Suara yang Tak Didengar

Kini usia Ayla 11 tahun. Malam di Panti Asuhan Kasih Ibu selalu dingin. Bukan karena udara, tapi karena suasana. Karena dinding-dindingnya menyimpan terlalu banyak tangisan anak-anak yang tak sempat tumbuh. Karena lorong-lorongnya penuh bisikan luka dan bau apek kasur tua yang tak pernah diganti.

Untuk Ayla, malam adalah waktu yang paling menyakitkan.

Sejak kepergian Rani, semuanya terasa kosong,lebih sepi,lebih sunyi dan tidak ada lagi tangan yang menggenggamnya saat ia gemetar karena mimpi buruk. Tidak ada suara tawa pelan saat lampu dipadamkan,yang tersisa hanya suara napasnya sendiri, dan rasa bahwa ia benar-benar sendiri sekarang.

Seiring waktu, penderitaannya tak berkurang. Justru bertambah. Anak-anak di panti seolah menikmati kekosongan dalam hidup Ayla. Tanpa Rani, ia menjadi sasaran empuk yang tak punya pelindung. Mereka mulai lebih kejam dari sebelumnya.

Suatu malam mereka memotong rambut Ayla saat ia tidur,menaburi kasurnya dengan debu gergaji hingga tubuhnya gatal-gatal semalaman. Mereka juga membuang pakaian dalamnya ke toilet dan yang paling parah, suatu malam, seorang anak laki-laki tertua bernama Bayu berumur 18 tahun mengunci Ayla di gudang sempit selama berjam-jam tanpa cahaya.

Gudang itu penuh tikus,Ayla berteriak. Tapi tidak ada yang datang dan tidak ada yang peduli. Kejadian malam itu menjadi trauma yang sangat membekas di hati Ayla. Sejak saat itu dia takut dengan gelap dan tikus.

Ketika akhirnya pintu dibuka oleh salah satu pengurus panti,dia mendapati tubuh Ayla gemetar tak terkendali. Pipi kanannya memar, mungkin karena terbentur saat mencoba keluar. Ia muntah dan menangis dalam diam.

Pengurus panti tahu. Tapi mereka hanya berkata, “Ayla harus belajar membela diri. Dunia ini kejam. Jangan cengeng.”

Sebenarnya ada salah satu dari pengurus panti yang tidak terlalu kejam tapi dia juga jarang membela Ayla,mungkin karena ia takut dengan ibu panti atau ada alasan lain tapi tidak jarang juga dia menolong Ayla secara diam-diam.

Dan memang benar, dunia memang kejam. Tapi apakah anak 11 tahun harus belajar menerima kejamnya dunia dengan cara ini?

Setalah mendengar perkataan dari pengurus panti itu,ia bertekad untuk kuat.

Ayla mulai berubah. Ia mulai menyimpan rasa marah. Bukan seperti anak-anak lain yang berteriak atau mengamuk. Tapi marah yang pelan, dalam, dan diam. Marah yang menjelma menjadi ketegangan di bahunya, menjadi gemetar di ujung jarinya saat menulis, menjadi gigit bibir setiap kali ia harus menahan diri untuk tidak membalas.

Tapi suatu hari, Ayla meledak.

Itu terjadi saat makan malam. Ayla datang paling akhir karena harus bersihkan toilet lebih dulu. Saat ia duduk, piringnya sudah kosong. Daging ayamnya yang satu-satunya lauk hari itu sudah diambil oleh Bayu.

Dengan suara kecil, Ayla berkata, “Itu ayamku…”

Bayu tertawa. Anak-anak lain ikut tertawa. Salah satu dari mereka mendorong kepala Ayla dengan sendok plastik.

Dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Ayla berdiri.

Matanya tajam. Tangannya gemetar. Tapi suaranya keluar.

“Aku bilang… itu ayamku!”

Bayu menatapnya dengan ejekan. “Kamu mau apa? Nangis?dasar cengeng."

“Enggak.” Ayla mendekat. “Aku mau kamu tahu kalau aku bukan boneka. Aku bukan bayangan,aku juga manusia,aku hidup,aku sakit dan aku juga bisa marah.”

Ruangan sunyi. Mereka tidak terbiasa melihat Ayla bicara seperti itu. Tapi Bayu, merasa harga dirinya diinjak, ia bangkit dan mendorong Ayla hingga jatuh ke lantai.

Kepalanya membentur kaki meja. Darah mengalir dari pelipisnya.

