Bab 5

Pemandangan dari lantai tertinggi di Narendra Group begitu memanjakan mata Revano hingga Sang Asisten masuk mengusik ketenangannya.

"Maaf Tuan, baru saja Pihak A Corp menghubungi Kita, Mereka ingin mengadakan Pertemuan."

"Bukankah Kita sudah selesai berurusan dengan Si Cecunguk itu, Siapa lagi dari Perusahaan Mereka yang akan menemuiku, Ku dengar Armando saat ini sedang ada diruang ICU."

"Putri Tuan Armando ingin menemui Tuan."

Revano berbalik, "Armando punya Putri?"

"Seperti yang dikonfirmasi Tuan Seno bahwa Tuan Armando memiliki seorang Putri Kandung, sedangkan Tuan Andri anak Tiri."

"Menarik. Ok, Katakan pada pihak A Corp Aku akan menemuinya."

"Baik Tuan, Saya permisi."

Revano mengambil posisi duduk di kursi kebesarannya.

Entah apa maksud senyum di wajah Revano, namun tak lama ponselnya berdering dan tentu saja Revano sudah menduga kalau panggilan tersebut adalah dari Sang Raja Terakhir, OPA!

"Ya Opa?"

"Ok, baik. Apapun yang Opa mau akan Revano ikuti, asal bukan menikah."

"Ya, Ya, Ya. Nanti malam Vano mampir."

"Iya Opa."

Hari berlalu cepat, Tak bisa menolak dan tak mau Opanya nekat, Revano kini sudah hadir di Mansion Opa Narendra.

"Vano!"

Revano menghentikan langkahnya. Tak sesuai bayangannya namun lebih tepatnya Opanya berbohong.

"Vano, kenapa Kami diam saja. Yasmin sudah menunggu sejak tadi. Ayo kesini."

Opa Narendra dengan tatapan tajamnya seakan mengancam Vano agar tak pergi dan tetap stay selama beberapa saat.

Revano melewati Yasmin, Perempuan yang sejak tadi menunggu kehadiran Revano dibuat terhempas saat sikap Revano maish abai dan menganggap bahwa Yasmin tak ada dihadapannya.

"Apa kabar Vano?" Yasmin duduk dihadapan Revano sementara Opa Narendra berada di kursi utama dalam meja makan.

"Opa mau bicara apa? Bukankah jika memang hal ini penting seharusnya hanya keluarga saja. Kenapa harus ada orang luar disini"

"Vano! Jaga bicaramu!"

"Opa lebih paham mengapa Aku begini dan Aku tidak suka ada Dia disini."

Yasmin dengan mata memerah dan mulai berkaca-kaca, menatap Revano, "Maafkan Aku Vano. Aku akui Aku salah, tapi semua itu jebakan. Aku tidak tahu. Aku gak salah."

"Bukan urusanku. Yang Ku tahu sekali pengkhianat tetap pengkhianat. Opa, kalau memang tidak ada yang penting, Aku pamit!"

"Revano Narendra! Duduk!" Opa Narendra begitu marah, menghentikan langkah Revano dengan sekali ucap saja.

"Maaf Opa, Bukan Aku tak menghormatimu, tapi pantang bagiku satu tempat duduk dengan Pengkhianat."

Opa Narendra memejamkan mata. Keras dan dinginnya Revano memang tak sepenuhnya salah. "Yasmin, maafkan Revano, tapi Opa tak bisa memaksa Nak,"

Revano meninggalkan Mansion Opanya dengan nafas memburu.

Semua kenangan bahagia dan menyakitkan bersama Yasmin kembali terulang bagai sebuah film yang berputar dalam kelala Revano.

Revano Narendra. Sosok yang terkenal playboy dan kejam. Mereka hanya tahu itu dan tak tahu bagaimana seorang Revano pernah menjadi Lelaki setia dan bucin.

"Cukup sekali saja Aku menjadi bodoh! Selebihnya semua Perempuan sama! Mereka akan pergi saat Kita lemah dan tak berdaya."

Revano Menjalankan mobil sportnya dengan kencang dan tujuannya tak lain Club. Melepaskan segala marah dan penat dalam setiap tegukan minuman.

Mabuk dan Wanita adalah cara Revano selama ini mengalihkan segala rasa sakit, kecewa dan marah.

Revano kembali memberi kode bartender menuangkan minuman entah sudah gelas keberapa hingga tiba-tiba Revano mendengar keributan yang mengusik kesendiriannya.

"Lepas! Gue udah gak ada urusan lagi sama Lo b@ngsat!"

"Tunggu San, Aku bisa jelasin! Itu bukan bayiku! Dia fitnah!"

"Apa Beib Kamu bilang? Jangan jadi pengecut Kamu! Oh Aku tahu kenapa Lo nyuruh Gue gugurin kandungan ini, Karena Lo mau balik sama Sandra?" Kalina menatap nyalang pada Yudha.

