NovelToon NovelToon

Terjerat Hutang Berujung Nikah Muda

MERENCANAKAN PERNIKAHAN!!!

“Aku tidak mau Dad!" Nada bicaranya naik, menahan amarah.

Suasana menegangkan pada sore itu. Di ruang keluarga yang terlihat cukup mewah dan megah terdapat sepasang orang tua yang sedang merencanakan pernikahan putra mereka, terutama Daddy selaku kepala keluarga sudah tidak tahan dengan kelakuan putranya yang terlalu mengikuti budaya barat.

Lucas Raymond adalah anak tunggal dari Andrean Raymond orang terkaya di kota Jakarta. Lucas menolak rencana pernikahan yang Andrean rencanakan untuknya.

“Kau harus menikah minggu depan!” ujar Andrean dengan suara husky nya.

“Aku tidak mau, Dad. Jangan memaksakan kehendak mu padaku, aku sudah memiliki pasangan yang akan segera aku nikahi,” imbuh Lucas memalingkan wajahnya.

Menatap berang pada Lucas. “Siapa? Wanita itu? Daddy tidak merestui pernikahan kalian.”

“Ini hidup aku Dad, keputusan apapun aku yang menentukan nya!” balas Lucas dadanya memburu.

“Daddy sudah tidak tahan dengan sikapmu dan Daddy sudah menyiapkan calon istri terbaik untukmu! Daddy dan Mommy sudah tua nak kau harus segera menikah dan memberikan kami seorang cucu.”

“Besok kau temui gadis itu di Kafe yang sudah Daddy reservasi untuk kalian berdua,” sambung Daddy. 

Lucas terlalu malas memperpanjang perdebatan dan hanya mengiyakan. “YA YA YA!”

Lucas meninggalkan ruangan tanpa menoleh sedikitpun, lalu ia menuju ke Apartemen miliknya pusing jika berlama-lama berada disana. Dalam perjalanan pria menggerutu kenapa kehidupan serta pernikahannya harus diatur oleh kedua orang tuanya. 

“Aagh … Sialan!” pekiknya memukul stir mobil.

“HAHA! Gue penasaran wanita seperti apa yang Daddy siapkan untuk gue? Bikin gue muak!” batin nya dengan seringai tajam. 

Tiga puluh menit kemudian. Setibanya Lucas di Apartemen, pria itu langsung masuk ke kamar dan merebahkan tubuhnya di atas kasur berukuran king miliknya hingga kesadarannya sedikit demi sedikit hilang masuk ke alam mimpi.

*

*

*

Di sisi lain terlihat gadis cantik berambut brunette honey panjang sedang duduk di kursi pelataran rumahnya sambil membaca novel kesukaannya. Ia terlihat sangat fokus pada buku yang berada di tangan kirinya dan tangan satunya lagi ia gunakan untuk memasukkan camilan coklat ke dalam mulut mungilnya itu.

“Kak, di panggil Ayah tu di dalam,” tegur Lala membuyarkan fokus Kyara.

“Astaga! Kamu ini bikin kaget aja sih dek, iya–iya tunggu bentar,” jawab Kyara membereskan buku dan cemilannya beranjak masuk ke dalam rumah.

Sampai di ruang tengah suara Agung menggema memanggil gadis itu untuk duduk di dekat nya, terlihat disana sudah ada Diyana yang tengah bergelut dalam hobi nya tidak lain adalah merajut.

“Nak, duduk sini sebentar,” pinta Agung menepuk tempat kosong di sebelahnya.

“Ada apa, Yah? Kok kelihatannya serius banget? Apa Ayah dapet bonus jadi kita berencana untuk liburan?” Kyara membayangkan liburan ke pantai bersama keluarganya.

“Engga nak, ini tentang kamu.” 

“Kamu Ayah jodohkan dengan anak bos Ayah.” Suaranya tercekat di tenggorokan.

Kedua mata Kyara membelalak tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Agung barusan. Kerut alis yang tergambar jelas di wajahnya menandakan kebingungan.

