bab 3

Begitu sampai disana para nyonya bingung, mengapa ini begitu hening, suasana amat lenggang. bau tanaman membaui sekitarnya. sejenak mereka mengagumi labirin yang ada dihadapan mereka. besar, dan rapi.

"Ini labirin nya?" Tanya Suzan memandang kearah labirin yang menghadap kokoh kepada mereka. "Ada dimana anak-anak?" Tanya Suzan heran, lalu menjadi cemas.

Kerut kening kian dalam saat ia tak mendengar suara anak-anak. suasana disini tidak seperti biasa, firasatnya menjadi tidak enak. Matanya mencari-cari pelayan yang biasa berjaga sekitarnya taman, tapi ia tak menemukan satupun.

Ia menoleh panik ke arah teman-temannya, ia menyadari satu hal, "aletta ada dimana?"

Suzan menelusuri sekitar lalu berkata, "bukankah aletta sudah agak lama tidak kembali?"

"bukankah aletta tadi pergi untuk melihat anaknya?" ucap holi.

"lalu bukankah seharusnya mereka ada disini?" Mata Roni bergetar menyadari ada yang tak beres. sejenak mereka diam saling menatap satu sama lain, saat itulah mereka langsung paham dengan apa yang terjadi.

dengan cepat mereka membalik badan, untuk kembali keruangan tadi, "kita harus lapor kepada suami kita terlebih dahulu." ucap Luna, mereka semua menyetujuinya.

Saat mereka berjalan terburu-buru, tiba-tiba terdapat banyak kabut asap yang mendekati mereka, mereka kompak mundur.

"mengapa ada tiba-tiba ada asap?" tanya holi, ia mengibaskan tangannya, bermaksud mengeluarkan elemen sihirnya, menghempaskan asap itu, tapi tidak bisa. holi heran menatap tangannya.

"asap ini bermasalah. tutupi hidung kalian. jangan sampai menghirupnya." mereka kompak menutupi hidung.

"percuma mundur, asap ini telah mengelilingi kita."

asap itu makin dekat, makin tinggi mendekati hidung. sewaktu waktu dapat dihirup oleh mereka. asap itu makin menebal, mereka makin panik. asap itu membuat mereka tidak bisa melihat hal lain selain kabut asap tebal itu. memaksa mereka untuk menghirup asap itu, meskipun sedikit karena tidak sengaja.

mereka pusing, tiba-tiba matanya memburam lalu satu persatu mereka hilang kesadaran. setelah semuanya pingsan asap menebal itu tiba-tiba saja menipis, seorang pelayan yang misterius memindahkan mereka.

Badan aletta sakit semua, terasa lengan maupun kakinya tidak bisa di gerakkan, terikat oleh sesuatu. mulutnya penuh, ia rasa disumbat dengan sesuatu, yang mungkin kain. Mata aletta mengerjap, ia mengamati sekitarnya dengan hati-hati, ia melihat Roni yang tak sadarkan diri, Suzan dan juga yang lainnya berada disini.

Semua nyonya, temannya berada disini, tangan kaki maupun mulutnya sama seperti dirinya diikat dan sumbat. Sera pikirannya, ia panik memikirkan bayinya, ia mencari-cari disekitar nya tak menemukan bayinya. Anak-anak yang lain pun, memikirkan mereka membuatnya takut memikirkannya.

Ia mencoba mengeluarkan elemen sihirnya, biasanya ia dengan mudah merasakan aliran geli di tangan saat ia mau. ia terkejut karena tidak bisa, ia mencoba lagi sekuat tenaga tapi sia-sia. Ia melihat-lihat sekeliling dengan panik, ia merasa jika ada kekuatan yang melemahkan sihirnya.

Ia melihat para nyonya dengan panik, dengan susah payah, ia menggeser tubuhnya sebisa mungkin, meski sangat sulit ia menggerakkan tubuhnya tapi ia tetap bergerak mendekat Roni yang tidak sadarkan diri, tangan bokong maupun kaki ia gerakkan sebisa mungkin.

Begitu sampai didekat Roni ia menyundul Roni dengan kepalanya berharap Roni segera sadar, satu kali ia menyundul tentu saja tidak berhasil, ia maklum. dua kali tak berhasil lehernya mulai pegal. tiga kali tak berhasil ia mulai memaki Roni yang tak kunjung sadar.

