BAB 2

Ceklek!

Suara pintu butik terbuka dengan nyaring, memecah kesunyian pagi yang hangat.

“Yuhu... Aku datang!” teriak Rindu, sahabat setia Arumi, yang tak hanya menjadi teman, tetapi juga penolong dalam merawat Bella, gadis kecil yang kini sedang menjaga butik.

Di antara tumpukan barang dagangan dan aroma makanan lezat, Bella menatap Rindu dengan wajah sedikit cemberut. "Aunty Lindu, jangan belicik-belicik cih, nanti pelanggan mama pada kabul dengal cuala cempleng aunty Lindu"tegurnya, sambil memangku kedua pipi chubby nya.

Rindu hanya bisa tersenyum lebar, meski menyadari teguran Bella. “Bel, Bel sayang, di mana mama?” tanyanya sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

“Mama cedang cibuk pilih baju untuk olang, coalnya hali ini mama dapat pecanan banyak,” jawab Bella, cepat dan lugas, penuh semangat.

“Sungguh? Keren sekali! Sekarang aunty bantuin mama kamu ya. Kamu di sini saja jaga toko. Panggil aunty kalau ada pembeli yang datang,” ungkap Rindu, berusaha menjaga semangat Bella. “Sebagai imbalannya, aunty kasih kamu cimol sama telur gulung,” lanjutnya, membuat mata Bella berbinar.

Dengan penuh semangat, Bella menerima cita rasa favoritnya. Namun, setelah Rindu pergi,

Bella merasa sepi, duduk di meja kasir dengan pikiran melayang. “Mulah cekali bayalan Bella, tapi nda apa-apa deh, dalipada nggak ada yang di bayal, hihii,” gumamnya pelan, sambil menikmati makanan yang menggugah selera.

Namun, seiring dengan rasa kenyang yang mulai menggelayuti pikirannya, keluhan mulai menghampiri. "Cepeltina penyakit Bella kumat," keluhnya dalam hati, saat kepalanya terasa berat.

Tanpa dapat menahan rasa ngantuk yang semakin menyerangnya, Bella merebahkan kepala di atas kaca meja yang dingin, berusaha mencari kenyamanan.

Mata kecilnya perlahan terpejam. Dalam ketenangan yang melingkupi, tubuh mungilnya terkulai di atas meja—tak peduli dengan hiruk-pikuk kota yang ramai di luar. Rasa kantuk menyergapnya seperti perasaan hangat setelah makan yang lezat. Dalam sekejap, gadis kecil itu terlelap, terbawa ke dalam mimpi di mana segala penyakit dan kesedihan tak lagi mengganggu. Di dalam dunia mimpinya, Bella bebas berlari, tertawa, dan bermain tanpa rasa sakit, menikmati kebahagiaan yang tulus.

******

Alvaro Danendra merupakan CEO tampan di sebuah perusahaan yang tengah berkembang pesat. Namun, kesibukannya sering kali mengorbankan hal-hal penting dalam hidupnya, terutama keluarganya. Di pagi yang cerah itu, Julia, sang ibu, merasa khawatir melihat putranya yang hendak pergi bekerja di hari Minggu.

"Kamu mau kemana, Al? Rapih begitu?" tanya Julia, nada suaranya mencerminkan keprihatinan seorang ibu.

"Aku ada meeting dengan klien, Mom," jawab Alvaro sambil meraih kunci mobilnya.

Helaan napas panjang keluar dari mulut Julia. Hari Minggu seharusnya menjadi waktu untuk berkumpul dan menikmati kebersamaan, namun putranya itu malah terjebak dalam kesibukan kerja yang tiada henti.

"Apa tidak sebaiknya ajak anakmu jalan-jalan, Al? Mumpung hari ini mereka libur. Mommy lihat, kamu sudah lama tidak mengajak anak-anakmu jalan-jalan," saran Julia, mencoba mengingatkan Alvaro akan tanggung jawabnya sebagai ayah.

"Mungkin lain kali, Mom. Meeting hari ini penting untuk kemajuan perusahaan kita," ucap Alvaro, mencoba mempertahankan fokusnya pada pekerjaan.

Melihat putranya bersiap pergi, Julia merasa kecewa. Alvaro telah mengenakan jas hitam rapi dan dasi yang terikat sempurna. Ia berbalik menatap ibunya dengan senyum yang dipaksakan, sebuah usaha untuk menutupi rasa bersalahnya.

Julia mendekat, tatapannya penuh harap. "Perusahaan memang penting, tapi bukan berarti kamu bisa mengabaikan kebutuhan anakmu, Al. Naka butuh perhatianmu, sosok ayah yang bisa merawat dan mencintai dia."

Kata-kata ibunya menghujam sanubari Alvaro. Ia menundukkan kepala, merasakan beban yang menyangkut di hati. "Aku tahu, Mom. Akan kuusahakan untuk mencari waktu."