“Apa? Ayah menjodohkan aku dengan anak bos Ayah? Apa Ayah bercanda, tidak aku tidak mau Yah,” dengkus kesal Kyara.

Saat Kyara ingin beranjak tangannya ditahan oleh Agung. “Maafkan Ayah, Nak ….”

Kyara kembali duduk seperti semula, kini ia mendengarkan penjelasan Agung. “Ayah terpaksa melakukan ini karena Ayah terjerat hutang pada bos Ayah dan kebetulan dia sedang mencarikan istri untuk anaknya.” Agung menundukkan pandangannya tak berani mengangkat kepalanya.

“Huft!” Kyara menarik napas dalam sembari menutup kedua matanya.

“Berapa jumlah hutang yang Ayah miliki biar Kyara bantu untuk melunasinya, tapi Kyara nggak mau nikah sama anak bos Ayah itu,” gumam Kyara.

“150jt nak, maafkan ayah nak.” Agung tertunduk lesu.

“Hah? Untuk apa Yah uang sebanyak itu?” Sungut Kyara melotot kaget.

“Untuk kebutuhan kita sehari-hari dan juga untuk biaya pendidikan kalian nak, Ayah tidak sanggup membayar semua itu. Hanya ada satu jalan kamu harus bersedia menikah dengan anak Pak Andrean. Ia akan memberikan sedikit keringanan pada hutang yang Ayah miliki jika kamu mau menikah dengan anaknya.”

Dengan suara parau Agung melanjutkan ucapannya. “Jika kamu bersedia besok kamu temui dia di Kafe yang sudah dipesan Pak Andrean untuk kalian, nama Kafe itu “Rindu”. Ayah mohon, Nak.” Dengan tatapan memelas Agung melirik Kyara.

Kyara berjalan cepat masuk ke dalam kamar meninggalkan Agung dan Diyana tanpa menoleh. Gadis itu menutup dan mengunci pintu kamarnya, dia berlari kecil menuju ranjang lalu tidur terlentang menghadap langit–langit kamar dan mulai mencerna satu persatu ucapan yang dikatakan Agung barusan.

 “Semoga apa yang aku dengar tadi cuma mimpi, aku gak mau di paksa nikah begini,” gumamnya pelan dan menutup bantal ke seluruh wajah nya.

Di ruang tengah Agung dan Diyana merasa tidak tega pada putri pertama mereka. Yang terpaksa menikah karena hutang yang Agung miliki.

“Mas, apa ini keputusan yang tepat? Umur Kyara masih 21 tahun. Apa dia nanti bisa membangun rumah tangga? Aku rasa Kyara belum mengerti banyak hal tentang hidup berumah tangga,” lirik Diyanna membayangkan jika Kyara benar-benar menikah.

“Mas juga sebenernya masih ragu, Kyara masih terlalu kecil belum saat nya menikah, tapi Mas lihat sejauh ini tidak ada satupun laki-laki yang datang kerumah ini. Mas takut nanti Kyara jadi perawan tua, Dek,” ucap Agung menyandarkan kepalanya di tembok.

“Iya, Mas. Kyara tidak memiliki teman lelaki, tapi biar lah Kyara yang memutuskan. Ini keputusan yang berat menyangkut masa depan nya,” sambung Diyanna melanjutkan rajutan yang tertunda karena membahas rencana pernikahan Kyara dan anak bos Suami nya.

*

*

*

Keesokan harinya, dering ponsel membuyarkan mimpi indah pria tampan itu. Lucas berkali-kali mengabaikan panggilan itu, hingga terlihat jengah dan menyerah akhirnya mengangkat panggilan tersebut, dalam layar ponsel tertera nama “DADDY” yang berulang kali menelpon dirinya. 

“Kenapa sih! Berisik banget ganggu orang tidur!”

