2. Luka Yang Tertinggal

Di dalam ruangan kecil yang tak memiliki banyak perabotan di dalamnya itu, Armand duduk merenung. Posisinya kepalanya yang tertengadah ke atas membuat pandangan Armand langsung mengarah ke langit-langit ruangan.

Siapa bilang pria berusia matang sepertinya tidak bisa merasakan melo atau sedih. Toh pada kenyataannya, Armand tak akan malu mengakui bahwa hingga saat ini, ia masih dihantui oleh trauma. Yang mana selalu membayangi tiap langkah, seolah enggan untuk membiarkannya menapak bebas. Hingga karena alasan itu pula lah, maka Armand tak memiliki minat untuk kembali menjalin kisah asmara.

Tak peduli sekali pun Fandy terus mencoba menggoyahkan keteguhan hatinya dengan menceritakan seluruh petualangan 'panas' yang sahabatnya itu lalui, Armand tetap tak bergeming.

Pernah sekali Daffa menyeletuk mengatakan jika dirinya masih mencintai mantan istrinya, hingga kesulitan untuk move on. Namun...

Masihkah Armand mencintai mantan istrinya?

Jawabannya sudah tentu tidak ada lagi rasa tersebut di dalam hatinya. Yang tertinggal hanya luka. Luka yang menyebabkan trauma berkepanjangan serta membuat Armand tak malu lagi meletakkan hatinya kepada siapapun.

"Ngelamun aja terus, Man. Coba buka lebar itu mulut, sapa tau ada cicak mau ngasih sedekah buat lelaki gagal move on sepertimu."

Armand mendengus. Dengan hanya mendengar suaranya saja Armand sudah tahu siapa orang yang suka seenaknya nyelonong masuk ke dalam ruang pribadinya ini.

Kesal karena kedatangan Fandy yang kini telah terdengar menarik kursi yang berada di seberang meja, Armand berusaha mengabaikan keberadaan pria usil itu dengan tetap mempertahankan posisinya semula.

"Cieee Armand, gagal move on nih yee."

Godaan disertai kikikan geli di akhir kalimat tersebut membuat Armand mendengus kesal.

"Kalau emang masih gagal move on, coba aja hubungin lagi itu perempuan ular. Ajak aja indehoy sekali atau dua kali. Meski aku sebenarnya nggak setuju kau menjalin hubungan lagi dengan tuh perempuan, tapi siapa tau aja setelah kalian mendaki gunung melewati lembah bersama, akhirnya bisa melegakan rasa frustasi yang kau rasakan selama bertahun-tahun."

Armand memejamkan kedua matanya rapat. Sungguh, Armand berniat untuk mengabaikan apapun bentuk ocehan sahabatnya yang ingin sekali ia sumpal mulutnya itu menggunakan kaos kakinya.

"Wah... wahhh, tega bener kau Armand, sang duda kaya raya tapi gagal move on, mengabaikan keberadaan pria tampan dan menawan sepertiku."

Kekeuh berusaha untuk mengabaikan Fandy yang terus mengoceh, Armand bahkan bersikap baik patung hidup, bernapas tapi tak bergerak.

"Gini loh ya, bapak Armand Rizaldi yang terhormat, aku ini udah dateng jauh-jauh ke kafemu ini, yang kau bangun di lokasi yang nggak strategis begini, jadi tolong dong ya, hargai'in sedikit niat baik sahabatmu ini untuk menemani duda kesepian macam kau ini."

"Sebenarnya apa sih tujuan kau datang ke sini, Fan?" Armand tak lagi bisa terus mengabaikan si cerewet yang selalu tahu bagaimana caranya menikmati hidup itu. "Kalau tujuanmu datang ke sini cuma buat ngomongin hal yang nggak penting, mending kau balik aja ke tumpukkan mobil-mobil mewahmu sana." ucap Armand kesal seraya duduk tegak menghadap Fandy yang malah menyengir tanpa dosa.

"Aku tuh cuma lagi bosan aja, Man. Tadinya nggak mikir mau mampir, tapi ternyata tanpa sadar aku malah mengarahkan mobilku ke kafemu yang nggak banyak pengunjungnya ini." Fandy berucap ringan sembari mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan yang tak lebih luas dari kamar pembantunya di rumah.

"Kau kan tau, kafe ini aku bangun bukan sebagai tempat untuk mencari keuntungan."

"Ya... ya... ya, juragan tanah sepertimu itu emang nggak perlu lagi sumber pemasukan lainnya." Fandy merotasikan kedua matanya kesal. "Lokasi ini kau pilih juga karena udah tau kalau nggak akan ada banyak orang yang ke sini. Jadi, selain tujuanmu supaya kau nggak keliatan seperti pengangguran saat berada di kota, kau juga suka menyendiri di sini. Soalnya kau nggak mau kalau sampe ibumu yang lembut hatinya itu jadi kepikiran ngeliat anak beliau satu-satunya masih gagal move on."

