Aurel kecelakaan.

Beberapa orang berseragam putih sedang menurunkan seorang wanita korban kecelakaan, di IGD terlihat yudis yang baru saja datang dan segera membantu para perawat menurunkan korban kecelakaan tersebut.

“Maaf mas, bisa saya minta ktp atau tanda pengenal milik mbak yang baru saja kecelakaan.” Ucap perawat menghampiri Yudistira.

Dengan segera Yudistira menggambil tanda pengenal di tas milik wanita tersebut, tadi sebelum wanita tersebut di masukkan ke mobil ambulance.

Yudistira mengambil tas milik wanita tersebut, tapi sebelum menyerahkan ke perawat dia membaca nama yang tertera di kartu tanda pengenal yang baru saja dia ambil.

“Aurelia Saputri.” Lirih Yudistira membaca nama yang tertera di kartu tanda pengenal milik aurel.

“Ini sus..”

“Baik, silahkan ikut saya mas.”

Yudistira mengikuti perawat tersebut dari belakang, tanpa berpikir panjang Yudistira segera mengisi formulir dan segera menyerahkan ke perawat agar aurel segera mendapat perawatan secara intensif.

Setelah beberapa jam aurel di tangani oleh dokter dan perawat, seorang dokter keluar dari ruangan di mana tempat aurel berada, Yudistira segera menghampiri dokter tersebut.

“Bagaimana kondisinya..?”

“Dia siapanya kamu…?” Tanya dokter tersebut menatap Yudistira.

“Dia… dia… kekasihku, mmm…. Bagaimana kondisi aurel, apakah ada luka yang serius.”

Dokter tersebut tersenyum melihat Yudistira yang terlihat sangat mengkawatirkan kondisi aurel, dengan perlahan dokter tersebut menepuk pundak Yudistira perlahan.

“Jangan kawatir, lukanya tidak serius, hanya lecet dan kemungkinan akan ada sedikit memar di tangan dan kakinya. Kamu tidak usah kawatir, dia akan baik baik saja.” Senyum penuh arti terlihat di dokter yang baru saja memeriksa aurel.

“Setelah dia sadar dari pingsan ya, dia bisa langsung pulang.” Ucap dokter itu kembali.

Yudistira menatap dokter yang bernama adam tersebut, dia tahu jika adam pasti akan melaporkan peristiwa ini ke orang tua Yudistira.

“Mm.. om, anu… bisa tidak dia di rawat di sini sampai lukanya sembuh, dan tolong periksa lagi keadaannya setelah dia siuman nanti. Aku takut jika ada luka yang tidak kita lihat, karena posisinya sekarang dia pingsan. Contohnya kalau kalau dia sadar dia merasakan pusing atau…” Yudistira bicara panjang lebar tanpa memberikan jeda untuk adam berbicara.

Adam merasa geli sendiri dengan sikap Yudistira yang tidak biasa, seorang Yudistira Anggara Saputra busa bertingkah mengkawatirkan seorang wanita sampai segitunya.

“Oke… oke… besok om akan memeriksa dia lagi, sekarang besar suster memindahkannya ke runangan. Kalau gitu om pulang dulu, oh iya kamu mau pulang bareng om atau…”

“Aku akan menjaga dia malam ini om.” Potong Yudistira cepat sebelum adam menyelesaikan ucapannya.

“Hmm… oke, selamat menjaga kekasih kamu ya.” Dengan segera adam pergi dari depan Yudistira.

Tatapan Yudistira teralihkan melihat tirai yang terlihat tertutup, dia segera masuk kedalam dan melihat keadaan aurel yang masih tertidur lelap.

Ada beberapa luka lecet di tubuh aurel, entah kenapa Yudistira merasa sangat kawatir dengan kondisi aurel saat ini, sampai dia lupa akan janjinya dengan alisa kekasihnya.

Yudistira duduk di samping aurel, dia menatap wajah cantik aurel dengan tajam.

“Maaf mas, kami akan memindahkan pasien ke ruangan.” Ucap salah satu pa rawat yang baru saja datang.

Yudistira segera menyingkir dan memberi akses untuk perawat membawa aurel keluar, Yudistira masih setia mendampingi aurel sampai ke dalam ruangan inapnya.

“Terima kasih sus,” ucap Yudistira berterima kasih setelah aurel berada di ruang rawat inapnya sekarang.

“Sama sama mas, kalau ada apa apa anda bisa panggil kami lewat tombol ini.” Perawat tersebut memperlihatkan tombol yang berwarna orange ke Yudistira.

“Baik sus.”

Dengan segera kedua perawat tersebut pergi, Yudistira yang saat ini sudha bersama aurel segera melepaskan jaket miliknya dan meletakkannya di atas sofa panjang.