Dengan posisi masih berbaring Lucas menempelkan benda pipih itu di pipinya. “Hallo, tepati janji kemarin temui gadis itu hari ini. Jika sampai kau tidak datang, maka lihat apa yang akan aku lakukan padamu nanti,” tekan Andrean kemudian memutuskan sepihak sambungan telepon itu.

Lucas membuang ponsel itu ke arah samping tubuhnya dan meremas kasar rambutnya. “Ahh … SHIT!”

Ting! Sebuah pesan masuk kedalam ponselnya.

“Temui gadis itu di kafe Rindu pukul 11.00, jangan terlalu lama mengambil keputusan. Daddy tidak menerima penolakan,” pesan singkat dari Andrean.

“Iya.” Lucas menjawab singkat pesan itu.

Ia beranjak ke kamar mandi, Lucas merendamkan diri di dalam bathtub untuk menghilangkan pusing di kepalanya. Sekitar tiga puluh menit ia baru selesai dengan aktivitasnya.

*

*

*

Di tempat lain seorang gadis duduk di depan meja rias miliknya ia merias tipis wajahnya tanpa merubah kecantikan yang ia miliki, Kyara berjalan ke arah cermin besar menatap dirinya yang sudah rapi mengenakan dress berwarna baby pink dengan flat shoes berwarna nude, rambut yang diikat half ponytail, tak lupa tas kecil berwarna nude senada dengan sepatu yang ia gunakan. Perpaduan yang pas dengan warna kulitnya yang  berwarna putih. 

“Anak Ibu! Cantik sekali,” ucap Diyana tersenyum melihat penampilan putrinya.

Kyara tersipu malu menatap Ibunya. “Makasih, Bu.”

“Kamu sudah yakin dengan pilihan yang kamu ambil, Nak?” tanya Diyana terlihat cemas.

“Aku sebenarnya juga masih ragu, Bu. Tapi—” ucapakan ku terhenti.

Sebelumnya gadis itu tak berniat menemui anak bos Ayahnya, namun melihat wajahnya Agung kemarin membuat Kyara terenyuh.

“Nak, kalau kamu masih belum yakin tidak perlu kamu temui dia, ini butuh keputusan yang matang,” sahut Diyana menggenggam erat tanganku. 

“Kyara coba temui dulu Pria itu,” balas Kyara, Ia melihat di layar ponsel nya sudah menunjukkan pukul 10.30 WIB.

“Bu, Kyara pamit dulu sudah jam 10.30, Assalamualaikum,” pamit Kyara mencium tangan Ibunya.

“Iya, Nak. Wa'alaikumussalam hati-hati dijalan, Nak,” Diyana mengantarkan gadis itu sampai halaman depan.

Kyara melajukan motornya ke Jalan Sumpah Pemuda dimana Kafe Rindu berada. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua puluh menit, Gadis itu sudah tiba di pelataran Kafe itu. Nuansa Kafe yang hangat cocok untuk kencan.

“Akhirnya sampai juga.”

Gadis itu berjalan menuju meja resepsionis bertanya meja yang sudah di reservasi atas nama Pak Andrean, kemudian pegawai itu menyebutkan di meja nomor 17. Disana sudah tersaji makanan dan minuman ringan. Kyara tidak melihat keberadaan pria itu, sembari menunggu pria tersebut ia duduk sambil bermain ponsel genggam miliknya.

“Ehkm!” Suara deheman Pria di belakang Kyara. Membuat gadis itu terperanjat kaget tanpa sengaja ponselnya jatuh ke lantai. Saat Ia ingin mengambil ponselnya, sikunya tidak sengaja menyentuh kaki Pria itu.

Dug!

*

*

*

***

Bersambung.

berikan dukungan mu dengan like dan comment. Stt! Jangan lupa follow author agar tidak ketinggalan cerita selanjutnya.

Salam dari bunga Aster❤️

PERTEMUAN

“Ceroboh!” sindir Pria itu. 

