"Ketos ganteng, mau tanya dong," kata Zefanya dengan nada yang manja
"Langit."Langit memperbaiki namanya
"Langit, mau tanya dong," ulang Zefanya dengan senyum lebar.
"Apa?" tanya Langit dengan nada yang datar.
"Lo gak bosan apa ganteng mulu?" tanya Zefanya dengan mata yang berbinar.
Langit memandang Zefanya dengan mata yang tajam, tapi tidak menjawab.
"Jawab dong, apa mungkin jodoh Lo gue? Gue kan cantik, jadi Tuhan ciptakan Lo, Lo kan ganteng," kata Zefanya dengan nada yang manja.
"Dih," jawab Langit singkat, tidak menanggapi pertanyaan Zefanya.
"Iya, emangnya Lo gak mau berjodoh sama cewek cantik kaya gue?" tanya Zefanya lagi, tidak menyerah.
"Bisa diam gak, berisik," kata Langit dengan nada yang tegas, meminta Zefanya untuk diam.
"lo, gak asik"Zefanya langsung cemberut
Langit tidak peduli dengan reaksi Zefanya dan tetap memandang lurus ke depan.
"Kita sudah sampai di tuan muda " kata bodyguard itu.
Zefanya masih cemberut, tapi akhirnya turun dari mobil dan mengikuti Langit dan bodyguard ke dalam rumah sakit.
"ngapain kita ke sini?" tanya Zefanya lagi.
Langit tidak menjawab, hanya memandang Zefanya dengan mata yang tajam. Bodyguard itu yang menjawab, "Kita akan menemui seseorang di ruangan ICU."
Zevanya memandang seluruh wilayah rumah sakit itu, terlihat banyak orang yang berlalu lalang
"Lah gue kan bukan perawat atau dokter ngapain mau bawa gue ke sini?"tanya zefanya dengan polosnya
"Atas perintah, tuan kami nona" jawab bodyguard itu dengan hormat.
"Tidak usah banyak ngomong, antarkan saya ke daddy sekarang," ujar Langit dengan nada yang tegas.
Bodyguard itu mengangguk dan memimpin mereka menuju ruangan ICU. Zefanya masih terlihat penasaran dan terus memandang sekeliling rumah sakit dengan rasa tidak nyaman.
"Siapa yang sakit?" tanya Zefanya kepada Langit, tapi Langit tidak menjawab, hanya terus berjalan menuju ruangan ICU.
Saat pintu ruang ICU terbuka, Zefanya terbelalak kaget melihat siapa yang berbaring di ranjang ICU. "Ayah," lirih Zefanya dengan suara yang terkejut dan khawatir.
Zefanya berlari menghampiri ayahnya yang terbaring lemah di ranjang, wajahnya dipenuhi kekhawatiran dan air mata yang mulai menggenang di matanya.
"Ayah, apa yang terjadi? Mengapa Ayah bisa seperti ini?" tanya Zefanya dengan suara yang bergetar, sambil memegang tangan ayahnya dengan erat.
Galang, ayah dari Zefanya, membuka matanya yang lelah dan memandang wajah putri kesayangannya dengan mata yang lembut.
"Zefanya..." lirih Galang dengan suara yang lemah, tapi penuh kasih sayang.
Zefanya tersentuh melihat ayahnya membuka mata dan memandangnya dengan penuh kasih, membuatnya merasa sedikit lega meskipun masih khawatir.
"Ayah, aku di sini," kata Zefanya dengan suara yang bergetar, sambil memegang tangan ayahnya dengan erat.
"Gadis kecil Ayah," kata Galang dengan suara yang lemah, tapi penuh kasih sayang.
Zefanya tersenyum lembut mendengar panggilan sayang dari ayahnya, meskipun air matanya masih menggenang di matanya.
"Ayah, jangan banyak bicara, Ayah harus istirahat," kata Zefanya dengan suara yang lembut, sambil membelai rambut ayahnya dengan penuh kasih.
"Zefanya," panggil Bram, ayah Langit, dengan suara yang lembut namun mengandung nada iba.
"Ya?" jawab Zefanya singkat, sambil tetap memegang tangan ayahnya yang terbaring lemah di ranjang ICU
"Maafkan Om, Om tadi tidak sengaja menabrak ayahmu," kata Bram dengan nada yang penuh penyesalan.
Zefanya memandang Bram sejenak, lalu Galang menggelengkan kepala.
