Tragedi di Batalyon

"Ainun, bangun Nun!" panggil kayla yakni masih kerabat dekatnya.

Ainun yang sedari tadi terus memanggil nama mendiang suaminya, karena masih teringat akan peristiwa yang memilukan hatinya, ia pun tidak menyadari jika setiap harinya, ia selalu mengigau bahkan sampai bermimpi buruk.

Kini empat bulan sudah mendiang suaminya pergi meninggalkannya, dan kini Ainun terpaksa hidup merantau ke kota Jakarta untuk mencari keadilan atas peristiwa kematian suami tercintanya, dan ia pun berusaha bersembunyi dari kejaran para pasukan misterius tersebut.

"Ainun, aku tahu kalau kamu masih sangat sedih atas kematian suamimu, tapi kamu juga harus bisa menerima semua takdir ini!" Kayla berbicara lembut dan ia berupaya ingin membuat Ainun tidak terus larut dalam kesedihan

kemudian Ainun menatap dalam kayla, bola matanya mulai berkaca-kaca.

"Kayla, kalau mendiang suamiku meninggal dalam hal yang wajar, aku bisa terima, tapi ini! Suamiku telah dituduh yang tidak-tidak, ia difitnah sebagai komplotan pemberontak yang tergabung dalam jaringan ter*ris, semua warga satu kampung percaya atas tuduhan itu, Kyai Miftah dan juga ummi khalifah, keduanya malah menjadi tersangka. Beruntungnya aku berhasil melarikan diri dan bersembunyi di tempat mu, sebelum mereka menuduhku sebagai tersangka juga, terimakasih kayla karena selama ini kau telah banyak membantu ku!"

Kemudian Kayla memeluk tubuh Ainun dengan erat agar dirinya bisa jauh lebih tenang.

"Sudah Nun, kamu jangan pernah mengingat kembali peristiwa itu, mulai sekarang kau mulailah hidup barumu disini, nanti kita coba mencari tahu masalahmu ini yang begitu rumit!" ucapnya dengan tegas.

Ainun mengangguk dalam, kali ini ia mencoba mendengarkan nasihat dari sahabatnya.

Menjelang pagi, Ainun dan Kayla seperti biasanya, keduanya mangkal di pinggir jalan untuk berjualan nasi uduk.

Mereka berdua bisanya berkeliling mencari tempat yang ramai untuk berjualan, kebetulan di salah satu kawasan sekitar Bataliyon, sedang diadakan acara pencak silat dan juga bazar, banyak warga yang berkumpul disana untuk menyaksikan para prajurit menunjukan kehebatan mereka dalam hal bela diri, dan ada juga yang menikmati aneka kuliner yang tersaji oleh para pedagang kaki lima.

"Wah, sebaiknya kita mangkal di sana saja Kay, di bawah pohon beringin itu!" tunjuk Ainun ke arah tempat tersebut.

"wah, tempat yang strategis itu sih Nun, ayo cepat, kita segera bergegas kesana!" ajaknya sembari mendorong gerobak yang ukurannya lumayan besar.

Dan benar saja, saat mereka baru saja mangkal dan menjajakan dagangannya, tiba-tiba kerumunan orang berdatangan menghampiri, karena nasi uduk buatan Ainun memang sedap, ditambah bau rempah yang khas dan berbeda dari nasi uduk pada umumnya.

"Alhamdulillah, rezeki nomplok ini sih namanya Nun!" Kayla sampai tersenyum senang dan terus berucap kata syukur.

Dalam sekejap dagangan mereka telah ludes, pundi-pundi rupiah sudah memenuhi laci kotak kayu di dalam gerobak.

"Wah, hari ini kita untung banyak Nun!" Keyla sampai melotot tak percaya karena melihat isi di dalam laci.

"Alhamdulillah Kay, kita harus selalu bersyukur! berarti rezeki kita untuk hari ini sangat bagus!" balas Ainun tersenyum ke arahnya.

"Betul sekali Nun, tapi aku merasa ini semua karena kehadiran mu, dagangan aku selalu laris manis, apalagi kebanyakan pembeli diantaranya para kaum adam!" sindir Kayla dengan nada mengejek

Raut wajah Ainun seketika menjadi kusut karena kesal atas perkataan dari Kayla.

"Mulai deh ngomong gak jelas lagi!" balasnya seraya melirik dengan ekor matanya yang tajam.

"Ini Fakta loh Nun, kamu memang wanita yang cantik dan menarik, kau tahu Bang Burhan anaknya Cang Nelan? Yang punya kios warung soto itu loh!" Keyla mencoba mengingatkan Ainun.

"Hemmmm...untuk apa bahas orang itu lagi Kay?" Ainun semakin kesal dibuatnya.

Kemudian Kayla malah menyenggol Ainun."Dia nanyain kamu terus Nun, kau tahu kan kalau Bang Burhan itu merupakan laki-laki yang di incar para wanita satu kampung!" ujarnya sambil membayangkan wajah tampan Burhan.

Kemudian Ainun memilih untuk pergi meninggalkan Kayla seorang diri karena kesal.

"Yaelah Nun, kamu itu mudah tersinggung sekali, sensi banget sih!" sungut Kayla terlihat kesal, ia sampai melipat kedua tangannya di atas dada.

🍂🍂🍂🍂🍂

"Mayor, posisi anda berada dimana saat ini? Letnan Soeprapto sudah menunggu anda di lapangan, katanya Mayor akan memberikan sambutan atas kepemimpinan barunya di Batalion sebagai ketua Kompi markas (Kima)!" ujar Sertu Jaka yang merupakan prajurit senior dan sudah lebih dari lima tahun lamanya ia bertugas di Batalyon Yonif 6 Marinir.

"Saya sebentar lagi sampai, hanya saja mobilku mengalami kendala, tapi bisa aku atasi, yasudah, aku tutup dulu telepon nya!" Ujarnya dan buru-buru menekan tombol berwarna merah di layar ponselnya.

Mayor Arsenio mencoba untuk bisa mengatasi mobil miliknya yang sepertinya mengalami masalah yang cukup serius.

"Dasar mobil tua, merepotkan saja!" umpatnya sampai memukul stir mobil.

Mobil warisan dari mendiang Ayahnya ini merupakan mobil keluaran tahun 1999, dan memang sudah harus di museum kan, namum sang ibu tercinta tak mau sampai hal itu terjadi, melihat putranya memakai mobil tersebut, malah mengingatkannya kembali akan kenangan masalalu nya.

Dan benar saja, ketika ia sudah tiba di depan pintu gerbang Batalyon, dan ia melihat banyaknya warga setempat yang sedang berlalu lalang menikmati acara pencak silat di area lapangan sekitar Batalyon, Mayor Arsenio mendadak panik karena rem tidak berfungsi dengan baik, ia pun mencari cara agar bisa menghentikan laju mobil tersebut tanpa melukai siapapun, kebetulan ia melihat pohon beringin berukuran besar di sekitar area Batalyon tanpa menyadari bahwa di bawah pohon itu terdapat satu buah gerobak dagangan.

Cekiiit

Bugh!

Jeger!

Akhirnya terjadilah kecelakaan yang tidak terduga, mobil milik Mayor Arsenio telah menabrak pohon beringin plus gerobak milik Kayla.

Ainun yang menyaksikannya langsung di depan matanya, ia berlari ke arah sahabatnya yang masih berada di sana.

Kejadian ini terjadi secara tiba-tiba.

"Kayla...!" panggil Ainun sampai berteriak karena gerobak milik sahabat nya itu telah hancur tak berbentuk, sedangkan Mayor Arsenio yang berada di dalam mobilnya telah selamat dan hanya mengalami luka ringan akibat pecahan dari kaca mobil.

Sedangkan untuk Kayla, ia kedapatan telah bersimbah darah, tubuhnya tergencet oleh body depan mobil jenis mini bus milik Mayor Arsenio.

Ainun menjerit histeris melihat sang sahabat sudah tak sadarkan diri, ia menjadi teringat akan peristiwa pada saat malam pengantinnya dengan mendiang suaminya, Ainun seolah phobia ketika melihat darah bercucuran di sekujur tubuh Kayla.

Beberapa prajurit mulai berdatangan dan berusaha membantu, sedangkan para pengunjung malah asik menjadi penonton, bahkan ada sebagian yang mengabadikan momen memilukan ini dengan ponsel canggih mereka.

"Mayor, anda tidak kenapa-kenapa?" tanya Sertu Jaka terlihat panik karena sang Mayor mengalami luka.

Sedangkan anggota TNI yang lainnya berusaha menolong korban yang terjepit bodi mobil bagian depan.

Mayor Arsenio berusaha keluar dari dalam mobilnya, ia mengedarkan pandangannya ke arah sekitar, dimana ia telah menabrak sebuah gerobak milik pedagang kaki lima yang telah hancur berserakan.

Kemudian tanpa disengaja ia melihat sosok wanita berparas cantik sedang menangis dengan tubuhnya yang gemetar, air matanya tumpah dan membasahi wajahnya.

'Ya Rabb...apa yang telah aku lakukan? Kenapa malah menjadi seperti ini? Aku benar-benar tidak sengaja!' sesalnya dalam hati.

Bersambung...

🌸🌸🌸🌸🌸

Terpopuler

Comments

Nar Sih

Nar Sih

awal cerita yg bagus 👍

2025-08-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!