Danyi 𝟎𝟏
Suara langkah kaki yang tergesa-gesa bergema di sepanjang lorong.
Pelayan
Saya ingin bertemu Raja.
Pengawal Kerajaan
Ada hal penting apa, dayang?
Pelayan
Ini mengenai Ratu.
Pengawal Kerajaan
[ Mengangguk paham ]
Pintu ruang kerja Raja terbuka. Pelayan tersebut segera masuk untuk menghadap tuannya.
Seolah mengerti dengan pandangan sendu dari salah satu pelayan kerajaannya, Raja segera bangkit dari kursi dan bergegas pergi menuju ruang pribadi Ratu.
Darien Runerth
Apa yang terjadi?!
Darien Runerth
Bagaimana keadaan istriku?! Apa dia baik-baik saja?! Katakan!
[ Membentak; Marah; Panik ]
Pelayan
Y- yang mulia, mohon ampun!
Dengan tubuh gemetar antara takut dan sedih, seluruh pelayan yang menangani proses lahiran Ratu serentak sujud di hadapan Darien.
Pelayan
Ampuni kami, Yang mulia. Kami telah berusaha semampu kami. Namun kondisi yang mulia terus menurun, hingga tidak tertolong lagi.
Darien tidak dapat berkata-kata. Pandangannya kosong, pikirannya berkelana entah kemana. Segera ia masuk ke dalam kamar istrinya.
Ia temukan tubuh perempuan yang teramat ia cintai terbujur kaku di atas kasur megahnya. Dengan langkah gontai, ia hampiri jasad istrinya.
Darien Runerth
Meris... Meris... Tolong, tolong jangan hukum aku seperti ini.
[ Menggenggam tangan Ratu lalu dikecupnya berulang kali ]
Darien Runerth
Tolong maafkan aku. Tolong, tolong kembalilah padaku, Meris.
Air matanya satu persatu mengalir di pipinya. Suara yang gemetar karena menahan isakan itu tak sanggup lagi ia tahan.
Raja menangisi kepergian Ratu selama 1 jam lebih.
Darien Runerth
[ Menghapus air mata ] B- bayinya... bagaimana dengan bayinya?
Pelayan
Maafkan hamba Yang mulia, bayinya juga tidak dapat diselamatkan.
Pelayan
Ia adalah seorang putra.
Mendengar perkataan itu, mencelos hati Raja. Putra pertamanya yang seharusnya lahir hari ini... justru tidak dapat ia rasakan kehadirannya. Putra yang selama ini ia harapkan, tidak dapat ia peluk raganya.
Darien Runerth
Meris... apa yang harus aku lakukan? Sebesar apa dosaku padamu hingga kau menghukum aku seberat ini?
Darien Runerth
Kenapa kepergianmu menyertakan putra kita?
Di lain sisi, Sang putri baru kembali dari perang di perbatasan. Dengan zirah yang masih melekat di tubuhnya, ia berlari dengan perasaan campur aduk.
Danyi Hia Runerth— Putri semata wayang dari Raja dan Ratu itu masuk dengan tiba-tiba. Lalu jatuh berlutut di hadapan jasad ibunya.
Ia raih tangan ibunya yang telah kaku untuk ia genggam. Tangisan yang ia tahan sejak mengetahui kabar kematian ibunya tak dapat dibendung lagi. Ia menangis terisak-isak di samping tubuh Ibunya.
Tubuh kecilnya bergerak seirama dengan tangisan yang terdengar menyayat hati bagi siapapun yang mendengar.
Pemakaman pun dilaksanakan pada hari itu juga. Rakyat Haytham turut merasakan kesedihan dan kehilangan. Meris adalah Ratu bijaksana sepanjang sejarah berdirinya Haytham. Tak ayal rakyat ikut merasa kesedihan yang mendalam atas kepergiannya.
Danyi Hia
Semua karena mu, Father.
Darien Runerth
Meris pergi dengan membawa calon putraku, Danyi.