Ayla menatap mereka dari bawah. Air matanya tak terbendung.

Tapi kali ini bukan air mata ketakutan. Ini adalah air mata harga diri yang dirampas berkali-kali. Rasanya di dada sangat sesak.

Pengurus panti datang terlambat, seperti biasa. Mereka malah memarahi Ayla karena membuat keributan.

“Kalau kamu tidak bikin masalah, mereka juga nggak akan ganggu kamu, Ayla! Jangan cari perhatian terus!”

"Bu mereka mengambil ayamku,aku cuma membela diri tapi malah mendorongku." Kali ini Ayla berani bicara

Itulah kalimat yang membunuhnya lebih dari pukulan.Cari perhatian.Seolah semua penderitaannya adalah upaya untuk dipedulikan.

Malam itu, Ayla menangis di kamar mandi, memeluk lutut, membiarkan air keran mengalir membasahi kepalanya. Ia menggigit lengan bajunya agar tak terdengar. Tangisnya seperti badai yang ditahan terlalu lama.

> “Kenapa aku lahir?”

“Kenapa aku dibuang?”

“Kenapa tidak ada yang mau menyayangiku, bahkan sedikit saja?”

Ia menatap wajahnya di cermin. Mata bengkak. Pipi memar. Bibir berdarah. Tapi yang paling menyakitkan bukan di luar. Luka paling dalam itu tak bisa dilihat.

Dan saat itu, Ayla merasa dirinya tidak berharga.

"Ayo akh obati lukanya." Tangan lembut merangkul punggung Ayla. Ia kaget kali ini ada yang menolongnya dan ternyata itu adalah pengurus panti yang selalu membatunya dalam diam,namanya Santi.

"Jangan kak,nanti ibu marah." Tolak Ayla karena dia tahu kalau ketahuan oleh ibu panti pasti Santi akan kena marah.

"Ibu sudah dikamarnya kok,ayo cepat sebelum ada yang lihat." Santi membawa Ayla ke ruangan belakang yang sunyi untuk mengobati lukanya.

***

Turunnya hujan malam itu membuat Ayla semakin merasa sendiri. Namun di tengah hujan air mata itu, ia teringat satu suara.

Suara Rani.

"Kamu punya langit. Dan langit tidak pernah ninggalin kamu."

Ayla mengangkat wajahnya. Ia menatap ke luar jendela kamarnya. Langit malam hitam pekat, tapi ia tahu di balik itu, ada bintang. Mungkin langit tak datang untuk menolongnya. Tapi langit melihatnya.

Ayla tidur sendiri dikamar paling ujung karena tidak ada anak yang mau tidur dengannya.

Sejak kejadian malam itu, Ayla mulai menulis dengan lebih liar. Ia menuliskan semuanya dengan nama samaran, dengan cerita fiksi, tapi lukanya nyata. Ia tulis di buku catatan tua, disembunyikan di bawah kasurnya. Buku itu menjadi satu-satunya tempat di mana ia bisa membela diri tanpa dipukul. Satu-satunya tempat ia bisa menangis tanpa dipermalukan. Dimana dia mencurahkan semua rasa sakit yang dia terima dan kesedihannya.

"Andai dulu ibu tidak membuangku,andai aku tidak terlahir didunia,mungkin aku tidak akan merasakan semua ini. Salahku apa harus menerima semua rasa sakit ini." Ayla terus bermonolog sendiri didalam kamarnya hingga ia tertidur.

Tapi Ayla belum tahu bahwa titik terendah masih belum datang. Dan bahwa luka malam itu hanya awal dari apa yang akan mendorongnya untuk mengambil keputusan terbesar dalam hidupnya. Malam itu dia berpikir untuk melarikan diri.

“Kadang, dunia memaksamu bertahan sampai kamu sendiri tak tahu apa yang sebenarnya kamu pertahankan.”

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Elis yulianti

Elis yulianti

thor ko km bikin aku mewek sih/Sob/

2025-08-14

0

Lenni Ambo dalle

Lenni Ambo dalle

lanjut autor,ceritax menarik..

