3

Monica berdiri di depan gedung kantornya, langit mulai gelap. Jam 17.05, ia ragu untuk masuk. Di tangannya, surat mutasi dari Bu Ratna, ditandatangani Teddy Indra Wijaya.

"Beneran, nih... aku dipindah jadi sekretarisnya Pak Teddy?" gumamnya, tak percaya. Bukan hanya jabatannya, tapi siapa atasan barunya: duda tampan, kaya raya, dingin, dan terlalu sempurna. Monica bahkan sempat berpikir Teddy setengah vampir, karena awet muda.

"Aduh, Mon... tahan napas. Naik lift, ketok pintu, senyum manis. Kamu cuma sekretaris, bukan dilamar," gumamnya, lalu masuk lift.

Lantai 12 sepi, hanya suara AC dan aroma kopi dari pantry. Di ujung lorong, pintu kaca bertuliskan "Direktur Utama - Teddy Indra Wijaya" terlihat gagah dan intimidatif.

Monica mengatur napas, lalu mengetuk. "Masuk," suara berat Teddy terdengar.

Suaranya dalam dan tegas, membuat jantung Monica berdebar. Ia masuk perlahan, menutup pintu. Teddy duduk di balik meja besar dari kayu jati, kemeja putihnya rapi, lengan tergulung, jam tangan mewah melingkar di pergelangannya. Wajahnya dingin, serius, namun tampan luar biasa.

"Monica Pratiwi," katanya tanpa melihat Monica.

"I-iya, Pak," jawab Monica gugup.

Teddy mendongak. Mata mereka bertemu. Monica merasa seperti tersedot ke dalam pusaran tekanan darah tinggi.

"Kamu sekretaris baru saya. Mulai besok, semua agenda, surat, meeting, hingga pemesanan kopi harus kamu tangani."

"Iya, Pak," sahut Monica cepat.

Teddy berdiri, mengambil map merah, dan berjalan mendekat. Monica mencium wangi parfum maskulin yang mahal. Kakinya terasa lemas.

"Dan satu lagi," ujar Teddy, menyerahkan map itu.

"Ya, Pak?"

"Di luar jam kerja, saya tidak suka dihubungi kecuali sangat penting. Jangan ganggu saya dengan hal remeh. Saya tidak suka basa-basi."

"Iya, Pak."

Teddy kembali ke kursinya. Monica berbalik hendak keluar. Sebelum tangannya mencapai gagang pintu, Teddy berkata, "Dan, Monica..."

Monica menoleh.

"Saya nggak suka sekretaris yang terlalu gugup. Santai saja, selama kamu nggak cari masalah."

"I-iya, Pak," katanya, lalu buru-buru keluar.

Di lorong, Monica bersandar di dinding, napasnya berat. Keringat dingin mengalir di pelipisnya.

"Ya Allah... ini baru hari pertama udah kayak wawancara jadi menantu."

Monica bergegas ke ruangan barunya, tepat di depan ruang direktur. Ruangan kecil namun nyaman, dengan meja, dua kursi tamu, dan rak file kosong. Di mejanya, sudah tersedia komputer, telepon, dan tumpukan kertas agenda. Ia duduk, membuka map dari Teddy, menghela napas panjang. Ia masih tak percaya: dari admin biasa di lantai 5, menjadi sekretaris direktur utama yang terkenal galak dan cuek.

"Yah, mau nggak mau dijalani. Siapa tahu gaji naik, jodoh ikut naik," gumamnya, lalu membuka laptop dan memeriksa agenda.

Belum lima menit, telepon berdering. "Monica," katanya saat mengangkat.

Suara datar dari seberang langsung terdengar, "Bisa minta tolong buatkan kopi hitam, tanpa gula, dua sendok kecil. Sekarang." Itu suara Teddy.

Monica melongo, "I-iya, Pak. Segera saya buatkan."

Ia bergegas ke pantry, berjuang dengan mesin kopi otomatis. "Dua sendok kecil kopi hitam, tanpa gula," gumamnya, memastikan takaran.

Sambil menunggu kopi, ia mengintip bayangannya di microwave. Dandanannya masih rapi, tapi rasanya seperti anak magang yang terus diawasi.

Di ruang direktur, Monica mengetuk pelan. "Masuk." Ia meletakkan cangkir kopi di meja Teddy.

"Silakan kopinya, Pak."

"Terima kasih," jawab Teddy datar, hampir tanpa menoleh.

Monica hendak mundur, tapi Teddy berkata, "Besok pagi kamu ikut saya ke rapat klien. Di luar kantor. Pukul delapan sudah siap di lobi. Jangan telat."

Monica terdiam, lalu mengangguk cepat, "Baik, Pak."

Ia keluar dengan perasaan campur aduk: senang dipercaya, tapi panik karena harus ikut ke luar kantor—bangun subuh, dandan maksimal, dan siap mental.

Di ruangannya, ia menjatuhkan diri ke kursi. "Ya Allah, ini direktur atau aktor drama Korea sih? Kaku, tegas, tapi bikin deg-degan setengah mati," gumamnya, memijat pelipis.

Baru adaptasi, sudah ada tugas luar. Hidupnya akan jauh lebih kompleks. Apalagi jika benar dugaan teman-temannya: Teddy punya masa lalu yang rumit. Dan entah kenapa, firasatnya berkata, cepat atau lambat, ia akan terseret ke dalamnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!