Bab 4 kemarahan sepasang pendekar hantu haus darah

"Rupanya penyusup itu sudah mendengar semua pembicaraan kita, Ki," ucap Nyi Sangguh.

"Sungguh memalukan kita dapat kecolongan dengan mudah. Apa kata orang jika berita ini sampai tersebar luas?" Ki Pasung sangat marah, merasa dipecundangi oleh seseorang yang berhasil mencuri dengar itu.

"Tenanglah, Ki. Aku rasa penyusup itu bukan orang sembarangan, buktinya dia mampu menyembunyikan getaran napasnya dari kita," ucap Nyi Sangguh dengan tatapan mata menyapu ke sekitar.

"Kita patut curiga pada orang-orang dari Gunung Awan itu, Nyi." Ki Pasung langsung menuduh Arimba dan kedua gurunya.

"Mengapa begitu, Ki?" tanya Nyi Sangguh.

"Di antara para pengunjung kedai tadi, hanya Gandama dan Matsapati yang tingkat kesaktiannya paling tinggi, sudah setara dengan kita. Aku yakin kalau salah satu dari merekalah orang yang menguping tadi," ucap Ki Pasung memberikan alasannya.

Nyi Sangguh merenungi pendapat suaminya, lalu mengangguk membenarkan.

"Cukup masuk akal. Hanya orang berilmu tinggilah yang mampu lolos dari serangan jarum neraka ku tadi," ucap Nyi Sangguh.

"Bagaimana kalau kita sambangi mereka untuk meminta penjelasan karena sudah berani tidak sopan memata-matai kita?" ucap Nyi Sangguh.

"Jangan, Nyi, belum waktunya kita membuat urusan dengan mereka. Kita hanya akan rugi sendiri jika saat ini terlibat percekcokan karena bisa menguntungkan pihak lain," sahut Ki Pasung.

"Sebaiknya ayo kita masuk ke dalam. Untuk sementara, kita lupakan kejadian tadi," tambah Ki Pasung, mencoba menahan sabar meskipun hatinya ingin langsung melabrak Gandama dan rombongannya.

"Ah! Awas saja nanti mereka bertiga karena sudah berani kurang ajar padaku," gerutu Nyi Sangguh dengan hati mendongkol, lalu masuk ke dalam.

Setelah dua orang tua itu pergi, Barata lalu muncul dari balik pohon persembunyiannya. Ia meraba bajunya yang robek terkena serangan jarum wanita tua tadi. Barata merasa beruntung dapat bergerak cepat menghindari serangan gelap dari Nyi Sangguh.

"Terlambat sedikit saja tadi menghindar, bisa ketahuan aku oleh mereka," ucap Barata.

Begitu keadaan sudah aman, Barata lalu melesat pergi meninggalkan tempat itu dan kembali ke penginapan. Sesampai di sana, ia mendapati Andini masih terjaga. Rupanya gadis kecil itu sempat khawatir karena Barata tak kunjung kembali.

"Bagaimana, Tuan? Apakah kau berhasil mendapatkan informasi tentang reruntuhan itu?" tanya Andini begitu melihat Barata sudah kembali.

"Tentu saja, Andini. Ternyata lokasi reruntuhan itu berada di sebelah timur sana, tepatnya di bawah kaki Gunung Jaban," ucap Barata sambil menunjuk ke arah luar jendela.

"Lalu, apa rencana Tuan besok?" tanya Andini.

"Besok kita akan berangkat mendahului mereka semua. Sekarang, tidurlah," ucap Barata.

"Baik, Tuan." Gadis kecil itu pun sekarang dapat beristirahat dengan tenang setelah Barata kembali.

Sementara itu, Barata masih terjaga sambil berpikir membuat rencana untuk besok. Ia tidak mau berbuat ceroboh sebab lawan-lawannya bukanlah orang-orang sembarangan. Perbedaan satu tingkat saja sudah merupakan masalah besar, apalagi dua tingkat.

