Langit menangis, bumi bergemuruh,
Darah pengkhianat mengalir deras.
Dua jiwa terhempas, nasib tergantung.
Di ujung jurang, nyawa di pertaruhkan.
Huang Jiayu memacu kudanya hingga napas binatang itu terdengar berat, seperti besi yang dipukul di bengkel pandai besi. Hujan mengiris wajahnya, mencampur air mata dengan rintik yang jatuh dari langit kelabu. Di belakangnya, suara derap kuda dan teriakan pasukan Jendral Lan Guo semakin mendekat—seperti gonggongan anjing pemburu yang tak kenal lelah.
" Lebih cepat!" teriaknya pada kudanya, menebas cambuk di punggung hewan itu.
Gerbang kota hampir tertutup, celahnya semakin sempit—hanya cukup untuk seekor kuda melesat. Dengan napas terengah, Huang Jiayu dan adiknya, Huang Jiang, menyusup tepat sebelum pintu besi itu menggemuruh menutup.
" BUKA GERBANGNYA!!" Teriak Jendral Lan Guo dari kejauhan, suaranya menggelegar seperti halilintar.
Para penjaga gerbang, melihat bendera kebesaran sang jendral, segera memutar roda kayu untuk membuka kembali gerbang yang baru saja tertutup. Tapi terlambat—Huang Jiayu sudah menghilang ke dalam lebatnya hutan.
Di tengah hutan, jalan bercabang dua seperti ular yang terbelah lidahnya.
"Kiri!" Huang Jiayu memutuskan, tanpa tahu bahwa ujung jalan itu adalah jurang yang dalam.
Jendral Lan Guo dan pasukannya tiba di persimpangan. Matanya yang tajam menatap jejak kuda yang masih basah di tanah berlumpur.
" Kita bagi dua! Aku kekiri, kalian ke kanan!" perintahnya.
Guo Chang Ming, wajahnya pucat, memilih mengikuti Jendral Lan Guo.
Jantungnya berdebar kencang—jika sesuatu terjadi pada Huang Jiayu, darahnya akan menjadi kutukan seumur hidupnya.
"Jiejie... kita akan selamat, kan?" Huang Jiang menggenggam erat lengan kakaknya, suaranya bergetar.
Huang Jiayu tidak menjawab. Matanya menatap kosong ke depan—jurang yang dalam, kabut tebal, dan sungai bergemuruh di bawah.
" Putri Huang Jiayu! Menyerahlah!" Jendral Lan Guo mengangkat panahnya, busur sudah terentang.
" Aku lebih baik mati daripada tunduk pada pengkhianat!" Huang Jiayu membalas, suaranya lantang meski hatinya hancur.
Guo Chang Ming melangkah ke depan. "Yu'er, aku bisa—"
" Diam pengkhianat!!" Huang Jiayu memotong.
" Di kehidupan selanjutnya aku tidak ingin mengenalmu lagi"
Dia memeluk adiknya erat, lalu—
" HYAATT"
Kuda itu melompat ke jurang.
"Tidak!!"
Shuuuttt!!
Anak panah melesat, menancap di punggung Huang Jiayu.
" AARGH!"
Tubuhnya terhempas, tenggelam dalam kabut dan deru air di bawah.
DI ISTANA DU HUANG..
Di istana, Huang Rong duduk di singgasana, mahkotanya berkilau di bawah lilin-lilin yang bergoyang.
" Siapa lagi yang berani menentangku!" suaranya dingin, seperti pisau yang dihunus.
Para menteri gemetar, kepala mereka menunduk dalam ketakutan.
"Yang Mulia," Perdana Menteri Guo Zhi membungkuk,
"Jendral Lan masih mencari Huang Jiayu dan Huang Jiang. Mereka jatuh ke jurang, tapi mayatnya belum ditemukan."
Huang Rong mengeratkan genggaman di singgasana. "Bawa kepalanya kepadaku! hidup atau mati,"
Di sudut ruangan, Mentri Pertahanan Lan Hui tersenyum tipis. Sesuatu yang gelap berkilat di matanya.
Di tepi sungai yang jauh...
"Tuan muda! ada tubuh di pinggir sungai!"
Zhuang Ling Jun melangkah mendekat. Air sungai berwarna kemerahan—apakah itu darah?
Dia membalikkan tubuh itu—
**" Dia.... masih bernapas,"
Siapakah yang selamat? Huang Jiayu? Huang Jiang? Atau... seseorang yang sama sekali tak terduga?
(Bersambung...)
---
.
.
🌹Hai... hai... sayangnya mami..
JANGAN LUPA KASIH LIKE DI SETIAP BAB, KOMEN & VOTE serta hadiah juga yaaaa
TERIMA KASIH SAYANGKU😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
CumaHalu
betul banget nih, buat apa tunduk sama orang yang salah.
2025-08-08
1
Xlyzy
kuda 🐎 nya : gua lempar juga lu dari punggung gue sungyep nyung sep deh
2025-08-26
1
🔥Cherry_15❄️
Kenapa ga pada nyasar ke kanan aja sih, biar dimakan beruang?
2025-08-12
1