Gadis Kecil Milik Sang Juragan

Gadis Kecil Milik Sang Juragan

Prolog - Luka

Ruangan itu terlihat terang benderang. Di dalam kamar yang terbilang luas dan hampir keseluruhan ornamennya terbuat dari bahan kayu berkualitas tinggi tersebut, Armand berdiri di dekat dengan tatapan mengarah lurus memandangi pemandangan yang ada di luar sana. Memang tidak ada hal menarik yang bisa dipandang. Akan tetapi, pekatnya langit malam seakan bisa sedikit menenangkan perasaannya yang sedang tidak baik-baik saja.

Tatapan Armand begitu tajam. Kemarahan tampak jelas di sorot matanya. Meski bibirnya terkatup rapat, namun kedua tangan yang menyilang di balik punggung tergenggam begitu erat. Sudah lebih dari 5 menit Armand tetap bertahan di posisinya itu. Tak berkata apa-apa, hanya helaan napasnya yang terdengar.

Lalu, saat kemarahan sudah tak bisa lagi ia bendung, Armand pun memejamkan kedua matanya rapat.

Armand tak tahu lagi harus mengatakan apa. Semua yang dilihatnya serasa benar-benar nyata. Kesakitan serta kemarahan yang menggerogoti hatinya membuat Armand tak berdaya. Bahkan setelah sekian bulan berlalu, semua kilasan tersebut terus berputar di benaknya bagaikan kaset rusak. Kilasan tersebut tak mau pergi. Yang ada terus membayangi di sepanjang Armand melangkah.

"Mas... "

Panggilan bernada lembut nan merayu tersebut membuat Armand membuka cepat kedua kelopak matanya yang tadi tertutup. Seraya mengumpulkan ketenangan diri, perlahan Armand berbalik dan langsung menghadap ke arah pintu yang entah sejak kapan telah terbuka lebar. Di tengah pintu yang terbuka tersebut, berdiri sesosok wanita dalam balutan pakaian sangat minim dan tipis. Bahkan dari jarak yang terbilang cukup jauh, Armand bisa melihat jika wanita tersebut tak mengenakan apa-apa di balik pakaian yang dipakainya.

Wanita itu tersenyum sangat manis. Senyum yang dulunya membuat Armand merasakan seperti apa rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama.

Tak ada yang berubah. Semuanya masih sama seperti dulu. Hanya saja wanita itu semakin terlihat dewasa dan pastinya terlihat semakin memikat.

"Kok mas Armand masih belum juga mandi? Aku udah nungguin mas Armand dari tadi loh."

"Ayo kita bercerai saja, Lin." Kalimat tersebut keluar begitu saja dari bibir Armand tanpa bisa ia tahan-tahan lagi.

"Jangan bercanda deh, mas." Lina mendengus kesal. Kedua tangannya ia silangkan di depan dada seraya kembali berkata, "Emangnya mas Armand nggak capek apa ngomongin hal itu terus selama beberapa bulan terakhir? Bukannya aku udah bilang, kalau sampai kamu gugat cerai aku, detik itu juga kamu bakalan ngeliat mayatku terbujur kaku di depan matamu. Jadi, camkan itu di kepalamu baik-baik. Gak bakalan pernah ada perceraian diantara kita!"

"Kau ingin bunuh diri, begitu?" Armand tersenyum miring. Ancaman yang selalu sama didengarnya itu dulu membuatnya selalu tak berdaya. Tapi kini, Armand sudah benar-benar muak. "Silahkan kalau kau ingin melakukan niat gilamu itu! " Lanjut Armand tak ingin lagi mengalah.

"MAS... " Lina berteriak kencang. Tak peduli apakah suaranya akan terdengar sampai ke tetangga sebelah. "Ingat janjimu dulu. Janji yang kamu ucapkan saat akan menikahiku." imbuh Lina mengingatkan akan janji yang pernah Armand ucapkan.

Armand tersenyum pedih. Hanya karena sebuah janji, kini Armand merasakan tubuhnya bagaikan diikat dengan rantai yang begitu erat, sampai-sampai Armand tak tahu bagaimana harus melepaskan dirinya.