Pria itu berjalan dan duduk di hadapan Kyara, tanpa memperdulikan wanita di hadapannya Lucas mengeluarkan benda pipih di saku jas nya dan mulai berselancar di dunia maya. 

“Maaf ya, Mas. Tadi gak sengaja.”

“Ehm, kamu anak Pak Andrean ya mas. Kenalin nama aku Kyara Nugroho. Boleh tau nama Mas nya siapa?” Kyara bertanya seraya menyodorkan tangannya tanda perkenal namun pria di hadapannya tidak menggubris.

“Mas, apa pendapat kamu tentang rencana pernikahan ini. Menurutku apa kamu setuju atau tidak?”

Lucas menatap jengkel, wanita itu terus saja berbicara tanpa henti dihadapannya. Lucas meletakan ponselnya di atas meja kemudian menjawab dengan nada emosi.

“Bisa diam gak! Mulut lo sudah seperti burung Beo tau gak! Gue gak setuju pernikahan ini terjadi!” dengan tatapan menghunus ia kembali melontarkan ucapannya. “Lo bilang sama bokap lo, pernikahan ini. BATAL!” 

“Sekarang abisin tu makanan terus lo pergi dari sini! Gue gak mau liat muka lo lagi!” Lucas memalingkan wajah seraya menyandarkan tubuh pada sandaran kursi yang sedang ia duduki.

Bagai tersambar petir di siang bolong tatapan matanya gadis itu kosong, hatinya terenyuh, mulutnya kelu setelah mendengar jawaban pria dihadapannya. Hanya suara musik pelan, dentingan sendok dan piring bersuara yang menghiasi pertemuan mereka. 

“Sudah selesai kan, sekarang lo cabut deh dari sini,” cecar Lucas.

“Lama-lama resek juga ni orang, siapa juga yang mau nikah dengan cowok tengil kek gitu.” gumam Kyara dalam hati.

“Iya Mas, makasih buat pertemuan ini,” Kyara berdiri melangkah pergi dari Kafe itu.

Setibanya di parkiran, motor yang Kyara gunakan mogok. Ia mencoba menstarter dan mengengkol motornya tetap tidak bisa menyala. Lucas terlihat baru keluar dari Kafe itu melihat Kyara belum juga pergi. Lucas tak peduli Ia berjalan dimana mobilnya terparkir.

“Aduh … gimana ini motor nya gak bisa nyala,” desah nya pelan.

Sepasang mata terus saja memperhatikan Kyara, Ia melihat kendaraan yang Kyara gunakan rusak. Dengan langkah angkuh dan membuang napas kasar ia mendekat ke arah gadis itu berada.

“Motor butut aja masih di pake, mending buang aja noh ke laut. HAHA!” ejek Lucas bersandar di belakang motor lalu menyilangkan kedua tangannya.

“Biarpun butut ini hadiah dari orang tua saya, mending kamu pergi aja dari sini Mas daripada menambah masalah.” sungut Kyara kesal dengan menghentakkan kakinya.

“Suka-suka gue dong! Oh atau kamu berpura-pura alasan motor mogok. Sebenernya masih mau melihat ketampanan yang gue miliki kan. Ngaku deh lo!” Lucas kepedean dengan senyum smirk. 

“Motor ini gak mau nyala Mas, jangan kegeeran deh saya juga nggak tertarik sedikitpun sama situ jadi jangan terlalu bangga deh, Mas.” Kyara tak mau kalah.

Untuk pertama kalinya pria itu menerima penolakan dari seorang gadis kampungan di hadapannya, Lucas mendekati gadis itu hingga jarak napas terasa. 

“Baru kali ini gue nerima penolakan dari gadis cupu kaya lo, jangan pernah lo anggap diri lo itu berharga. Karena harga diri lo bisa gue beli!” Mata Lucas melotot tajam dengan seringai siapapun yang melihatnya bisa menciut termasuk Kyara.

Mendapati perlakuan itu Kyara mengedipkan matanya cepat menahan air mata. Lucas meninggalkan gadis itu sendirian di parkiran Kafe, lalu ia melajukan mobilnya kencang hingga menghilang diujung jalan.

