Pagi ini terasa sangat berbeda dengan pagi pagi sebelumnya, suhu udara yang terasa sangat dingin sehabis hujan semalam, membuat siapapun yang bangun di pagi ini akan menarik selimut kembali untuk mencari kehangatan.
Berbeda dengan Aurelia, dia terlihat sangat bersemangat untuk segera berangkat ke kampus. Air yang terasa dingin tidak membuatnya nyalinya surut untuk membersihkan badan pagi ini.
Sedangkan di meja makan, tampak wanita yang terlihat masih cantik di usianya menata beberapa sanwich di atas piring untuk sarapan pagi ini.
“Selamat pagi oma…” Aurelia mencium gemas pipi oma nya, oma ana yang sangat hapal dengan kebiasaan Aurelia hanya tersenyum membalas tingkah random aurel.
“Mama mana oma…?” Aurel mengedarkan pandagan ke beberapa sudut ruangan mencari keberadaan aulia.
“Mamanya di luar, tadi ada tamu datang ke sini, Sepertinya tetangga depan rumah kita yang baru pindahan kemarin.”
Aurel mengernyitkan kedua matanya, dia tidak tahu jika ada orang baru yang menempati rumah yang selama ini terlihat kosong tak berpenghuni.
“Wah… jadi kelihatan nggak serem lagi dong rumahnya, ya… walau ada yang bersihin tiap hari, tapikan kalau nggak di tempatin sama aja terlihat kayak rumah hantu.” Celetuk aurel sambil menggambil sanwich di depan oma ana yang sedari tadi sudah menggoda imannya.
“Ni anak langsung comot aja sih, tunggu mama kamu dulu. Baru kita sarapan bareng.” Dengan kesal oma ana menepuk tangan aurel pelan, sudah jadi kebiasaan tiap pagi jika mereka harus sarapan bersama.
“Maaf oma… nih juga tangan, main comot aja oma. Nggak punya sopan santun sama sekali.” Aurel memperlihatkan gigi putihnya di depan wajah oma ana, dia sengaja menyalahkan tangannya sendiri agar omanya tidak kesal dengan kelakuan aurel tadi.
“Nah… tuh mama kamu sudah datang, ayo kita sarapan bersama.” Oma ana menunjuk aulia yang baru saja datang dengan pandagan matanya.
“Ma… ayo sarapan, Nuh lambungku sudah meronta ingin merasakan enaknya sanwich buatan oma tersayang.” Aurelia sengaja sedikit mendramatisir suasana, agar aulia segera menuju ke meja makan.
Dengan gemas aulia sengaja mencubit gemas pipi putri semata wayangnya tersebut, mereka segera menikmati sarapan sederhana yang telah di siapkan oma ana dari tadi.
Kurang lebih sepuluh menit mereka menghabiskan sarapan pagi ini, dengan segera aurel bergegas menggambil tas miliknya yang berada di kamar.
“Ma, aku pergi ke kampus dulu ya…?” Aurel secepat kilat mencium pipi oma ana dan juga aulia, dia segera berjalan cepat keluar dari rumahnya untuk segera menuju ke kampusnya.
...----------------...
Di kampus NUSANTARA terlihat beberapa mahasiswa dan mahasiswi tampak sibuk dengan aktivitas mereka masing masing, sedangkan di depan pintu masuk di area parkir terlihat segerombolan motor sport yang akan memasuki area.
“Cogan cogan pada datang tuh.” Ucap salah satu mahasiswi yang menatap ke arah pintu gerbang dimana segerombolan motor besar itu berarak masuk ke area parkir kampus.
“Omg, please Tuhan satu aja bisa nggak tertarik sama aku.” Lirih cewek yang berambut pirang menatap salah satu di antara pemilik motor sport tersebut.
“Jangan ngimpi deh lo, tuh penampilan sama badan di bagus in dulu, baru bisa buat salah satu dari mereka tertarik sama lo.” Ucap kesal diantara cewek tersebut.
