Brakk
"Manja banget sih! cuma luka bakar saja kan? gak sampai putus itu tangan! bikin kesal saja!"
Pagi-pagi sekali, keributan kembali terjadi. Bibi Dini yang melihat Alisa terjatuh dengan di lantai segera membantu Alisa berdiri.
Rena yang melihat itu menjadi sangat tidak puas.
"Bibi Dini pergi sana Bi!" bentak Rena.
"Nona, tangan nyonya masih terluka. Biar bibi saja yang menyikat sepatu nona!" kata bibi Dini memohon pada Rena.
Maria yang melihat itu lantas menghampiri Rena.
"Non, memang begitu tuh non. Bibi Dini itu suka bantuin kerjaannya Alisa itu. Makanya Alisa jadi manja. Dikit-dikit bibi Dini, dikit-dikit bibi Dini. Gitu non!"
Entah dendam apa yang dimiliki Maria pada Alisa. Namun, Maria itu memang suka cari muka. Jadi, meski sebenarnya tak ada untungnya bagi dia. Membuat majikannya yang sedang dia berusaha untuk jilaat senang. Itu adalah sesuatu yang amat dia sukai.
Mata Rena makin terbelalak. Karena kesal, dia melemparkan sepatunya ke arah tangan Alisa yang terluka.
"Agkhh!" pekik Alisa yang merasa sangat kesakitan.
Luka bakarnya terkena lemparan sepatu dengan hak yang cukup tebal. Dan sepatu itu terbuat dari bahan yang cukup berat.
Wajah Alisa sampai pucat menahan rasa sakit.
"Nyonya, bibi obati..."
"Kalau ada yang berani bawa dia pergi dari sini. Orang itu akan aku kurung di gudang dan tidak diberi makan!" pekik Rena.
Alisa yang merasa takut sampai bibi Dini dikurung di gudang, langsung mendorong tangan bibi Dini yang ingin membantunya.
"Bi, pergi Bi. Aku tidak apa-apa. Aku akan bersihkan sepatu ini!" ujarnya sambil menahan sakit.
Bibi Dini menggelengkan kepalanya. Dia sungguh tidak tega. Mungkin lebih baik di kurung di gudang dan tidak makan sampai besok, daripada membiarkan Alisa terus menahan rasa sakit itu.
"Ini ada apa, pagi-pagi sudah ribut?"
Alisa menoleh, itu adalah suara suaminya. Suaminya yang sudah satu minggu tidak pulang.
"Su..."
"Kakak!"
Alisa baru akan menyapa suaminya. Rena sudah menempel di lengan kakaknya.
"Lihat Alisa, dia merusak sepatuku. Kemarin dia tidak baju Tasya. Dia semakin tidak berguna saja, kakak. Tidak bisa apa-apa!" adu Rena pada Mark.
Mark terlihat menghela nafas panjang.
"Masuk kamar!" perintah Mark pada Alisa.
Bibi Dini langsung membantu Alisa bangun. Dia berpikir, tuannya sedang membantu Nyonyanya itu.
"Kakak, aku sedang minta dia menyikat sepatuku..."
"Banyak pelayan lain!" sela Mark.
Bibi Dini semakin lega. Dia sungguh mengira Alisa sedang mendapatkan bantuan dari suaminya.
"Nyonya aku antar ke kamar!" kata bibi Dini pada Alisa.
"Dia punya kaki, bibi Dini kerjakan pekerjaan bibi!" kata Mark.
Bibi Dini langsung mengangguk.
"Baik tuan!"
Alisa berjalan perlahan ke kamarnya. Tangannya sangat sakit, dia sedang menahan rasa panas dan nyeri pada tangannya itu.
Begitu sampai di dalam kamar, Alisa mengambilkan baju ganti suaminya yang sudah masuk kamar mandi.
Alisa mengobati luka di tangannya dengan obat pemberian bibi Dini. Lalu membalutnya lagi dengan kain kasa.
Tak berapa lama, pintu kamar mandi terbuka.
"Mando sana!" kata Mark pada Alisa.