"Siapa bilang aku masih belum move on, Fan?" Armand berusaha menyabarkan dirinya. Ia benar-benar kesal karena terus dikatai gagal move on. Meski tahu jika Fandy hanya bercanda, dan hanya ingin memancingnya bicara, tetap saja Armand merasa kesal.

"Iya, udah move on. Tapi masih cinta, kan?"

"Ya ampun... " ingin sekali rasanya Armand meraup muka dan menarik bibir pria yang duduk di seberang meja itu. Akan tetapi, rupanya kesabaran Armand yang masih tersisa sedikit membuatnya masih bisa menahan diri dan dengan sabar kembali menjelaskan, "Bagiku, baik itu rasa cinta, rasa sayang, atau seperti apapun kau menyebutnya, semua itu udah nggak ada lagi di hatiku. Dia hanyalah bagian dari masa lalu, yang kehadirannya harus aku jadikan sebagai pembelajaran agar aku nggak akan lagi merasakan hal yang serupa."

"Kalau begitu, bersenang-senanglah, Man. Keluar lah dari 'duniamu' yang sempit dan 'tertutup' ini. Carilah perempuan lain yang bisa mengisi kekosongan hatimu itu. Agar, saat nanti kau berhadapan lagi dengan perempuan itu, kau bisa memamerkan kalau kau bisa mendapatkan pengganti yang jauh lebih baik darinya."

"Aku masih belum kepikiran untuk berumah tangga lagi, Fan." timpal Armand langsung. "Sekarang ini aku sangat menyukai keadaanku in... "

Tok... tok...

Perkataan Armand seketika terhenti sebab terdengar suara pintu yang diketuk dari luar. Karena pintu ruangan dimana ia berada saat ini ternyata dibiarkan terbuka lebar oleh Fandy, maka Armand bisa langsung melihat keberadaan Arif, orang yang bertanggung jawab untuk mengolah kafenya ini.

"Maaf mengganggu, Pak. Tapi, ada tamu yang terus ngotot mau bertemu dengan Bapak. Dia bahkan sengaja membuat keributan di luar."

"Siapa?" tanya Armand langsung.

"Dia bilang namanya Evalina. Katanya, kalau Bapak nggak mau nemuin dia, maka dia akan tetap membuat keributan dan mengganggu ketenangan beberapa pengunjung yang ada di luar."

Sontak saja begitu mendengar nama tersebut, Armand menghela napas berat.

Seharusnya mantan istrinya itu akan sulit menemukan tempat menyendirinya ini. Selain karena lokasinya yang tak ia beritahukan kepada siapapun yang mengenalnya, Armand juga selalu menggunakan jalan rahasia untuk bisa sampai ke sini.

Jadi, satu-satunya cara Evalina bisa menemukan tempat ini adalah...

Pandangan Armand kemudian mengarah tajam kepada si tersangka utama. Si pria cerewet yang kini meringis seraya menggaruk bagian belakang kepalanya yang sudah pasti tidak terasa gatal.

"Sorry, Man!" Fandy meringis merasa bersalah. "Aku nggak tau kalau perempuan itu ternyata ngikutin aku."

Sudahlah! Percuma saja jika ingin memarahi sahabatnya itu.

Yang bisa Armand lakukan hanyalah kembali memandang Arif seraya berkata, "Suruh duduk dan bilang aku akan segera keluar untuk menemuinya."

"Baik, Pak."

Usai orang kepercayaannya itu berlalu dari depan muka pintu yang terbuka, Armand pun berdiri dengan diikuti oleh Fandy yang kini merasa bersalah.

"Sumpah, Man, aku nggak tau kalau nenek gayung itu ngikutin aku."

"Udahlah, jangan dibahas lagi. Walaupun bukan melaluimu, suatu hari nanti dia pasti juga bisa nemuin tempat ini."

"Kenapa sih tuh perempuan haus belaian segitu obsesinya padamu? Bukannya kalian udah lama berpisah, masih aja dia selalu berusaha ngerecokin hidupmu." dengus Fandy kesal.

"Entahlah!" Armand sendiri pun tak mengerti alasan mengapa hingga saat ini mantan istrinya itu masih saja selalu mengusik ketenangannya.

Armand tak ingin lagi memperpanjang pembicaraan dengan sahabatnya yang tak lagi secerewet waktu di awal kedatangannya.

Biarlah hari ini Armand akan menyabarkan diri untuk menemui wanita yang telah berstatus sebagai mantan istrinya itu dan mendengar apa yang ingin wanita itu katakan.

--------

Episodes
1 Prolog - Luka
2 1. Bukan Sembarang Duda
3 2. Luka Yang Tertinggal
4 3. Mantan
5 4. Pulang
6 5. Kembang Desa
7 6. Si Mungil Yang Pendiam
8 7. Sedikit Lebih Dekat
9 8. Anissa Rahma
10 9. Lamaran Yang di Tolak
11 10. Kegaduhan di Warung Mak Ipah
12 11. Malarindu
13 12. Dia Yang Mengkhianati
14 13. Rencana Jahat
15 14. Menyelamatkan Sang Putri
16 15. Aku Calon Suaminya!
17 16. Kesatria (tak) Berpedang
18 17. Yang Merindukan
19 18. Bujukan Ibu Nur
20 19. Double Date? Hmm...
21 20. Tinggal Selangkah Lagi
22 21. Gila Karena Cinta, atau...
23 22. Ingin Mempermalukan tapi Malah...
24 23. Malu Setengah Mati
25 24. Terpaksa Menerima
26 25. Menyelesaikan Masalah Lainnya
27 26. Tak Sabar Ingin Memeluk
28 27. Gangguan di Hari Bahagia
29 28. Bukan Yang Pertama, Tapi...
30 29. (Bukan) Malam Pertama
31 30. Rumah Kita
32 31. Mantan Berulah
33 32. Rasanya Sungguh...
34 33. Lagi Yuk...
35 34. Perayaan Super Sederhana
36 35. Hadiah & Banteng Ngamuk
37 36. Obrolan Malam
38 37. Nyonya Rumah
39 38. Tidak Akan Rela
40 39. Siasat Kucing Garong
41 40. Pertemuan (tak) Terduga
42 41. Ke Hotel Yuk!
43 42. Bulan Madu Yang Tertunda
44 43. Rahasia Antara Kita
45 44. Yang Menyebabkan Luka
46 45. Cerita Masa Lalu
47 46. Lelaki Berotak Kotor
48 47. Selalu Melindungimu
49 48. Kalian Berdua, Jauhi Istriku!
50 49. Teman Baru
51 50. Hanya Milikku!
52 51. Aku, Kamu, dan...
53 52. Malam Pembuahan
54 53. Waktunya Bersantai
55 54. Yang tak Seharusnya Datang
56 55. Eh... Ada Yang Nguntit
57 56. Ada Yang Kepanasan
58 57. Ngapel & Obrolan antar Pasutri
59 58. Bagai Tersambar Petir
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Prolog - Luka
2
1. Bukan Sembarang Duda
3
2. Luka Yang Tertinggal
4
3. Mantan
5
4. Pulang
6
5. Kembang Desa
7
6. Si Mungil Yang Pendiam
8
7. Sedikit Lebih Dekat
9
8. Anissa Rahma
10
9. Lamaran Yang di Tolak
11
10. Kegaduhan di Warung Mak Ipah
12
11. Malarindu
13
12. Dia Yang Mengkhianati
14
13. Rencana Jahat
15
14. Menyelamatkan Sang Putri
16
15. Aku Calon Suaminya!
17
16. Kesatria (tak) Berpedang
18
17. Yang Merindukan
19
18. Bujukan Ibu Nur
20
19. Double Date? Hmm...
21
20. Tinggal Selangkah Lagi
22
21. Gila Karena Cinta, atau...
23
22. Ingin Mempermalukan tapi Malah...
24
23. Malu Setengah Mati
25
24. Terpaksa Menerima
26
25. Menyelesaikan Masalah Lainnya
27
26. Tak Sabar Ingin Memeluk
28
27. Gangguan di Hari Bahagia
29
28. Bukan Yang Pertama, Tapi...
30
29. (Bukan) Malam Pertama
31
30. Rumah Kita
32
31. Mantan Berulah
33
32. Rasanya Sungguh...
34
33. Lagi Yuk...
35
34. Perayaan Super Sederhana
36
35. Hadiah & Banteng Ngamuk
37
36. Obrolan Malam
38
37. Nyonya Rumah
39
38. Tidak Akan Rela
40
39. Siasat Kucing Garong
41
40. Pertemuan (tak) Terduga
42
41. Ke Hotel Yuk!
43
42. Bulan Madu Yang Tertunda
44
43. Rahasia Antara Kita
45
44. Yang Menyebabkan Luka
46
45. Cerita Masa Lalu
47
46. Lelaki Berotak Kotor
48
47. Selalu Melindungimu
49
48. Kalian Berdua, Jauhi Istriku!
50
49. Teman Baru
51
50. Hanya Milikku!
52
51. Aku, Kamu, dan...
53
52. Malam Pembuahan
54
53. Waktunya Bersantai
55
54. Yang tak Seharusnya Datang
56
55. Eh... Ada Yang Nguntit
57
56. Ada Yang Kepanasan
58
57. Ngapel & Obrolan antar Pasutri
59
58. Bagai Tersambar Petir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!