Sedangkan Aurelia yang baru saja datang dan akan masuk ke dalam area parkir bersama motor matic milik aulia merasa kesal karena jalannya terhalang dengan segerombolan motor yang menghalangi jalannya.
“HEI.. MINGGIR KALIAN, INI BUKAN JALAN NENEK MOYANG KALIAN YA..”
Aurelia merasa jengkel dan kesal sendiri, seolah olah para gerombolan motor tersebut tidak mempedulikan motor yang akan masuk kedalam area perkir.
Yudis yang akan memarkirkan motornya merasa tidak asing mendengar suara yang tiba tiba terdengar di indra pendengarannya, dia refleks menoleh ke arah suara tersebut.
“Kenapa sayang… apa kamu kenal siapa cewek arogan itu.” Alisa yang membonceng yudis bertanya dengan nada kalem yang di buat buat.
“May be… “ jawab yudis singkat.
“Udah nggak usah peduli in, biar teman teman kamu yang ngurusin dia. Mending kita masuk aja, aku udah gerah banget kepanasan di sini.”
Yudis yang tidak ingin alisa merasa kegerahan dna kepanasan berada di belakang motornya, segera memarkirkan motornya di tempat yang di klaim menjadi tempat parkir motornya.
Senyum mengembang alisa tunjukkan melihat reaksi yang di berikan yudis saat dia meminta untuk menuruti keinginannya, dengan perlahan alisa turun di bantu yudis yang dengan sigap membantunya turun dari motor milik yudis.
“Makasih sayang…” ucap alisa manja.
Yudis tersenyum melihat wajah cantik alisa pagi ini, dia merasa seakan mendapat suport sistem dari alisa.
Sedangkan aurel yang masih misuh misuh di belakang merasa kesal karena tidak ada yang mau mengalah untuk memberikan jalan agar motornya bisa masuk ke dalam parkiran, tawa meremehkan terlihat di antara mereka yang melihat aurel.
“Ish… dasar, awas kalian….!!? Asal tahu aja, ini tempat bukan milik nenek moyang kalian.”
Aurelia masih ngedumel sambil mencari tempat parkir untuk motornya, dengan tatapan tajam dia melihat di sebelah motor sport entah milik siapa ada tempat yang masih kosong.
Aurel segera menancap gas dan meletakkan motornya di samping motor sport tersebut.
Dengan langkah lebarnya dia segera masuk ke dalam kelas, terlihat sudah ada beberapa mahasiswa yang tampak sedang mengobrol dan ada yang sedang membaca buku. Sedangkan angga sudah duduk manis melihat aurel yang terlihat kecapean, angga melambaikan tangannya berharap aurel segera menghampirinya.
“Ck…”
Terdengar decakan kesal dari mulut aurel, angga dengan jelas dapat mendengarnya.
“Kenapa…?” Angga mendekat sambil mengulurkan tangannya berusaha membantu aurel meletakkan tasnya di bangku milik aurel yang tepatnya di samping angga duduk.
“Kesel aku sama gerombolan anak nggak punya otak.”
“Maksud kamu..?” Angga mengernyitkan kedua alisnya penasaran.
“Ah… udah deh mending jangan bahas itu, aku sebel kalau ingat kejadian tadi.” Aurel mengeluarkan buku tebal dan juga peralatan menulisnya, dia berusaha tidak akan mengingat kejadian di parkiran tadi.
“Oh… oke, sekarang kita fokus belajar aja. Kamu bisa cerita in apa yang kamu alami jika pikiran dan hati kamu sudah tidak kesal lagi, oke…” angga melihat wajah cantik aurel, dia ingin memastikan jika aurel setuju akan perkataannya.
Aurel menganguk kan kepalanya pelan, senyum indah angga perlihatkan walau aurel tidak melihat ke arahnya.
