor ya!' seru Rana.
"Iya,.Bu!" Raka dibonceng ayahnya, motor pecex warna putih itu pun melaju.
Raka sampai bersama dengan yang lain, begitu juga Arunika. Mereka berjalan beriringan ke kelas.
Mereka banyak yang masih mengobrol, sementara Raka memilih mengerjakan pekerjaan rumah yang belum sempat ia kerjakan.
Tepat guru masuk, Raka selesai dengan pekerjaan rumah. Semua berdiri sesuai instruksi ketua kelas. Berdoa dan memberi salam.
"Ayo duduk! Sekarang taruh ke depan buku tugasnya!" suruh Pak Guru Agama.
Semua mengumpulkan buku ke depan secara estafet. Tak ada yang bicara saat Pak Guru bernama Sam'un ini mengajar. Selain galak, Pak Sam'un juga guru killer. Ia tak segan mengeluarkan murid dari kelasnya jika tak fokus atau ribut.
Bel istirahat berbunyi, semua lega. Beban yang ada dipundak mendadak hilang setelah selama dua jam setengah belajar. Pak Sam'un pun keluar tanpa mengomel, karena semua murid belajar baik hari ini.
Seperti biasa Arunika gegas ke taman sekolah dan duduk di bawah pohon akasia tua. Matahari sedikit menyengat, bayangan pohon tak mampu menaungi Arunika yang ingin berteduh di bawahnya.
"Duh, duduk di mana ya?" tanyanya sambil mencari tempat yang sedikit teduh.
Arunika menatap tempat duduk dari batu, di sana ada pohon jambu yang rindang dan mampu menaunginya dari panas matahari. Gadis itu duduk di sana walau tak nyaman.
"Kenapa kau tidak makan di kelas saja, atau di kantin?" sebuah suara mengejutkan Arunika. Raka datang dan langsung duduk di atas rumput. Arunika merasa tak nyaman jka ada orang lain. Raka dapat paham akan hal itu.
"Apa aku perlu menyingkir?" tanyanya yang langsung dibawah gelengan Arunika.
"Tapi maaf ya kalau aku sambil makan," ujar Arunika lirih meminta ijin.
"Aku belum sarapan," ujar Raka yang menghentikan suapan Arunika.
Dua netra saling tatap, tapi perlahan, Raka terkikik geli. Ia bangkit dan mengikat rambut Arunika. Sekali lagi, Arunika tak sempat menolak.
"Kamu cantik," puji Raka lalu pergi begitu saja.
Wajah Arunika merona, ia memegang pipinya yang memanas. Sungguh, kecuali ayahnya, baru Raka, pria asing, yang memujinya.
Pulang sekolah, tak ada percakapan yang berarti, Raka hanya mengangguk ketika menatap Arunika. Remaja itu naik ojek langganan, sementara Arunika dibonceng ayahnya.
Arunika pun pulang tanpa banyak bicara. Ia seakan tak mengerti apa maksud Raka. Arunika mengira Raka malu jika memperlihatkan perhatiannya.
"Ya sudah, lagi pula Raka nggak ganggu kok!' gumamnya pelan.
Keesokan hari pun sama, kali ini Raka lebih pagi datang di banding murid-murid yang lain. Remaja itu tengah menghabiskan rotinya. Tak lama, satu persatu murid datang begitu juga Arunika.
Mereka duduk dengan tenang, sampai guru datang. Semua belajar setelah berdoa. Pelajaran hari ini adalah pelajaran kimia.
Pak Ruli guru kimia, masih muda dan tampan. Para murid perempuan tentu terus-terusan menatap guru tampan itu.
"Baik anak-anak, kerjakan ya soal di depan, setelah itu kumpulkan!" suruh Pak Ruli lembut.
Arunika nampak menikmati kelembutan dari Pak Guru Kimia itu. Usai mengerjakan tugas, mereka mengumpulkannya ke depan.