Dia melihat aurel yang masih tertidur, seketika Yudistira teringat akan janjinya ke alisa.

“Shit… alisa..” lirih Yudistira teringat akan kekasihnya, dia segera menggambil handphone dan tanpa berfikir panjang menekan nomor alisa.

“Halo sayang…” ucap Yudistira setelah mendengar suara alisa di seorang sana.

“Kamu kog lama sekali sih, aku sendirian nih di rumah, aku takut…” suara alisa terdengar sangat manja di indra pendengaran Yudistira.

“Sayang… mmm… sepertinya aku tidak bisa menemani kamu malam ini, tiba tiba ada urusan mendadak.”

Decakkan keras terdengar di seberang sana, Yudistira tahu jika alisa kecewa akan ucapannya.

“Apa urusan itu lebih penting dari pada temani aku malam ini.”

Yudistira menyugar rambutnya kasar, dia bingung sendiri dengan perasaannya saat ini. Dia juga merasa aneh dengan dirinya, kenapa bisa dia memilih menemani aurel dan membiarkan alisa menunggunya.

“Sayang… aku benar benar minta maaf, aku janji setelah urusanku selesai aku akan ke rumah kamu.”

Yudistira berusaha menangkan ke arah alisa, di pikirannya saat ini dia hanya tidak ingin membuat alisa marah ataupun kecewa.

“Ish… ya sudah, aku akan minta lili dan juga ira datang kesini buat temani aku.”

Helaan kelegaan dapat Yudistira rasakan, dia tersenyum senang mendengar ucapan alisa. Tiba tiba Yudistira melihat aurel sepertinya akan terbangun, dengan segera yudis mengakhiri obrolannya dengan alisa.

“Sayang sepertinya aku harus pergi, kamu baik baik ya di rumah. Kabari aku kalau ada apa apa, love you.”

Belum juga alisa menjawab ucapan Yudistira, secara sepihak Yudistira segera mematikan handphonenya.

“Dimana aku…?” Lirih aurel menatap sekelilingnya setelah sadar dari pingsannya, dia yang akan tpbangun di cegah oleh Yudistira yang sudha berada di sampingnya.

“Hei… kamu jangan bangun dulu.”

Suara Yudistira seketika menyadarkan aurel dari kebingungannya, kedua mata aurel menatap tajam ke arah Yudistira yang berada di sampingnya.

“Kamu sekarang ada di rumah sakit, tadi kamu mengalami kecelakaan. Dan orang yang telah menabrak kamu tadi sudah di amankan oleh pihak berwajib, kamu lebih baik istirahat.”

Yudistira membantu aurel merebahkan tubuhnya kembali, aurel yang terlihat masih bingung menuruti keinginan Yudistira tanpa mau menolaknya.

“Aku mau menghubungi keluarga kamu tapi aku tidak melihat handphone milikmu di dalam tas, jadi…”

Belum juga Yudistira menyelesaikan ucapannya, aurel duduk sambil menegakkan tubuhnya menatap Yudistira tajam.

“Aku.. aku pinjam handphone milik kamu.”

Yudistira yang terkejut dengan tingkah aurel hanya menatapnya sambil mengeryit heran, bagaimana bisa aurel tiba tiba ingin meminjam handphone milik Yudistira.

“Please…” ucap aurel memohon.

“Ini…” Yudistira yang tidak tega melihat aurel segera menyerahkan handphone miliknya.

Terlihat aurel menekan beberpa tombol, entah siapa yang di hubungi aurel saat ini. Mungkin orang tuanya atau mungkin pacarnya, batin Yudistira menerka.

“Ish… Ck…” decak kesal terucap dari bibir cantik aurel, Yudistira dapat melihat wajah aurel yang tampak kesal.

“Kenapa… apa tidak ada yang mengangkat panggilan dari kamu.” Tanya Yudistira asal menebak.

“Aku tidak ingat nomor mamaku.” Aurel seketika terlihat lesu, dia merasa sedih karena tidak bisa mengingat nomor baru milik aulia.

Yudistira tersenyum geli melihat wajah aurel yang terlihat imut menurut Yudistira, aurel yang melihat senyum yudis menjadi kesal sendiri.

“Kenapa kamu senyum senyum seperti itu, apa kamu sedang menertawakan kebodohanku.”

Aurel tampak kesal dengan Yudistira, dia memalingkan wajahnya melihat ke arah tembok di sampingnya.

“Aku heran sama kamu, bagaimana bisa kamu tidak ingat nomor orang tuamu.”

Aurel seketika menatap tajam ke arah Yudistira, dia menatap dengan sangat tajam sepeti tajamnya pisau yang baru saja di asah.