"Tidak, bukan salah Tuan, salah saya karena tidak melihat sebelum menyeberang," kata Galang dengan suara yang lirih seakan Manahan sakit, meskipun ada sedikit kekecewaan dalam matanya.
"Tuan, ini putri saya," ujar Galang, menatap wajah Zefanya dengan penuh kasih sayang.
"Saya mohon, lindungi dia," kata Galang dengan suara yang lemah namun penuh harapan, sambil memandang Bram dengan mata yang serius. Bram memandang Galang dan Zefanya, lalu mengangguk perlahan.
"Saya akan melindunginya, jangan khawatir," kata Bram dengan suara yang tegas, meskipun ada rasa bersalah yang masih membayanginya.
"Ini putra saya, Langit Dirgantara Angkasa," kata Bram dengan bangga, sambil menatap Langit yang berdiri di sampingnya.
Zefanya memandang Langit dengan mata yang sedikit waspada, mengingat permintaan ayahnya untuk menikahinya. Langit sendiri memandang Zefanya dengan ekspresi yang netral, tidak menunjukkan reaksi apa pun. Galang memandang Langit dengan mata yang lembut, lalu memandang Zefanya dengan harapan.
"Nak, ingin kamu menikah dengan zefanya putri saya," kata Galang dengan suara yang lemah namun penuh harapan.
"Apa?" teriak keduanya terkejut dan tidak percaya dengan permintaan ayahnya.
Zefanya memandang ayahnya dengan mata yang lebar, lalu memandang Langit yang berdiri di samping Bram.
"Ayah, apa yang Ayah katakan? Menikah dengan... dengan dia?" tanya Zefanya dengan suara yang keras dan tidak percaya, sambil menunjuk Langit.
Langit sendiri memandang Zefanya dengan ekspresi yang tidak berubah, tidak menunjukkan reaksi apa pun terhadap teriakan Zefanya.
"Nak, mungkin hidup Ayah tidak lama lagi," ujar Galang, membuat Zefanya terkejut dan sedih.
"Gak, Ayah..." kata Zefanya dengan suara yang bergetar, sambil memegang tangan ayahnya dengan erat. Zefanya merasa seperti dihantam oleh kata-kata ayahnya, dan air matanya mulai mengalir deras.
"Jangan katakan itu, Ayah. Ayah pasti akan sembuh," kata Zefanya dengan suara yang penuh harapan, meskipun dia tahu bahwa kondisi ayahnya sangat parah.
Langit, pemuda itu, menggelengkan kepalanya, menatap Bram dengan ekspresi yang tidak setuju.
"Daddy,aku tidak akan mau menikah"kata Langit dengan suara yang tenang, sambil memandang ayahnya dengan mata yang tidak percaya
Bram memandang Langit dengan mata yang serius, lalu kembali memandang Galang dan Zefanya.
"Tidak apa-apa, Nak. Ini untuk kebaikan kalian berdua," kata Bram dengan suara yang tegas, meskipun Langit tidak terlihat setuju dengan rencana ayahnya.
"Tapi kenapa harus aku, Dad? Kan ada Abang Bintang?" kata Langit dengan suara yang sedikit frustrasi, sambil memandang ayahnya dengan mata yang mempertanyakan.
Langit terlihat tidak mengerti mengapa ayahnya memilih dirinya untuk menikah dengan Zefanya, sementara dia memiliki abang yang mungkin lebih cocok untuk peran tersebut. Bram memandang Langit dengan mata yang serius, lalu menjawab dengan suara yang tegas.
"Karena Daddy percaya kamu lebih cocok untuk Zefanya, Nak. Dan Daddy ingin kamu yang menjaga dia."
"Ayolah, Dad, aku masih sekolah sama kayak Zefanya," kata Langit dengan suara yang tidak sabar, sambil mengangkat alisnya.
Langit terlihat tidak percaya bahwa ayahnya serius tentang pernikahan di tengah masa sekolah mereka.
"Kita masih pelajar, Dad. Pernikahan? Itu tidak mungkin," kata Langit dengan nada yang skeptis, sambil memandang ayahnya dengan mata yang mempertanyakan.
"Ini akan merusak reputasi keluarga kita, Langit," kata Bram dengan suara yang serius, sambil memandang putranya dengan mata yang tajam.
Bram terlihat khawatir bahwa keputusan yang diambilnya akan berdampak negatif pada reputasi keluarga mereka jika tidak dijalankan dengan baik. Langit memandang ayahnya dengan ekspresi yang masih tidak setuju, merasa bahwa ayahnya terlalu memikirkan reputasi daripada kebahagiaan dirinya dan Zefanya.