“Dasar orang gila, siapa juga yang mau nikah sama kamu,” teriak Kyara merasa geram.

Napas Kyara memburu kemudian ia mulai mendorong motornya keluar dari parkiran Kafe tak lama ia menemukan sebuah bengkel. Tiga puluh menit berlalu sampailah dia di pelataran rumahnya. Kyara segera masuk ke dalam rumahnya. Gadis itu melihat Ayah dan Ibunya berada di ruang tengah Kyara langsung menghampiri sepasang orang tua itu.

“Assalamualaikum, Ayah, Ibu,” ucap Kyara menyalami tangan mereka satu persatu.

“Wa'alaikumussalam,” balas mereka.

“Lho, udah pulang nak?” tanya ibu .

“Iya, Bu. Oh iya ada yang ingin Kyara bicarain sama kalian.”

Kyara berpikir sejenak untuk mengutarakan yang pria itu ucapan tadi. “Ayah, Ibu. Apa sebaiknya kami tidak usah menikah? Aku merasa nggak cocok sama dia.” 

“Kenapa seperti itu, Nak? Apa dia menyakitimu? Kalian baru bertemu satu kali, tidak mungkin langsung cocok, Haha kau ini Kyara ada-ada saja,” kekeh Agung.

“Nanti malam Ayah ajak kalian menemui Pak Andrean, kita bahas ini bersama dengan keluarga mereka,” ujar Agung.

*

*

*

Pukul delapan malam bertepatan malam minggu, mereka pergi menggunakan mobil kijang tua yang kerap kali mogok. Mereka membelah jalanan yang sangat ramai sekali oleh orang-orang yang sedang merayakan malam minggu mereka.

“Rame banget ya, liat tu kak ada bianglala.” Lala menunjuk wahana di seberang jalan itu.

“Iya, Dek. Besok kita kesana ya Ayah, Ibu.” Di angguki oleh kedua orang tua itu.

Mereka kini telah tiba di depan pagar berukiran mewah berlapis cat emas, ya itu rumah Pak Andrean. Saat mereka hendak masuk ke pelataran rumah nya mereka sangat kagum dengan desain mewah dan megah bercat putih dan terdapat banyak pilar-pilar yang mengelilingi rumah itu. Perasaan mereka semakin minder, karena mereka dari keluarga yang sangat sederhana.

“Waw rumah rasa istana!” Decak kagum Kyara.

Mereka telah memarkirkan mobil di halaman samping khusus kendaraan, saat mereka berjalan menuju pintu utama mereka telah disambut oleh tuan rumah.

“Malam Pak Agung dan semuanya,” sapa Pak Andrean.

“Malam Tuan, Nyonya,” Ayah membalas sapaan bos nya.

“Silakan masuk,” ajak Istri Pak Andrean.

Mereka langsung diarahkan ke meja makan, meja makan yang berukuran sangat besar disana telah tersedia berbagai macam jenis makanan-makanan enak. Makanan yang Kyara lihat di restoran sekarang berada di atas meja makan itu. 

“Bagaimana Pak Agung semua sehat?” tanya Andrean membuka pembicaraan.

“Alhamdulillah semua sehat wal afiat Tuan, semoga Tuan dan Nyonya selalu diberikan kesehatan oleh Allah SWT,” sahut Agung.

“Kita berbincang santai saja ya, sekalian makan malam bersama,” ujar Pak Andrean dan diberikan anggukan oleh kami semua yang berada disana.

“Silahkan dinikmati, jangan sungkan,” sambung Istri Pak Andrean.

Terlihat Lucas menuruni anak tangga menuju ke meja makan dimana semua orang berkumpul. Ia langsung duduk didekat Ayah dan Ibunya. Di tengah-tengah saat semua orang sedang menikmati makanan suara Husky Pak Andrean memecahkan keheningan di meja makan tersebut. 

“Ehkm, mengenai rencana pernikahan kemarin, apa sudah ada jawabannya Pak?”

Mendengar pertanyaan yang Andrean sampaikan membuat Kyara tersedak makanan. “Uhuk!” 

“Nak, pelan-pelan ini minum dulu,” seraya Diyana memberikan gelas air putih pada Kyara.

“Saya sudah membicarakan ini kepada keluarga saya, ini keputusan yang berat bagi kami maupun putri kami.”

“Biar kita semua mendengar jawaban langsung dari putri saya, karena ini menyangkut masa depannya,” lanjut Agung.

“Bagaimana menurutmu?” tegas Pak Andean padaku.

Sebelum menjawab pertanyaan itu Kyara tampak mengambil napas dalam dan berdoa dalam hati agar jawaban yang ia berikan bisa mereka terima.“Maaf, Pak saya rasa pernikahan ini tidak akan mungkin terjadi.”

Semua mata memandang gadis itu, ada rasa kecewa di kedua mata orang tua Kyara dan ada rasa amarah yang tertahan di mata Andrean.

“APA!”

***

BERSAMBUNG

Apa? Apa cerita selanjutnya? Bikin penasaran deh!

berikan dukungan kalian, like, comment stt! Beri bintang 5 kalo kalian suka

Salam dari bunga Aster ❤️

PENOLAKAN

“Apa yang baru saja dikatakan oleh putrimu?”

Mereka semua terkejut terutama Andrean terlihat murka dengan wajah yang sudah bergetar rasa amarahnya memuncak. Selama ini tidak ada yang berani menolak perintah yang Ia berikan. Kali ini berbeda seorang perempuan muda yang berani menolaknya. Terlebih lagi Lucas, dia tidak menyangka kalau perempuan kampung itu mau menolak pernikahan mereka. Namun, tak menutup fakta bahwa jika dirinya senang karena pernikahan itu batal. 

“Aku tidak ingin mendengar penolakan, mereka harus menikah minggu depan!” Andrean menggebrak meja membuat semua orang tersentak. “Jika Ia mampu menolak pernikahan ini, maka hutang yang kamu punya harus kau lunasi malam ini juga!” bentak Pak Andrean.

“Cih! Dasar perempuan kampung, bagus kamu menolak pernikahan ini,” gumam Lucas dengan menyunggingkan senyuman.

“Maaf, Tuan sepertinya ada yang salah biar kami berbicara sebentar dengan putri kami.” Ayah dan Ibu mengajakku ketaman belakang disusul oleh adikku. Kami duduk di kursi besi dengan pemandangan kolam ikan.

“Nak, apa benar kamu tidak ingin menikah?” tanya Ibu padaku.

“Tidak apa-apa, Nak. Jika kamu menerima pernikahan itu maka hidupmu sudah pasti terjamin. Mereka adalah orang kaya, Nak,” tambah Ayah membujukku.

Tatapan Kyara kosong mengingat apa yang dikatakan pria itu tempo hari. “Aku tidak suka pada dia, dia orang yang sangat buruk. Kemarin saat aku bertemu dengannya aku di hina-hina olehnya Bu, Ayah asal kalian tau,” jawabku dengan mata yang sudah mengembun.

Agung duduk sedikit membungkuk di hadapan Kyara, Ia memegang kedua pipi chubby gadis itu.

“Nak, cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu. Setidaknya setelah menikah hidupmu akan terjamin, karena kamu menikah dengan anak orang kaya. Lucas juga gak bakal berani nyakitin kamu, sebab kedua orang tuanya sudah memilih kamu yang artinya mereka suka sama kamu,” Agung memberikan petuah.

Setelah Agung terus meyakinkan Kyara, mereka kembali masuk ke dalam. Kini mereka telah berkumpul di ruangan itu lagi. 

Tertunduk dalam diam, lalu gadis itu memberikan jawaban. “Baik Pak, saya menerima pernikahan ini.” 

Disisi lain wajah Lucas sudah merah padam dengan kedua alis menukik, namun ia tak berani melawan sang Ayah. Senyum lebar tercetak di wajah mereka semua. Namun tidak dengan Kyara, gadis itu merasa ini adalah keputusan yang salah yang pernah dia lakukan.

“Jawaban ini yang saya harapkan sedari tadi, mari lanjutkan kita makan malam yang sempat tertunda ini,” pinta Andrean pada kami semua.

“Cih, dasar manusia labil. Sudah bagus kau menolak pernikahan ini. Sit!” Lucas menggumam pelan.

Tak terasa sudah dua jam berlalu, Agung dan keluarganya berpamitan pulang. “Terima kasih Tuan, atas jamuan tadi kami maaf jika ada perilaku yang kurang mengenakkan kami pamit pulang,” ucap Agung pamit pada Pak Andrean.

“Ya, sama-sama. Besok Istri saya akan menjemput Kyara untuk fitting baju pernikahan dia dengan Lucas,”

“Oh ternyata Lucas nama anak Bapak itu” gumam Kyara.

*

*

*

Lampu diskotik berputar membuat semua orang menari sesuai irama musik. Namun tidak dengan Lucas, pria itu duduk dengan segelas wine di tangannya menikmati musik keras yang memekakan gendang telinga. Dari arah lain tiba-tiba seorang perempuan memeluk tubuh Lucas dari belakang tanpa izin dari yang punya badan.

“Sayang, aku kangen banget sama kamu,” bisik wanita itu di telinga Lucas.

“Ayo sayang kita bersenang-senang aku akan memuaskanmu.” Mendengar itu jiwa jantan Lucas bergejolak, ia tak menolak tawaran yang menarik itu.

Lucas langsung mengajak wanita itu ke sebuah hotel. Sampai di kamar hotel Lucas langsung menghempaskan tubuh wanita itu ke kasur dan Lucas menindih sepenuhnya tubuh wanita itu.

“Ahh ….”

“Teruskan … SAYANG … AHKkh.”

Rancau gadis itu akibat aksi yang dilancarkan Lucas padanya. Setelah tiga puluh menit berlalu Lucas terkapar tanpa sehelai benangpun yang menempel pada tubuhnya hanya sepotong selimut tebal yang membungkus badannya.

“Sayang, aku mau minta uang 50jt. Aku mau shopping, ada tas branded keluaran terbaru.” Rayu perempuan itu membelai pipi Lucas.

Lucas yang merasa terusik, dia menyibakkan selimut dengan kasar dan berjalan ke dalam kamar mandi. Setelah selesai membersihkan tubuhnya, pria itu kembali mendekati wanita tersebut.

“Ini terakhir kali nya gue kasih lo duit, dan mulai detik ini kita. PUTUS!”

Lucas begitu kesal setiap kali Sarah meminta bertemu pasti ujung-ujungnya meminta uang. Lucas menarik ponselnya begitu kasar, kemudian mentransfer uang itu pada Sarah lalu melangkah pergi tanpa menghiraukan teriakan wanita itu. Bukan baru kali pertama nya Sarah meminta uang dengan nominal yang cukup besar tapi sudah berulang kali. Selagi wanita itu dengan suka rela memberikan tubuhnya pada Lucas.

“Sayang.”

“Sayang jangan bercanda.”

“AKU GAK MAU PUTUS SAMA KAMU!” Sarah meraih tangan Lucas namun langsung ditepis oleh kekasihnya.

Sarah mengepalkan tangannya erat melihat punggung Lucas yang menghilang di balik pintu. Dirinya tak terima diputuskan sepihak, terlebih lagi sikap Lucas tadi sangat semena-mena padanya.

“Lihat saja, akan aku buat kamu menyesal!” teriak Sarah seraya membanting barang di sekitarnya.

*

*

*

Setelah pertemuan semalam, siang ini Kyara di ajak Rihanna ke Butik milik keluarga Lucas. Calon pengantin itu sedang melakukan fitting pakaian pernikahan mereka.