“Asal kamu tahu aja, mamaku baru ganti nomor selama seminggu. Jadi aku belum hapal nomor telpon mamaku.”

Mereka akhirnya sama sama terdiam dengan pikiran mereka masing masing, tak lama handphone milik Yudistira bergetar. Terlihat nama krebo calling, segera Yudistira mengangkatnya.

“Hmm…”

Aurel menatap ke arah Yudistira, dia heran dengan Yudistira yang hanya menjawab dengan kata kata “Hmm atau oke.”

“Ish… ni cowok dingin banget sih, jawab apa gitu kek.” Batin aurel yang tidak percaya dengan dengan tingkah Yudistira.

Yudistira yang baru saja mematikan telponnya melihat ke arah aurel, dia heran kenapa aurel tampak tidak suka saat menatapnya.

“Oh iya… kamu masih ingat aku kan.” Tanya Yudistira ke aurel.

“Tentu saja, kamu Yudistira. Siapa yang tidak kenal kamu.” Jawab aurel yang bisa mengendalikan kekesalannya.

“Baguslah, jadi aku tidak perlu mengenalkan diri di depanmu.” Aurel terdiam tanpa mau menjawab ucapan Yudistira.

“Nama kamu aurel kan.”

Seketika aurel menatap tajam ke arah Yudistira, dia heran bagaimana seorang Yudistira cowok most wanted di kampusnya yang terkenal bad boy bisa tahu dan mengenal aurel.

“Ba… bagaiamana kamu tahu namaku…?” Tanya aurel heran.

Yudistira tertawa melihat reaksi aurel yang terlihat berlebihan, dia memberikan kartu tanda pengenal milik aurel.

“Ini…”

“KTP ku, bagaimana bisa ada di kamu…?” Aurel segera menggambil ktp miliknya dari tangan Yudistira.

“Tadi aku ambil di dompet kamu.” Jawab Yudistira setelah melihat aurel menggambil ktp miliknya.

“Oh…”

Satu alis Yudistira terangkat mendengar jawaban aurel, dia heran bagaimana bisa aurel hanya mengatakan “oh..” tanpa ada ucapan yang lain.

Setelah aurel memasukkan KTPnya ke dalam dompet, dia melihat ke arah yuspdistria kembali,

“Aku mau pulang sekarang.” Saat aurel akan berdiri, gerakkannya di cegah oleh Yudistira.

“Kamu baru boleh pulang besok, kata dokter besok dia akan memeriksa kamu lebih detail lagi.”

“Aku sudah tidak apa apa, aku mau pulang sekarang.” Aurel tetap bersih keras pulang, dia tidak ingin malam ini menginap di rumah sakit.

“Oke… oke… kamu tunggu di sini, biar aku yang bicara dengan dokternya langsung.”

Yudistira segera menghubungi dokter adam, dia meminta agar aurel pulang malam ini.

Helaan nafas terlihat dari Yudistira, aurel dapat melihat jika Yudistira tampak sedikit kesal dna juga seperti menahan malu.

“Aku akan antar kamu.” Yudistira menggambil jaket miliknya, dengan segera aurel dan Yudistira keluar dari ruang inap aurel setelah menyelesaikan berkas yang harus dia tanda tangani dan menyelesaikan administrasi.

“Aku akan mengganti semuanya.” Ucap aurel melihat kuitansi pembayaran yang Yudistira masukkan ke dalam saku celananya.

“Tidak perlu.”

“Tapi aku…”

“Aku bilang tidka ya tidak.” Yudistira yang masih kesal karena aurel tidka menurutinya membentak aurel tanpa sadar.

“Oke baik, jika kamar tidak mau aku menggantinya. Tapi bisa tidak kamu jawabnya jangan nyolot kayak gitu.”

Ucapan aurel membuat Yudistira tersadar jika dia sudah kasar dengan aurel.

“Maaf…”

Aurel berdecak kesal, tak lama mereka sudha tuba di tempat parkir. Dia melihat motor sport milik Yudistira yang berada di antara motor yang lain, motor milik Yudistira dapat seketika aurel kenali dari warna dan fisik motor terbut.

“Naik.” Ucap Yudistira setelah dia naik di atas motornya, Yudistira menyerahkan helm miliknya ke aurel.

“Kalau aku pakai helm, lalu kamu.”

Belum juga Yudistira menjawab, dengan segera Yudistira menghidupkan motornya dan segera menjalankan pelan.

Dengan sengaja Yudistira menarik tangan aurel untuk dia taruh di atas perutnya, dia tidak ingin aurel kedinginan karena udara malam yang terasa dingin malam ini.

“Hei…

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!