"Baiklah, jika... jika kamu tidak ingin menikah dengan siapa pun, kemungkinan besar Daddy akan mengirim mu ke New York," kata Bram dengan suara yang dingin, sambil memandang Langit dengan mata yang tidak bisa dibantah.
Langit memandang ayahnya dengan rasa takut dan frustrasi, karena dia tahu bahwa ancaman ayahnya bukanlah main-main.
"Kamu tidak akan bisa menolak, Langit," kata Bram dengan nada yang tegas, membuat Langit merasa terjebak dalam situasi yang sulit.
"Oke, aku mau menikahi Zefanya," kata Langit dengan suara yang terpaksa, sambil memandang ayahnya dengan mata yang menunjukkan ketidak relaan.
Langit terlihat pasrah dan tidak punya pilihan lain selain menerima keputusan ayahnya. Zefanya sendiri memandang Langit dengan ekspresi yang tidak bisa dibaca, tidak menunjukkan reaksi apa pun terhadap keputusan Langit. Galang memandang Langit dan Zefanya dengan mata yang lega, merasa bahwa masalah sudah terselesaikan.
"Bagaimana dengan kamu, Nak?" tanya Bram ke Zefanya.
"Zeva?, akan menerima pernikahan ini tapi ayah hrus sembuh" jawab Zefanya dengan suara yang lirih.
"baiklah jika itu keinginan putri kecil kesayangannya ayah ," kata Galang dengan suara yang lemah , sambil memandang putrinya dengan mata yang memohon. Zefanya merasa terharu dan tidak bisa menolak permintaan terakhir ayahnya.
"Ayah... aku akan melakukan apa saja untuk Ayah," kata Zefanya dengan suara yang berat, sambil mengangguk perlahan dan menahan air mata.
Galang memutuskan untuk menikahkan Zefanya dan Langit saat itu juga, tanpa menunggu waktu yang lebih lama. Dengan bantuan Bram, keduanya dipersiapkan untuk menjalani prosesi pernikahan yang sederhana namun penuh makna. Zefanya dan Langit terlihat masih shock dan tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi, namun mereka tidak bisa menolak keinginan ayah mereka. Setelah prosesi pernikahan selesai, keduanya resmi menjadi suami istri, meskipun hubungan mereka masih terasa sangat dipaksakan.
Bunyi monitor rumah sakit menunjukkan detak jantung yang semakin lemah. Zefanya mengguncang tubuh ayahnya yang kaku, berusaha membuatnya sadar kembali. Namun, tidak ada respons.
Langit yang tidak tega melihat Zefanya seperti itu, segera menarik tubuh Zefanya ke pelukannya. "Gue gak punya siapa-siapa lagi, Lang... gue gak punya siapa-siapa lagi," Zefanya menangis tersedu-sedu, suaranya tercekat oleh tangisan.
Langit membalas pelukan Zefanya, berusaha memberinya kekuatan dan penghiburan. "Gue masih ada, gue masih ada," kata Langit lembut, sambil membelai rambut Zefanya yang berantakan.
Daddy Langit, Bram, dengan cepat dan efisien mengurus semua administrasi rumah sakit, memastikan bahwa semua prosedur selesai dengan lancar. Sementara itu, Zefanya masih terus menangis, kesedihan dan kehilangan yang mendalam terpancar dari dirinya. Langit berusaha menenangkannya, memeluknya erat dan membiarkannya menangis di pundaknya.
"Sst, aku ada di sini," kata Langit lembut, mencoba memberikan kenyamanan dan dukungan kepada Zefanya di tengah kesedihan yang mendalam ini.
*******
Tuhan jika di dunia ini tidak ada cinta yang tulus untuk ku lagi tolong ambil aku,aku ingin bahagia bersama orang tua ku
Zevanya Queen arabella
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Athena_25
"sebenarnya aku bosan, jadi aku mewaisksn kegantenganku pada ahli warisku, mau kah kau menjadi ibu dari ahli warusku?" Tanya Faizar ke Zefa 😂😂😂 ngayal bgt ya Zefa
2025-08-05
0
Asya
ketos dingin akhirnya di perhatikan dengan gadis secerewet zefa🤭
gimana kelanjutannya marii kita pantau teruss🤣
2025-08-05
0
Anyelir
mana ada orang yang bosan dengan kegantengan atau kecantikan pribadi. Malah mereka merasa kurang.
Ya begitulah
2025-08-05
0