"Huh, yang paling rendah di antara mereka hanya perempuan yang bernama Arimba, seorang pendekar tingkat dewa tahap menengah. Aku memang harus penuh perhitungan, jangan sampai aku membuat Andini kenapa-napa," ucap Barata, lalu menoleh ke arah Andini yang kini sudah tertidur pulas. Tingkat kekuatan gadis kecil itu masih di tingkat pendekar langit tahap akhir.

Barata duduk bersandar pada dinding di belakangnya dengan pikiran menerawang jauh.Sementara malam pun semakin larut. Suasana di perkampungan terasa sunyi dan senyap. Apalagi kedai yang tadi ramai sekarang sudah tutup, membuat suasana malam itu semakin sepi laksana perkampungan mati.

Dari kejauhan, terdengar suara anjing hutan menggonggong saling bersahutan dan sesekali terdengar suara burung hantu dari atas pohon.

****

Di pagi yang masih gelap, dua buah bayangan melesat dengan cepat laksana hantu yang mengincar mangsa. Dua bayangan itu tidak lain adalah Nyi Sangguh dan Ki Pasung. Mereka berdua bergerak lebih awal karena tidak mau keduluan yang lain. Kedua orang tersebut rela mengabaikan suasana hutan yang masih agak gelap dan udara dingin menembus tulang yang disertai oleh kabut tipis.

"Kita akan untung besar, Ki, karena kita akan sampai duluan," ucap Nyi Sangguh di sela perjalanannya.

"Kau benar, Nyi. Aku yakin kalau orang-orang dari Perguruan Gunung Awan akan bergerak begitu matahari sudah muncul, dan itu kebodohan mereka," sahut Ki Pasung.

"Kita percepat perjalanan kita, Ki," ucap Nyi Sangguh. Wanita tua itu sudah tidak sabar ingin cepat sampai di tempat tujuan.

Ki Pasung pun menuruti perkataan istrinya, lalu melipatgandakan kecepatannya sehingga pergerakan mereka menjadi sangat cepat seperti kilat.

Namun, sayangnya perkiraan Nyi Sangguh dan Ki Pasung itu sangat keliru dalam menilai Arimba dan dua orang gurunya, sebab mereka bertiga sudah jauh di depannya. Begitu pula dengan seorang pria bernama Cakra Bayu yang berjuluk Pendekar Harimau. Pemuda itu berjarak tidak jauh dari rombongan Arimba.

Pemuda itu bersikap sangat tenang walaupun tahu dirinya dihimpit oleh dua kekuatan besar yang kapan saja dapat menyerangnya.

Bau daun busuk dan bau bunga tumbuhan liar di sekitar hutan terasa menusuk hidung. Hutan yang semula gelap kini mulai terang setelah matahari mulai menampakkan diri.

Di depan sana, Arimba, Gandama, dan Matsapati tampak tersenyum setelah dari kejauhan melihat bangunan tua yang sudah berlumut dan menghitam.

"Guru, bukankah itu bangunan kuno yang kita tuju?" seru Arimba sambil menunjuk ke arah depan.

"Kau benar, Arimba. Ayo percepat gerakan kita," ucap Matsapati dengan antusias.

Dengan penuh semangat dan harapan yang besar, ketiga orang itu lalu melaju dengan cepat.

Sementara itu, Barata dan Andini ternyata sudah sampai di reruntuhan kuni sejak tad, karena mereka berdua berangkat lebih awal dari pesaing lainnya, ditambah dengan bantuan singa api yang dapat terbang dengan sangat cepat.

"Tuan, pasti inilah reruntuhan kuno yang dimaksud oleh orang-orang di kedai semalam," ucap Andini sambil memandangi bangunan tua di hadapannya.

Barata mengangguk, perhatiannya tertuju pada bagian-bagian bangunan besar yang sudah rusak serta berlumut.

"Ya, aku yakin inilah bangunan itu, Andini," jawab Barata. Ia berjalan pelan mengelilingi bangunan itu, mengamatinya dengan saksama.

"Tuan, tunggu apa lagi? Ayo kita masuk dan lihat apa yang ada di dalam sana," seru Andini.