Ia marah, dengan mata yang pedih ingin menangis, ia kemudian membalikkan badannya, tangannya ia raba raba dekatkan ke paha Roni lalu mencubitnya keras-keras. Berhasil, Roni tersentak bangun dengan marah lalu menjadi kebingungan melihat aletta dengan kondisi kacau.

Roni menjadi sadar diri, sejenak ia kebingungan ia sedang berada dimana. dirinya pun sama kacaunya dengan aletta. ia menatap ke sekeliling, melihat yang lainnya yang tergeletak tak sadar diri, Roni melotot kepada aletta, bertanya dengan sorot mata, "ada apa ini sebenarnya?"

Aletta membalas dengan air mata mengalir juga kedikan bahu yang gusar, Roni mencoba mengeluarkan elemen sihirnya, aletta yang melihatnya menggeleng kepalanya dengan putus asa.

sejenak Roni hanya menatap aletta, kemudian terlintas ide yang tak cemerlang. roni mencoba bangkit berdiri tapi langsung jatuh, tali yang mengikatnya terlalu kuat dan rapat. tapi ia mencoba dan terus mencoba sampai ia bisa berjalan, meski amat pelan, meski ia berjalan seperti kepiting.

meski begitu ia berjalan dengan kaki berdiri, ia mendekati aletta, aletta bengong menatap Roni. Roni membelakangi aletta, tangannya ia gerakkan, aletta yang paham mendekatkan mulutnya ke tangan roni. lalu terlepas lah sumbat yang ada di mulutnya.

Aletta menggerakkan mulutnya, lega sekali mulutnya tidak di tutupi suatu barang.

"bisakah kamu juga melepaskan tali yang ada di tanganku?"

Roni melotot tajam kepada aletta. aletta tersenyum meringis sambil mengulurkan tangannya yang terikat kepada Roni. Roni menghela nafasnya keras-keras dan panjang, ia mulai mencoba melepaskan tali di tangan aletta.

Roni berhasil membuka tali yang rumitnya minta ampun, tangannya juga sedikit kram karena salat posisi. aletta terburu-buru melepaskan belitan tali di tangan Roni.

"Brengsek, sebenarnya ada apa ini?" Maki Roni, begitu ia membuka sumbatan di mulutnya.

"Aku tak tahu, anak-anak... Seraphina..." Aletta tak kuat memikirkan bagaimana anak-anak itu sekarang.

"Dan kekuatan elemen? Mengapa tidak bisa?" Tanya Roni, sambil melepaskan belitan tali di kaki

"Kurasa ada sesuatu yang melemahkan kekuatan kita, aku tak tahu apa itu, Roni... Kita harus cepat-cepat keluar dari sini!" Kata aletta.

"Benar, tapi bagaimana caranya?" tanya Roni sambil menelusuri ruangan itu.

Suara gesekan pakaian mengalihkan perhatian mereka mendapati Suzan yang sudah bangun, matanya melotot panik melihat aletta, Roni dan juga yang lainnya. Satu persatu kemudian para nyonya terbangun.

Di satu sisi tempat lain, salah satu pelayan asli di rumah itu, sejak tadi menemani norald, sedang sabar melayani norald seperti biasa. Karena merasakan perutnya kembung, Ia izin pergi sebentar kebelakang, norald dengan cepat mengangguk mengiyakan. Saat berjalan Ia melihat kearah meja dimana tadi para nyonya berkumpul, sekarang tidak ada. Ia mengangkat bahu, "mungkin sedang ada ditempat lain." pikirannya.

Tujuannya adalah ke toilet, tapi ia mengurungkan niatnya malah ia ber belok arah menuju kearah taman belakang, ingin meriksa keadaan disana. Saat berjalan, Ia melihat pelayan baru berjalan cepat-cepat dan mengendap-endap seakan tidak ingin di ketahui, membuatnya penasaran.

Ia pun kembali mengurungkan niatnya malah membuntuti pelayan itu, diam-diam di gelapnya bayangan ia melihat pelayan itu berbicara, lalu membungkuk kepada orang yang berbicara kepadanya.

Dan saat itulah ia melihat bekas luka orang yang sedang diburu.

Terpopuler

Comments

Graziela Lima

Graziela Lima

Gak sabar nih thor, gimana kelanjutan cerita nya? Update yuk sekarang!

2025-07-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!