“Selamat datang Nyonya,” sapa rama penjaga toko.

“Silahkan Nyonya mau pilih gaun yang seperti apa?” penjaga toko kembali bertanya pada Rihanna.

Dari sekian banyak gaun yang terpajang mata Rihanna langsung tertuju pada salah satu gaun yang sangat menarik perhatiannya. Memiliki bentuk fit dibagian atas dan mekar dibagian bawah yang sering disebut “ball gown” berwarna cream dengan payet berwarna perak.

“Kyara gaun ini sangat cocok untuk pernikahan kalian,” tunjuk Rihanna.

“Ini terlalu berlebihan, Bu. Apa tidak ada yang lebih sederhana saja,” tolak Kyara merasa gaun tersebut sangat istimewa.

“No! No! No!” Rihanna mengayunkan telunjuknya ke udara.

“Untuk keluarga Raymond ini sangat pas dan cocok di tubuhmu, mbak coba bantu calon menantu saya untuk memakainya.” Pinta Rihanna pada pegawai disana.

Kyara di antar ke Fitting room untuk mencoba gaun tersebut. Lima menit kemudian gorden terbuka dan menampilkan gadis cantik yang berbalut gaun yang sangat indah berdiri di atas panggung kecil. Rihanna sedari tadi menunggu sambil membaca majalah, terkejut karena penampilan memukau di hadapannya. Ia berdiri dan memberikan pujian pada Kyara. 

“WAW! Cantik sekali seperti putri dalam dongeng, cuttingan yang sangat pas di tubuhmu.

“saya suka pakaian ini apalagi calon suamimu nanti melihatnya. Mungkin sebentar lagi ia akan segera tiba.” Sambung Rihanna dengan senyuman.

Pria yang disebut namanya telah muncul dibalik pintu Butik tersebut, Rihanna langsung menghampiri dan mengajak Lucas untuk melihat gaun yang sedang dipakai Kyara.

“Nak, sini coba liat gaun itu sangat indah bukan. Apa kamu suka?” Rihanna menarik putranya mendekat ke arah Kyara. 

Lucas hanya melihat sekilas lalu Ia duduk di sofa. “Tidak! Biasa saja, malah jelek kalau di pakai sama dia.”

“Hei! Nak jangan begitu, dia itu calon istri kamu, jadi kau harus menghargai dia.” Sanggah Rihanna tak terima.

“Terserah! Aku tidak perduli lagi pula siapa yang mau menikah dengan gadis kampungan itu.”

Jlep!!! Kata-kata menyakitkan keluar dari mulut Lucas membuat Kyara tertunduk dalam diam. Namun Rihanna langsung merubah topik pembicaraan mengajak Lucas mencoba Jas yang akan digunakannya untuk pernikahannya nanti.

“Lebih baik kita mencari jas yang cocok untukmu nanti, mba tolong bantu dimana letak jas-jas Pria. Kyara kamu tunggu disini sebentar ya, tante sama Lucas mau lihat jas,” pinta Rihanna mengajak Lucas mencari jas.

“Iya, Bu. Silahkan.” Senyum paksa yang Kyara tampilkan.

Sekarang tinggal Kyara sendirian di ruangan itu, Ia meminta bantuan pegawai lain untuk melepas gaun yang sedang digunakannya. Setelah berganti pakaian Ia memesan taksi online. Ia merasa sakit hati atas ucapan yang dilontarkan Lucas tadi, tanpa pamit ia pergi dari butik itu. Selang sepuluh menit taksi itu tiba dan mengantarkan Kyara ke sebuah tempat. 

“Pak, kita jalan sekarang.”

***

BERSAMBUNG

penasaran kelanjutannya seperti apa???

Jangan lupa berikan dukungan kalian agar author semangat🔥

Like, comment, beri bintang 5 kalo kalian suka cerita ini

Salam dari bunga Aster ❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!