"Baiklah, mari kita masuk," sahut Barata. Andini yang sudah tidak sabar lalu melangkah masuk lebih dulu, namun tiba-tiba... "Braak!" Tubuh Andini pun terpental. Melihat kejadian di luar dugaan itu, Barata bergerak cepat menangkap gadis kecil itu.

"Aduh!" terdengar Andini kesakitan ketika kepalanya terbentur dinding gaib itu.

"Kau tidak apa-apa, Andini?" tanya Barata.

Andini mengangguk pelan, memegangi kepalanya yang masih terasa sakit.

"Ternyata ada dinding tidak terlihat yang melindungi bangunan ini, Tuan," ucap Andini.

"Oh, jadi begitu, pantas saja kamu terlempar."

Barata segera memeriksa untuk membuktikan perkataan Andini. Dia meraba di tempat Andini masuk tadi dan benar saja, ia pun menyentuh sebuah dinding tebal yang tidak terlihat.

"Rupanya untuk bisa masuk ke dalam bangunan itu, kita harus menghancurkan dinding pelindungnya lebih dulu, Andini," ucap Barata.

"Mari kita hancurkan, Tuan, sebelum orang-orang itu sampai kemari," ucap Andini.

"Biar aku saja, Andini. Kau menjauhlah," perintah Barata. Ia mengeluarkan Pedang Iblis Hitam dan segera menyalurkan kekuatannya.

Namun, di saat Barata akan mengayunkan pedangnya, tiba-tiba ia merasakan getaran kekuatan besar dari arah belakangnya, sehingga Barata pun mengurungkan niatnya.

Andini yang juga merasakan kekuatan itu langsung berseru kepada Barata, "Orang-orang itu akan segera tiba, Tuan."

"Andini, ayo kita sembunyi!" ucap Barata, segera menarik tangan Andini dan berkelebat pergi.

Sesaat kemudian, Arimba dan dua orang gurunya pun tiba di reruntuhan itu. Ketiganya memandangi bangunan itu dengan mata berbinar-binar.

"Akhirnya kita sampai, Guru," ucap Arimba dengan penuh harap dapat menemukan harta karun seperti yang pernah dikatakan gurunya.

Terpopuler

Comments

prahara

prahara

terkadang harus terus maju untuk cita-cita, apa itu bahaya tidak perduli

2025-08-14

0

Ronaldo vs Messi

Ronaldo vs Messi

unik dan mantap semangat thord

2025-08-14

0

Ariel Yono

Ariel Yono

terus berkembang dan up crezy

2025-08-20

0

lihat semua
Episodes
1 BaB 1 Singgah di perkampungan
2 Bab 2 Datangnya para pendekar-pendekar tangguh
3 Bab 3 Mencari informasi di tengah malam
4 Bab 4 kemarahan sepasang pendekar hantu haus darah
5 Bab 5 Pagar pelindung
6 Bab 6 Membuat kesepakatan
7 Bab 7 Kedatangan pendekar dari perguruan Harimau Hitam
8 Bab 8 Keluar dari tempat persembunyian
9 Bab 9 mencari harta karun
10 Bab 10 kejutan tak terduga
11 Bab 11 Kecerdikan Barata
12 Bab 12 Kemarahan yang meledak
13 Bab 13 Bau harum semerbak bunga Kantil
14 Bab 14 Melawan Dewi maut penyebar kematian
15 Bab 15 Pertarungan tak terelakkan
16 Bab 16 Perkenalan
17 Ketua perguruan bambu kuning
18 Bab 18 Kobaran Api dendam
19 Bab 19 Tiba di desa Rejosari
20 Bab 20 Singgah di rumah Sari Ningrum
21 Ban 21 Mustika bulan putih
22 Bab 22 bulan merah dan suasana malam yang mencekam
23 23 munculnya dua sosok
24 Bab 24 pertarungan di bawah bulan Merah 1
25 Bab 25 Pertarungan di bawah bulan merah 2
26 Bab 26 pertarungan di bawah bulan merah 3
27 Bab 27 Akhir pertarungan.
28 melanjutkan perjalanan.
29 Bab 29 Kejadian dihutan wanamerta
30 Bab 30 Harimau emas
31 Bab 31 Kemarahan
32 Bab 32 kabar mengejutkan
33 Bab 33 kejutan di luar kedai
34 Melawan pasukan Arimba
35 Barata vs Arimba
36 Masalah belum selesai
37 Perasaan seorang gadis yang terpendam.
38 pasukan bayangan kematian
39 Malam yang gawat
40 Kemarahan yang membara
41 Kejutan untuk perguruan Gunung Awan
42 Ketegasan ketua perguruan Gunung Awan
43 Pergi ke perguruan Gunung Awan
44 rencana memburu Barata
45 Dibalik kata manis ketua Perguruan Gunung Awan.
46 Keadaan yang memanas.
47 Petarung di perguruan Gunung Awan
48 Berusaha sekuat tenaga
49 pelarian
50 Desa bunga Mati
51 Tiba di kota Unara
52 bernegosiasi
53 Pencarian terus berlanjut
54 terus menuju ke selatan
55 Siapa tiga orang itu
56 Kuil tua
57 Bencana di mulai
58 kemunculan Anjar Wati
59 Melawan Anjar Wati
60 Mengerahkan semua kekuatan
Episodes