Kriiiing! Bel pun berbunyi, semua anak perempuan kecewa karena Pak Ruli hanya satu mata pelajaran hari ini.
"Pak tambah jam Pak?!" pinta salah satu murid perempuan.
Pak Ruli hanya tersenyum saja, lalu ia pun pergi dari kelas. Beberapa murid laki-laki tampak kesal. Tentu saja, ketampanan mereka jauh dari tampannya Pak Ruli.
"Kamu sama genitnya ya sama mereka?" tuduh Raka pada Arunika.
"Hah, apa?" Arunika tentu kaget dituduh sedemikian rupa.
Raka tampak marah, Arunika terheran-heran dengannya. Walau ia tak peduli, Arunika kembali membawa bekalnya ke taman.
Kali ini ada beberapa siswa ikut nongkrong di sana. Arunika hendak berbalik.
"Eh, itu dia si setengah bisu!" seru salah satunya.
Arunika tak menghiraukan sama sekali. Kakinya tetap bergerak meninggalkan kumpulan itu.
"Hei tunggu!" satu tangan menahan pundak Arunika.
"Ada apa?" tanya Arunika lirih.
'Hah? Kamu beneran bisa ngomong?" tanya siswi itu tak percaya.
"Aku tidak bisu!" sanggah Arunika pelan.
"Ck! Ck! Ck! Nggak kedengaran. Apa bisa lebih keras lagi?" tanya siswi itu setengah meledek.
Yang lainnya tertawa, Arunika memilih untuk pergi. Tapi siswi itu sepertinya enggan melepas Arunika begitu saja.
"Eh jangan pergi dulu dong!" siswi itu menarik lengan Arunika hingga bekalnya terjatuh lalu menimbulkan bunyi ....
Prang! Arunika terkejut bukan main, bekalnya pecah dan isinya berserakan di tanah.
"Tuh, kamu sih. Coba kamu nggak pergi!" sahut siswi itu lalu tertawa meledek.
"Kalian itu memang pengganggu!" seru seseorang yang Arunika kenali suaranya.
Raka menatap kumpulan siswi itu yang kini menutup mulut. Ia mendekati Arunika yang jongkok, punggung Arunika bergetar hebat, tanda ia menahan tangis.
"Ayo, kita lapor guru BP! Biar mereka dihukum!" ajak Raka menarik lengan Arunika.
"Cieee yang ngebelain pacarnya!' ledek salah satu siswi sambil cekikikan.
"Apa kamu bilang!" teriak Raka murka.
"Raka, sudah!" larang Arunika, matanya basah. Ia begitu sedih.
"Tapi mereka gangguin kamu!" seru Raka tak terima.
"Aku tidak apa-apa! Asal jangan kamu yang kenapa-kenapa karena menyerang anak perempuan," ujar Arunika tak masalah.
"Cieee ... saling menguatin nih yee!" ledek siswi itu dan semua temannya tertawa terbahak-bahak.
Arunika sudah mengambil bekalnya yang rusak. Ia mengambil sapu lidi dan membersihkan makanan yang tumpah.
"Wah, cocok banget jadi tukang bersih-bersih sekolah!" ledek salah satu siswi lagi dan mereka tertawa.
Hingga ....
"Kalian semua! Ikut ke ruang BP!" teriak salah seorang guru yang tiba-tiba datang.
Keempat siswi terdiam dengan muka pucat. Raka ada di sana, ia lah yang melaporkan semuanya.
'Dasar pengadu!" gerutu salah satu siswi. Raka hanya menjulurkan lidahnya meledek.
"Makasih ya Raka!" ujar Arunika tulus.
Bersambung.
ah adakah bibit-bibit cinta?
next?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
pacar atau bukan. bully harus dilawan.
2025-09-08
0
Deyuni12
lanjuuuut
2025-08-10
1
Osmond Silalahi
emang membela pacar ga boleh?
2025-08-09
3