Sebetulnya keberadaan Sandra di Club sekedar santai saja, penat dan ingin mendengarkan musik hingar bingar agar dapat melepas stress namun Yudha rupanya sang Mantan tak tahu diri menguntit Sandra dan kini saat Yudha sedang mencoba merayu Sandra ketahuan oleh Kalina.

"Lo berdua! Minggir dari hadapan Gue! Gue, gak mau lihat muka SAMPAH LO BERDUA! Pergi!"

Yudha tersungkur didorong kencang oleh Sandra. Tak terima menjadi pusat perhatian oleh caci maki Sandra, Yudha berjalan mendekat, saat tangan Yudha hendak menampar Sandra sebuah tangan besar dan kekar menahan hingga memelintir pergelangan tangan Yudha.

"Pergi! Dan Lo, bawa Pacar Lo keluar!"

Sandra dibuat tak percaya saat melihat siapa yang kini menyelamatkannya.

"Siapa Lo?" Bukannya mundur Yudha malah berbalik menantang Revano.

Seringai diwajah Revano menatap malas kepada Yudha, "Lebih baik Lo pergi sebelum harga diri Lo Gue beli yang gak sebera itu!"

Revano tak mau mengotori tangannya cukup hentakan jari, bodyguard club segera membawa Yudha pergi dari hadapan Revano.

Sandra masih tak percaya, namun Ia masih kesal dengan kejadian yang kedua habiskan bersama.

"Hai, ketemu lagi!" Senyum tengil Revano menatap Sandra.

"Mau kemana, Lo gagu? Gak bisa bilang makasi."

Revano menjegal langkah Sandra yang mau segera pergi.

"Ok, fine. Gue gak maksa. Gimana, udah tes belom? Anak Gue udah jadi?" Revano berbisik dan tentu kata-kata Revano semakin membuat Sandra murka.

"Ngarep Lo!"

Tawa Revano membuat Sandra mengernyitkan dahi, "Percuma ngomong sama orang MABOK! MINGGIR!"

Ponsel Sandra berdering, "Iya Om, Apa? Baik Om, Sandra segera kesana!"

"Minggir Lo!"

"Ok, tapi nih! Bawa siapa tahu perlu!" Revano dengan lancang memasukan kartu namanya ke tas Sandra yang masih terbuka.

Sandra tak menggubris dengan apa yang dilakukan Revano justru langsung pergi setelah menerima telepon dari Om Seno.

Sementara Revano, saat akan melangkah, kakinya menginjak sesuatu, ingin abai tapi entah dorongan hati menunduk dan memungut apa yang diinjaknya.

Revano tersenyum, "Serius, kayak anak kecil aja."

Revano mengulum senyum, dibawanya pouch transparan bertuliskan Sandra yang berisi karet dan jepitan rambut anak-anak.

"Jadi namanya Sandra. Menarik."

Revano mengantongi barang milik Sandra dan pergi meninggalkan Club.

Sementara di tempat lain, Andri dengan wajah ketakutan sedang disidang oleh Aisyah sang Ibu yang marah dengan apa yang baru saja diketahuinya.

"Jadi Kamu jual saham milik Kamu dan Bunda? Astaga Andri! Bunda sudah bilang berhenti kebiasaan berjudi! Sekarang bagaimana kalau Papa bangun dan tahu saham itu sudah Kamu jual!"

"Andri terpaksa Bun, kalau enggak Papa tahu dan bisa aja Dia usir Kita! Terus Bunda dicerai, bagaimana?"

"Anak kurang ajar!" Bunda Aisyah memukuli Andri rasanya ingin membunuh saja anak tak berguna tapi hanya Andri satu-satunya keturunan yang Ia miliki.

Dulu saat menikah dengan Papa Armando, Aisyah ingin sekali bisa hamil dan memiliki anak dari Armando.

Tapi takdir tak berpihak padanya rupanya ada Kista dan Miom yang mengharuskan Aisyah menjalani operasi hingga rahimnya diangkat.

Sejak itu, Aisyah betul-betul menjaga agar Papa Armando tidak meninggalkannya salah satunya dengan bersikap baik dan menerima Angel sebagai Putrinya.

Keterlibatan Andri di Perusahaan juga atas permintaan Bunda Aisyah pada Papa Armando agar bisa membantu karena Angel tidak mau masuk ke dalam Perusahaan Sang Papa.

"Pokoknya Bunda gak mau tahu, bagaimana caranya Kamu harus menutupi ini semua, dan Bunda mau saham itu balik lagi!"

"Mana bisa Bunda! Sudah Aku jual kepada Tuan Revano."

"Bodoh! Argghhh! Andriiiiii!"

Terpopuler

Comments

Rahma Inayah

Rahma Inayah

mmg ank mu bodoh pelakor cuma bs ngabisin uang di meja judi

2025-08-11

1

Radya Arynda

Radya Arynda

semangaaat sandra usir para benalu darirumah mu..

2025-07-31

1

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

dasar si Andri gak tau diri..

2025-08-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!