Updated 60 Episodes

1
BaB 1 Singgah di perkampungan
2
Bab 2 Datangnya para pendekar-pendekar tangguh
3
Bab 3 Mencari informasi di tengah malam
4
Bab 4 kemarahan sepasang pendekar hantu haus darah
5
Bab 5 Pagar pelindung
6
Bab 6 Membuat kesepakatan
7
Bab 7 Kedatangan pendekar dari perguruan Harimau Hitam
8
Bab 8 Keluar dari tempat persembunyian
9
Bab 9 mencari harta karun
10
Bab 10 kejutan tak terduga
11
Bab 11 Kecerdikan Barata
12
Bab 12 Kemarahan yang meledak
13
Bab 13 Bau harum semerbak bunga Kantil
14
Bab 14 Melawan Dewi maut penyebar kematian
15
Bab 15 Pertarungan tak terelakkan
16
Bab 16 Perkenalan
17
Ketua perguruan bambu kuning
18
Bab 18 Kobaran Api dendam
19
Bab 19 Tiba di desa Rejosari
20
Bab 20 Singgah di rumah Sari Ningrum
21
Ban 21 Mustika bulan putih
22
Bab 22 bulan merah dan suasana malam yang mencekam
23
23 munculnya dua sosok
24
Bab 24 pertarungan di bawah bulan Merah 1
25
Bab 25 Pertarungan di bawah bulan merah 2
26
Bab 26 pertarungan di bawah bulan merah 3
27
Bab 27 Akhir pertarungan.
28
melanjutkan perjalanan.
29
Bab 29 Kejadian dihutan wanamerta
30
Bab 30 Harimau emas
31
Bab 31 Kemarahan
32
Bab 32 kabar mengejutkan
33
Bab 33 kejutan di luar kedai
34
Melawan pasukan Arimba
35
Barata vs Arimba
36
Masalah belum selesai
37
Perasaan seorang gadis yang terpendam.
38
pasukan bayangan kematian
39
Malam yang gawat
40
Kemarahan yang membara
41
Kejutan untuk perguruan Gunung Awan
42
Ketegasan ketua perguruan Gunung Awan
43
Pergi ke perguruan Gunung Awan
44
rencana memburu Barata
45
Dibalik kata manis ketua Perguruan Gunung Awan.
46
Keadaan yang memanas.
47
Petarung di perguruan Gunung Awan
48
Berusaha sekuat tenaga
49
pelarian
50
Desa bunga Mati
51
Tiba di kota Unara
52
bernegosiasi
53
Pencarian terus berlanjut
54
terus menuju ke selatan
55
Siapa tiga orang itu
56
Kuil tua
57
Bencana di mulai
58
kemunculan Anjar Wati
59
Melawan Anjar Wati
60
Mengerahkan semua kekuatan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!