"Aku capek, Lin." Suara Armand benar-benar terdengar lelah. Bahkan saat melanjutkan, suaranya seakan tak lagi memiliki semangat hidup di dalamnya, "Baik kau maupun aku, kita berdua sama-sama tahu bahwa pernikahan ini tak lagi dapat dipertahankan. Nggak ada lagi kebahagiaan yang tersisa, seperti di awal pernikahan kita."

"Persetan dengan semua itu!" Lina menyergah. Keinginan yang tadi begitu menggebu-gebu untuk bercinta dengan suaminya langsung hilang begitu saja. "Sampai mati pun, aku nggak akan pernah melepaskanmu." Ucap Lina lagi.

"Sebenarnya untuk apa kau ingin tetap mempertahankan pernikahan kita ini?" Tanya Armand lelah. Saat melihat wanita yang berstatus sebagai istrinya itu tak juga memberikan jawaban, Armand kembali buka suara dengan mengatakan, "Aku sudah pernah bilang bahwa aku merelakan kau mencari kebahagiaan lain di luar sana karena ternyata selama ini kau merasa nggak benar-benar bahagia dengan pernikahan kita ini. Jadi, untuk kebahagiaanmu dan juga untuk ketenangan pikiran serta hatiku, ayo kita selesaikan semua ini secara baik-baik. Jangan ada pertengkaran ataupun yang mengganjal nantinya."

"Sudah aku bilang kalau kita nggak akan pernah berpisah. Aku sudah meminta maaf dan mas Armand sudah memaafkanku. Kita akhiri pembicaraan kita ini sampai di sini. Istirahatlah! Biar besok pikiran mas Armand lebih jernih dan nggak akan lagi ngungkit hal yang sama seperti ini."

Usai mengatakan kalimat tersebut, Lina langsung membalikkan badan dan kemudian pergi dari sana.

Sementara Armand yang ditinggalkan dalam ketermanguan hanya bisa tetap berdiri di tempatnya semula sembari menahan perih akibat luka di hati serta harus kembali menekan rasa menyesak yang menggumpal dalam dada.

Andai tak terikat janji dengan sosok yang sangat ia hormati serta sayangi, sudah lama Armand akan melangkah pergi tanpa mempedulikan apapun lagi.

Akan tetapi, sampai saat ini Armand tak bisa melakukan apapun. Bahkan tempat untuk berkeluh kesah pun Armand tak punya. Bukan karena Armand tak memiliki teman, hanya saja pantang bagi Armand untuk menceritakan perihal apa saja yang terjadi di dalam biduk rumah tangga yang sudah diarunginya selama lebih dari 6 tahun itu kepada orang lain. Jangankan kepada teman, Armand bahkan tak mau mengatakan apapun yang dirasakannya di depan keluarganya sendiri.

Luka itu sampai saat ini masih berdarah dan menganga. Bahkan mungkin tak akan bisa sembuh bila Armand tak juga menemukan jalan untuk mengakhiri ini semua.

Terpopuler

Comments

Lisa

Lisa

Sama² Kak

2025-09-18

0

Lisa

Lisa

Aq mampir Kak

2025-09-16

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog - Luka
2 1. Bukan Sembarang Duda
3 2. Luka Yang Tertinggal
4 3. Mantan
5 4. Pulang
6 5. Kembang Desa
7 6. Si Mungil Yang Pendiam
8 7. Sedikit Lebih Dekat
9 8. Anissa Rahma
10 9. Lamaran Yang di Tolak
11 10. Kegaduhan di Warung Mak Ipah
12 11. Malarindu
13 12. Dia Yang Mengkhianati
14 13. Rencana Jahat
15 14. Menyelamatkan Sang Putri
16 15. Aku Calon Suaminya!
17 16. Kesatria (tak) Berpedang
18 17. Yang Merindukan
19 18. Bujukan Ibu Nur
20 19. Double Date? Hmm...
21 20. Tinggal Selangkah Lagi
22 21. Gila Karena Cinta, atau...
23 22. Ingin Mempermalukan tapi Malah...
24 23. Malu Setengah Mati
25 24. Terpaksa Menerima
26 25. Menyelesaikan Masalah Lainnya
27 26. Tak Sabar Ingin Memeluk
28 27. Gangguan di Hari Bahagia
29 28. Bukan Yang Pertama, Tapi...
30 29. (Bukan) Malam Pertama
31 30. Rumah Kita
32 31. Mantan Berulah
33 32. Rasanya Sungguh...
34 33. Lagi Yuk...
35 34. Perayaan Super Sederhana
36 35. Hadiah & Banteng Ngamuk
37 36. Obrolan Malam
38 37. Nyonya Rumah
39 38. Tidak Akan Rela
40 39. Siasat Kucing Garong
41 40. Pertemuan (tak) Terduga
42 41. Ke Hotel Yuk!
43 42. Bulan Madu Yang Tertunda
44 43. Rahasia Antara Kita
45 44. Yang Menyebabkan Luka
46 45. Cerita Masa Lalu
47 46. Lelaki Berotak Kotor
48 47. Selalu Melindungimu
49 48. Kalian Berdua, Jauhi Istriku!
50 49. Teman Baru
51 50. Hanya Milikku!
52 51. Aku, Kamu, dan...
53 52. Malam Pembuahan
54 53. Waktunya Bersantai
55 54. Yang tak Seharusnya Datang
56 55. Eh... Ada Yang Nguntit
57 56. Ada Yang Kepanasan
58 57. Ngapel & Obrolan antar Pasutri
59 58. Bagai Tersambar Petir
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Prolog - Luka
2
1. Bukan Sembarang Duda
3
2. Luka Yang Tertinggal
4
3. Mantan
5
4. Pulang
6
5. Kembang Desa
7
6. Si Mungil Yang Pendiam
8
7. Sedikit Lebih Dekat
9
8. Anissa Rahma
10
9. Lamaran Yang di Tolak
11
10. Kegaduhan di Warung Mak Ipah
12
11. Malarindu
13
12. Dia Yang Mengkhianati
14
13. Rencana Jahat
15
14. Menyelamatkan Sang Putri
16
15. Aku Calon Suaminya!
17
16. Kesatria (tak) Berpedang
18
17. Yang Merindukan
19
18. Bujukan Ibu Nur
20
19. Double Date? Hmm...
21
20. Tinggal Selangkah Lagi
22
21. Gila Karena Cinta, atau...
23
22. Ingin Mempermalukan tapi Malah...
24
23. Malu Setengah Mati
25
24. Terpaksa Menerima
26
25. Menyelesaikan Masalah Lainnya
27
26. Tak Sabar Ingin Memeluk
28
27. Gangguan di Hari Bahagia
29
28. Bukan Yang Pertama, Tapi...
30
29. (Bukan) Malam Pertama
31
30. Rumah Kita
32
31. Mantan Berulah
33
32. Rasanya Sungguh...
34
33. Lagi Yuk...
35
34. Perayaan Super Sederhana
36
35. Hadiah & Banteng Ngamuk
37
36. Obrolan Malam
38
37. Nyonya Rumah
39
38. Tidak Akan Rela
40
39. Siasat Kucing Garong
41
40. Pertemuan (tak) Terduga
42
41. Ke Hotel Yuk!
43
42. Bulan Madu Yang Tertunda
44
43. Rahasia Antara Kita
45
44. Yang Menyebabkan Luka
46
45. Cerita Masa Lalu
47
46. Lelaki Berotak Kotor
48
47. Selalu Melindungimu
49
48. Kalian Berdua, Jauhi Istriku!
50
49. Teman Baru
51
50. Hanya Milikku!
52
51. Aku, Kamu, dan...
53
52. Malam Pembuahan
54
53. Waktunya Bersantai
55
54. Yang tak Seharusnya Datang
56
55. Eh... Ada Yang Nguntit
57
56. Ada Yang Kepanasan
58
57. Ngapel & Obrolan antar Pasutri
59
58. Bagai Tersambar Petir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!