Darien Runerth
Tidak bisakah kau mengasihani aku dengan memberiku waktu untukku menenangkan diri?
Darien Runerth
Kembali lah ke ruangmu.
Darien Runerth
Aku akan memanggilmu setelah aku merasa jauh lebih tenang.
Danyi Hia
[ Menatap tak percaya ] Bagaimana ayah bisa menyalahkan ibu atas semua yang terjadi hari ini?!
Danyi Hia
Kematian yang terjadi hari ini bukan keinginannya!
Danyi Hia
Itu adalah kamu ayah!
Danyi Hia
Kamu yang membuat ibu mati!
Danyi Hia
Kalau ayah tidak memaksa nya untuk memiliki seorang putra, ibu mungkin masih ada hingga saat ini!
Danyi Hia
Ibu mati karena keegoisanmu!
Danyi Hia
Obat-obatan yang diberikan dengan alasan kesuburan itu membuat ibu sakit parah! Dia menderita ayah! Apa ayah sadar itu?!
Danyi Hia
Penyakit ibu dipicu dari obat-obatan yang tabib kerajaan berikan.
Danyi Hia
Ayah tidak sadar bahwa keadaan ibu semakin menurun setiap harinya? Apa ayah buta hingga tidak menyadari perubahan pada fisik ibu?
Danyi kembali menangis, sakit hatinya atas penderitaan sang ibu selama ini akhirnya dapat ia lampiaskan.
Raja terdiam mendengar kemarahan putrinya. Hatinya bagai tertusuk ribuan jarum.
Danyi Hia
Kematian ibu hari ini... kaulah penyebabnya.
[ Menggeram ]
Danyi berbalik untuk keluar dari ruangan Raja. Ia menutup dengan keras pintu tersebut tanpa memperdulikan etika terhadap Raja.
Danyi berakhir menyendiri di taman istana. Ia tak lagi menangis, tak lagi berandai-andai mengenai ibunya. Danyi hanya duduk di bawah pohon dengan pikiran yang entah kemana.
Sampai sebuah suara mengembalikan kesadarannya.
Itu adalah Saara Hewitt yang memanggil. Dia adalah istri dari Ishaan Hewitt, orang kepercayaan Raja.
Perempuan itu menghampiri Danyi yang terlihat menyedihkan.
Saara Hewitt
Jangan menyalahkan diri sendiri atas kepergian Ratu, Danyi.
Danyi Hia
Aku berteriak pada ayah, mengatakan bahwa semuanya adalah salahnya. Padahal aku juga bersalah atas kematian ibu.
Danyi Hia
Seandainya. . . aku tidak membiarkan ibu meminum obat-obatan penyubur itu, ibu mungkin masih bisa bertahan.
Danyi Hia
Seandainya aku berdiri di sampingnya, menyemangati selama proses melahirkan, ibu mungkin akan berpikir dua kali untuk menyerah dengan hidupnya.
Danyi Hia
[ Menatap Saara ] Aku juga bersalah, Saara. Aku membiarkan ibu tetap meminum obat-obatan itu meskipun aku tau itu adalah penyebab kondisi kesehatan ibu terus menurun setiap harinya.
Saara Hewitt
[ Menghapus air mata Danyi ] Ini bukan salahmu, Danyi. Ini adalah takdir Tuhan.
Saara Hewitt
Kita datang dari tanah, dan juga akan kembali ke tanah.
Saara Hewitt
Kematian tidak dapat dihindari, Danyi.
Saara Hewitt
Tuhan yang merancang, dan kita hanya menjalaninya.
Saara Hewitt
Jangan terpuruk dalam kesedihan, aku yakin Ratu tidak akan senang melihat putri cantiknya bersedih.
Danyi Hia
Aku akan tinggal sedikit lebih lama di sini, Saara.
Danyi Hia
Sampai tanah ibuku mengering, kemudian aku akan kembali ke perbatasan.
Saara Hewitt
Baiklah, aku akan sering datang ke istana untuk mengunjungimu.
Saara Hewitt
Jangan sungkan.
Comments