2025-08-08

0

lihat semua
Episodes
1 Langit Menangis
2 Tak Ada Tempat Untuk Ayla.
3 Suara yang Tak Didengar
4 Pelukan Terakhir
5 Langkah di Atas Luka
6 Dua Dunia, Satu Luka
7 Jejak di Antara Fitnah
8 Pertemuan di Ujung Jalan
9 Jejak yang Terbuka
10 Jejak di Ujung Jalan
11 Malam yang Membakar
12 Kebenaran yang Meledak
13 Bayangan Terakhir
14 Matahari di Ujung Perjuangan
15 Cahaya di Ujung Jalan
16 Akhir yang Pahit, Awal yang Baru
17 Awal yang Benar-Benar Baru
18 Cinta Yang Tumbuh Diam-Diam
19 Bayangan Lama dan Angin Dingin dari Utara
20 Keraguan yang Membuka Celah
21 Jebakan di Tengah Malam
22 Balas Dendam yang Sah
23 Bayangan di Negeri Jauh
24 Jejak di Negeri Maple
25 Pulang dan Bayang-Bayang Lama
26 Cahaya di Ujung Luka
27 Janji Baru, Cahaya Baru
28 Janji di Bawah Langit, Berita dari Bayangan
29 Bab tertukar
30 Bayangan di Balik Bahagia
31 Firasat di Langit Gelap
32 Bayangan Dalang
33 Bayangan yang Sulit Ditangkap
34 Serangan Bayangan
35 Pertempuran Dua Dunia
36 Hal yang Tak Terduga
37 Rapuhnya Ayla
38 Kebenaran yang Tersembunyi
39 Malam Yang Mencekam
40 Penangkapan Bayu
41 Kehidupan Baru
42 Kabar Bahagia
43 Mananti Kehidupan Baru
44 Dua Bintang Kecil
45 Alea dan Aqil
46 Si kembar sekolah
47 Bakat dan Cinta Baru
48 Kabar bahagia dan sedih
49 Perpisahan yang Membekas
50 Ujian dan Janji Baru
51 Jalan yang Semakin Jelas
52 Dua Dunia Satu Ikatan
53 Di Antara Janji dan Bayangan Gelap
54 Luka yang Kembali Terbuka
55 Pagi yang Penuh Kebisuan
56 Media Merupakan Ke Permukaan
57 Bayangan Masa Lalu yang Belum Hilang
58 Luka yang di Buka
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Langit Menangis
2
Tak Ada Tempat Untuk Ayla.
3
Suara yang Tak Didengar
4
Pelukan Terakhir
5
Langkah di Atas Luka
6
Dua Dunia, Satu Luka
7
Jejak di Antara Fitnah
8
Pertemuan di Ujung Jalan
9
Jejak yang Terbuka
10
Jejak di Ujung Jalan
11
Malam yang Membakar
12
Kebenaran yang Meledak
13
Bayangan Terakhir
14
Matahari di Ujung Perjuangan
15
Cahaya di Ujung Jalan
16
Akhir yang Pahit, Awal yang Baru
17
Awal yang Benar-Benar Baru
18
Cinta Yang Tumbuh Diam-Diam
19
Bayangan Lama dan Angin Dingin dari Utara
20
Keraguan yang Membuka Celah
21
Jebakan di Tengah Malam
22
Balas Dendam yang Sah
23
Bayangan di Negeri Jauh
24
Jejak di Negeri Maple
25
Pulang dan Bayang-Bayang Lama
26
Cahaya di Ujung Luka
27
Janji Baru, Cahaya Baru
28
Janji di Bawah Langit, Berita dari Bayangan
29
Bab tertukar
30
Bayangan di Balik Bahagia
31
Firasat di Langit Gelap
32
Bayangan Dalang
33
Bayangan yang Sulit Ditangkap
34
Serangan Bayangan
35
Pertempuran Dua Dunia
36
Hal yang Tak Terduga
37
Rapuhnya Ayla
38
Kebenaran yang Tersembunyi
39
Malam Yang Mencekam
40
Penangkapan Bayu
41
Kehidupan Baru
42
Kabar Bahagia
43
Mananti Kehidupan Baru
44
Dua Bintang Kecil
45
Alea dan Aqil
46
Si kembar sekolah
47
Bakat dan Cinta Baru
48
Kabar bahagia dan sedih
49
Perpisahan yang Membekas
50
Ujian dan Janji Baru
51
Jalan yang Semakin Jelas
52
Dua Dunia Satu Ikatan
53
Di Antara Janji dan Bayangan Gelap
54
Luka yang Kembali Terbuka
55
Pagi yang Penuh Kebisuan
56
Media Merupakan Ke Permukaan
57
Bayangan Masa Lalu yang Belum Hilang
58
Luka yang di Buka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!