"Su.. suamiku, kata bibi Dini. Luka bakar ini tidak boleh terkena air" jelas Alisa dengan suara pelan.
Dia ingat apa yang dikatakan oleh bibi Dini. Luka bakarnya itu, memang tidak boleh terkena air dulu. Sampai kering.
Mark hanya melihat ke arah tangan itu sebentar. Lalu menarik tangan Alisa yang satu lagi.
"Satu minggu tidak menyentuhmu, apa kamu sangat ingin aku sentuh?" tanya Mark.
Alisa sama sekali tidak mengharapkan hal itu. Kalau Mark menyentuhnya, bukannya dia harus mandi setelah itu. Sementara luka di tangannya belum boleh terkena air.
Alisa tidak berani menjawab. Tapi Mark sudah menjatuhkan tubuh istrinya itu di atas tempat tidur.
Mark sama sekali tidak memperhatikan. Kalau istrinya itu bahkan bertambah kurus. Karena tangannya terluka, maka pekerjaan yang dia lakukan juga tidak banyak. Semakin sedikit pekerjaan yang terlihat di depan Berta, maka jatah makannya juga sangat sedikit.
Selain tubuh yang kurus, Mark bahkan tidak bertanya. Bagaimana istrinya itu bisa terluka. Darimana datangnya luka bakar itu. Yang Mark perdulikan saat ini, hanya menggali apa yang bisa di gali, dan meremass apa yang bisa di remass di bawahnya.
Setengah jam berlalu. Alisa bahkan kesulitan mengenakan kemejanya. Tapi, Mark tampaknya tidak perduli.
Pria itu mengenakan pakaiannya lalu, dengan santai menoleh ke arah Alisa yang berusaha menahan rasa sakit, karena beberapa kali Mark mencengkeram tangannya tepat di lukanya yang belum sembuh itu.
"Pindahkan barang-barangmu ke kamar pelayan. Mulai besok, Karina akan tinggal di kamar ini!"
Deg
Alisa menghentikan apa yang dia lakukan. Tangannya tiba-tiba saja mati rasa. Dan pikirannya tiba-tiba saja kosong.
"Jangan tinggalkan satu barang pun. Karina tidak akan senang!"
Brakk
Dan Alisa baru sadar serta berkedip, ketika pintu kamar itu tertutup dengan cukup kencang.
Suaminya pergi selama satu minggu, baru kembali dan tidak bertanya apapun tentang dirinya dan luka di tangannya. Lalu suaminya bahkan tidur dengannya, melakukan apapun yang Mark mau pada tubuh Alisa.
Tapi, setelah semua itu suaminya mengatakan untuk dia pergi dari kamar ini, membawa semua barang-barangnya karena wanita yang entah statusnya mungkin adalah pacar suaminya itu akan tinggal di kamar ini.
Tes tes
Rasa sakit kembali menjalar. Bukan hanya di tangan, tapi yang lebih terasa sakit adalah di dalam hati Alisa.
Dia tak bisa mengatakan apapun, suara tak bisa lagi keluar dari mulutnya. Karena sayatann yang bahkan belum sembuh si dalam hatinya, semakin bertambah dalam.
Entah apa artinya dirinya bagi Mark. Kalau di bilang pelayan, masa iya Mark sudi tidur dengan pelayan? dan setiap kali berada di atas tempat tidur, Mark tak ragu mencium seluruh bagian tubuh Alisa.
Tapi kalau di anggap istri. Kenapa semudah itu Alisa terusir dari kamarnya sendiri?
Alisa meremass sprei yang ada di bawahnya dengan air mata yang mengalir semakin deras.
'Sebenarnya kamu anggap aku ini apa, suamiku?' batin Alisa yang terasa begitu sakit saat ini.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Ma Em
Thor jgn buat cerita terlalu sadis siksaannya kasihan meskipun hanya cerita, masa punya suami bknnya jadi pelindung tinggal dirumah mertua malah seperti di neraka siksaannya tdk henti henti .
2025-07-31
2