Angga hapal dengan sifat dan sikap aurel setelah selama awal semester lebih tepatnya selama mereka masuk ke kampus dan kuliah bersama, angga akan berusaha membuat aurel walau angga tahu jika aurel sedang kesal entah itu dengan siapa.
Waktupun berlalu dengan cepat, tak terasa jam mata kuliah telah berakhir. Angga yang tadinya ingin mengajak aurel pulang bareng jadi mengurungkan niatnya setelah aurel mengatakan jika dia bawa motor sendiri, angga berniat akan mengantarkan aurel sampai di rumahnya dengan selamat walau harus membuntutinya dari belakang seperti seorang bodygard.
“Dimana motor kamu…?” Angga mencari keberadaan motor milik aurel.
“Itu…” tunjuk aurel ke arah motornya, angga yang tahu siapa pemilik motor sport di samping aurel segera menarik lengan aurel cepat.
“Eh rel, kamu tahu nggak siapa pemilik motor sebelah motor kamu…?” Aurel menggeleng cepat.
“Huft… asal kamu tahu, itu milik yudis. Cowok yang katanya paling tampan dan paling di incar sama mahasiswi di sini, gila lo ya. Bisa bisanya kamu parkir di sana, padahal tidak ada yang boleh parkir di sana selain geng nya yudis.”
Angga menghela nafasnya sebelum mengucapkan perkataan yang membuat nyali aurel menciut, dengan gerakkan cepat aurel memegang lengan angga.
“Cak, kamu ambilin motorku please. Sebelum tuh cowok balik, aku nggak mau nanti kena semprot tuh si yudis gara gara salah parkir.”
Angga yang tidak ingin melihat aurel merasa ketakutan segera menuruti permintaan aurel, tapi sebelum itu angga melihat situasi terlebih dahulu. Bukannya Angga takut, tapi angga tidak ingin mencari masalah selama dia berkuliah di kampus ini.
“Kamu tunggu sini.” Ucap angga sambil meninggalkan aurel sendiri di bawah pohon yang terlihat rindang.
Dengan cemas dan penuh harap, aurel melihat angga yang tengah menggambil motor miliknya. Tapi belum juga angga berhasil membawa motor milik aurel, yudis datang bersama alisa mendekati motor milik yudis.
“Hei lo…” ucap alisa menegur angga yang akan menghidupkan motor milik aurel.
“Ngapain lo parkir di sini, apa lo nggak tahu kalau disini adalah tempat parkir khusus milik Yudistira dan kawan kawannya.” Ucap kasar alisa sambil memperlihatkan sikap angkuhnya.
Angga tersenyum sinis mendengar ucapan alisa, sedangkan Yudistira hanya diam saja tidak menanggapi tingkah angga.
Tanpa mereka sadari aurel melihat perdebatan mereka di di bawah pohon yang tak jauh dari tempat mereka, angga menatap yudis dna bergantian menatap alisa yang masih dengan sikap arogannya.
“Maaf gue nggak tahu, jadi gue boleh pergi kan.”
Belum juga alisa mengatakan sesuatu ke angga, dengan gerakkan secepat kilat angga menjauh dan menghampiri aurel yang tengah menunggunya.
Yudistira melihat kepergian angga, dia menatap aurel dengan sorot mata tajamnya.
“Cewek itu…” batin Yudistira melihat wajah aurel tajam.
“Sayang… kamu kog diam aja sih, kenapa kamu nggak beri pelajaran sama tuh cowok kurang ajar.” Alisa berusaha memanas manasi Yudistira, tapi reaksi Yudistira hanya diam saja masih setia menatap angga dan aurel yang semakin menjauh.
“Kita pergi.” Ajak Yudistira sambil menaiki motornya, sedangkan alisa yang merasa tidak di pedulikan menghentakkan kakinya kasar.
Akhirnya mereka pergi dari area parkir bersama dengan teman temannya, sedangkan aurel dan angga pergi bersama dengan angga yang mengikuti aurel dari belakang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments