Kabut pagi menggantung rendah di tepian hutan di barat Desa Saraya. Embun menetes dari ujung dedaunan, sementara tanah masih basah oleh sisa hujan semalam. Di sinilah Kiwang berdiri, mengenakan mantel cokelat tua peninggalan ayahnya. Tangannya memegang lentera kecil, dan di pinggangnya tergantung pisau berburu berkarat. Langkahnya perlahan namun pasti menyusuri jalan setapak yang sudah lama tak dilalui.
Tempat ini biasa disebut warga sebagai "Hutan Mati." Tak ada yang benar-benar mati di sana, tapi cerita lama mengatakan roh-roh penasaran tinggal di antara akar-akar pohon tua. Sejak kecil, Kiwang dilarang mendekat, kecuali saat dia bersama ayahnya. Namun setelah kematian ayahnya lima tahun lalu, tempat itu menjadi tabu.
Dan justru karena itu… ia kembali ke sana.
Bayangan reruntuhan batu yang pernah dilihatnya sekilas bertahun lalu terus memanggil. Kini, dengan bisikan sistem yang menyebut “Reruntuhan Awal,” ia yakin: tempat itu bukan kebetulan.
> [Sinkronisasi Rune: 11%
Lokasi Jalur Awal: Dalam radius 100 meter]
Suara itu kembali di kepalanya, netral, dingin, namun kini terasa… familiar. Ia mulai tak lagi terkejut mendengarnya.
Di depannya, pepohonan mulai merenggang. Kabut menipis. Dan di tengah-tengah semak dan rerumputan liar, tampak sebuah struktur batu melingkar—tertutup sebagian oleh akar dan tanah, seperti telah tidur selama berabad-abad.
Kiwang mendekat. Ada sembilan pilar rendah yang mengelilingi sebuah altar kecil. Setiap pilar memiliki ukiran yang sudah nyaris tak terbaca. Tapi saat ia menyentuh salah satunya, ukiran itu bercahaya samar.
> [Fragmen Rune Tertua Terdeteksi…
Aktivasi awal dimulai.
Lingkaran Pemanggilan Spiral—Tingkat 0]
Tiba-tiba, tanah di bawah altar bergetar pelan. Sebuah lingkaran muncul, memancarkan cahaya pelangi yang berdenyut perlahan. Cahaya itu membentuk simbol aneh, berbeda dari simbol rune biasa yang diajarkan di desa.
Cahaya melesat ke dada Kiwang. Seketika, dunia seperti terbalik.
—
Pandangannya berganti. Kini ia berada di ruangan yang asing—dindingnya dari batu hitam mengkilap, langit-langit tinggi, dan di tengah ruangan itu berdiri sosok berjubah putih, wajahnya tertutup kain. Suaranya menggema tanpa membuka mulut.
“Pewaris yang tidak terlihat. Kau telah membuka mata ketiga. Tapi belum cukup.”
“Siapa kau?” Kiwang bertanya.
“Saya adalah saksi. Bukan pelindung. Apa yang kau bangkitkan akan membawa bencana… atau harapan.”
Kiwang menatap sekeliling. "Apa tempat ini?"
“Ruang antara. Di sinilah rune murni disimpan sebelum dipilih. Kau menyentuhnya sebelum waktunya.”
Kiwang mengepalkan tangan. “Aku tak punya pilihan.”
Sosok itu menunduk. “Karena itu, kau diberi akses. Tapi ingat, jalanmu tak akan seperti para pengendali biasa. Setiap warna harus kau bangkitkan sendiri. Tanpa batu. Tanpa ritual. Tanpa bimbingan.”
“Kenapa?”
“Karena kau bukan satu dari mereka.”
—
Dalam sekejap, Kiwang kembali ke tubuhnya. Ia terhuyung, napas memburu. Lingkaran di altar telah hilang, tapi di telapak tangannya kini ada simbol pelangi samar.
> [Rune Spiral Terbangkitkan – Level 0
Akses: 1/9 warna dasar terbuka.
Elemen: ???
Kondisi jiwa: Tidak stabil]
“Baru satu… dari sembilan?” gumamnya.
Kiwang terdiam sejenak, lalu duduk di tepi altar. Dada kirinya masih terasa berat. Tapi bukan sakit—lebih seperti ketegangan yang belum selesai. Ia tahu, ini baru permulaan.
Tak lama, ia mendengar suara langkah kaki dari kejauhan. Refleks, ia bersembunyi di balik semak.
Dua orang muncul dari balik pohon—seorang pria tua berjubah tetua dan seorang pemuda muda berambut perak.
“Lihat, jejak cahaya aktif. Seseorang telah masuk ke sini,” ucap sang pemuda. Suaranya tenang namun mengandung tekanan.
Tetua itu mengangguk, menatap reruntuhan. “Tempat ini seharusnya tersegel. Tak ada yang boleh menemukannya…”
Kiwang membeku. Ia tak mengenali mereka. Bukan dari desa. Bukan pula utusan biasa. Tapi mereka tahu tentang reruntuhan ini.
Pemuda itu menyentuh satu pilar, lalu memicingkan mata. “Energi tak stabil. Spiral belum lengkap. Tapi… pelangi sudah terbangkitkan. Ini mustahil.”
“Kalau benar seseorang membangkitkannya, dia bukan orang biasa,” kata tetua.
“Dan itu berbahaya.” Mata si pemuda berubah tajam. “Bahkan mungkin… musuh kita sedang bangkit.”
Tanpa berkata apa-apa lagi, mereka pergi ke arah timur.
Kiwang tetap bersembunyi hingga suara langkah benar-benar hilang. Lalu ia berdiri, menatap reruntuhan.
“Jadi… aku bukan satu-satunya yang tahu tentang tempat ini,” desisnya.
Ia menyeka keringat di dahi, lalu berjalan pulang. Tapi kini, langkahnya tak lagi goyah.
Saat tiba di rumah, ibunya belum kembali dari pasar desa. Rumah sunyi. Di meja, ada sepiring ubi goreng yang dibiarkan dingin. Kiwang duduk, menggigit satu, lalu memandang keluar jendela.
Warna-warni itu… bukan lagi bayangan.
Mereka nyata.
Keesokan harinya, desa kembali sibuk. Anak-anak pengguna rune dipanggil ke balai latihan. Mereka mulai belajar menggabungkan teknik dasar, diawasi langsung oleh pelatih dari ibu kota.
Namun dari kejauhan, Kiwang melihat Damar memaksa bola api untuk membakar sebatang bambu. Api itu lepas kendali, hampir menyambar seorang gadis kecil yang menonton dari jauh.
Kiwang bergerak refleks. Dengan satu gerakan cepat, ia meraih tangan gadis itu dan menariknya menjauh.
Dan saat itu, udara di sekelilingnya bergetar.
Semua orang membeku.
Kilatan warna pelangi muncul sekejap di sekeliling tubuh Kiwang, lalu menghilang seperti asap.
Semua mata menatapnya. Mulut Damar terbuka lebar. Pelatih dari ibu kota mengernyit.
“Barusan… apa itu?” tanya Soka.
Kiwang hanya menatap tangan kirinya. Tak ada cahaya sekarang, tapi dia tahu. Sesuatu di dalamnya… mulai bangkit tanpa diperintah.
Ia mundur, lalu berlari meninggalkan kerumunan.
Di hutan, ia kembali ke reruntuhan.
> [Peningkatan Energi Emosional: 13%
Warna berikutnya tersedia: MERAH
Aktivasi elemen api membutuhkan pengendalian emosi]
“Jadi... sistem ini tidak hanya tentang kekuatan,” gumamnya. “Ini tentang... bagaimana aku merasakannya.”
Pelan-pelan, Kiwang mengerti. Rune-nya bukan datang dari luar, bukan dari batu, bukan dari tetua.
Melainkan dari dalam dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Eirlys
Keren abis, pengen baca lagi!
2025-08-04
1