Julia menggenggam tangan Alvaro, matanya yang berkaca-kaca mencerminkan harapan dan kerisauan. "Anakmu merindukan kasih sayangmu, Al. Jangan sampai pekerjaan menghalangimu dari kewajiban sebagai ayah. Mommy juga sudah mengusahakan beberapa jodoh untukmu, tapi kamu menolak semua itu."

Alvaro menghela napas panjang, antara tanggung jawab profesional dan kebutuhan emosional keluarga. "Aku berjanji akan memikirkannya lebih serius, Mom," ujarnya, memberikan kecupan lembut di kening ibunya sebelum melangkah ke pintu.

Di sisi lain, Naka, cucu Julia dengan pipi bulat dan mata berbinar, mendekat dengan langkah gontai, menyeret boneka beruang kesayangannya.

"Papa pelgi lagi ya, oma?" tanyanya lirih, penuh kerinduan.

Julia mengangguk dengan senyum pahit, merasakan berat hati melihat cucunya rindu pada ayahnya yang jarang di rumah. "Iya, sayang. Kamu harus bujuk papamu untuk mencari mama baru," canda Julia, berharap bisa meringankan suasana.

Naka merespons dengan semangat. "Naka cudah coba bujuk papa, tapi dia bilang cedang cibuk. Nanti Naka aja yang calikan ictli balu untuk papa," celotehnya, tampak antusias seolah ini adalah petualangan yang mengasyikkan.

Julia tertawa kecil, terhibur oleh kepolosan dan ketulusan cucunya. "Oma setuju, cari yang cantik ya," ujarnya sambil mengusap kepala Naka dengan penuh kasih sayang.

Dalam momen sederhana itu, meski Alvaro menghadapi tantangan besar di dunia kerjanya, Julia dan Naka menunjukkan betapa pentingnya cinta dan perhatian dalam keluarga, menciptakan harapan di tengah kesibukan yang kerap membutakan.

Setelah ayahnya pensiun, Alvaro mengambil alih perusahaan milik keluarga dengan penuh tanggung jawab. Dalam perjalanan hidupnya yang sarat dengan tantangan, ia harus memikul beban sebagai seorang duda yang ditinggal istrinya dua tahun lalu akibat kecelakaan mobil. Rasa kehilangan yang mendalam menggenggam hatinya, membuatnya enggan untuk melanjutkan hidup atau mencari cinta baru. Baginya, cinta almarhum istrinya adalah satu-satunya yang berarti, dan satu-satunya sosok wanita yang ia butuhkan.

Di tengah ruang kantornya yang megah dan dikelilingi pemandangan kota yang menakjubkan, Alvaro duduk di belakang meja kerjanya yang berantakan. Berbagai dokumen dan foto keluarga memenuhi sudut-sudut meja, mencerminkan kehidupan yang dulunya penuh kebahagiaan. Namun sekarang, rasa kesepian menguasai dirinya; ia sering kali termenung, matanya menerawang jauh menembus jendela kaca. Tak jarang, air mata hangat menggenang di sudut matanya saat memandangi foto istrinya yang tersenyum manis, wajah yang kini pudar oleh waktu namun tetap hidup dalam ingatannya. Kenangan-kenangan indah terus terbayang, menyakiti jiwanya dan mengoyak setiap serpihan memori yang pernah mereka bagi bersama.

Suara lembut asistennya, yang memanggilnya Tuan Al, mengguncang lamunan Alvaro. "Tuan Al, nyonya Julia Anda menelpon. Beliau menanyakan apakah Anda sudah mempertimbangkan saran beliau." Nada ragu sang sekretaris membuat Alvaro merasa tertekan, seolah sosok ibunya terus menerornya tanpa henti.

Dengan menghela napas panjang, Alvaro mengusap wajahnya yang kelihatan letih. "Katakan saja, saya masih belum siap. Saya masih membutuhkan waktu," ujarnya dengan suara serak yang penuh penolakan. Setiap kata yang terucap mencerminkan rasa berat yang menempel di hatinya, menolak ide untuk menikah lagi.

Setelah meninggalkan kantor lebih awal, Alvaro memutuskan untuk mengunjungi makam istrinya. Angin sepoi-sepoi menyapu lembut saat ia mendekat ke batu nisan yang terlihat baru, sebuah simbol kekasih yang telah pergi.

"Maafkan aku, aku masih belum bisa melanjutkan hidup ini tanpamu," ungkapnya lirih, tangannya meraba lembut batu nisan itu, mencari kehangatan dari sosok yang telah lama tiada. Dalam keheningan, dia berharap agar istrinya bisa mendengar dan memahami kesedihannya.

Ketika matahari mulai terbenam, Alvaro berbalik dan mengambil napas dalam-dalam, berjalan perlahan meninggalkan pemakaman. Bayang-bayang kesepian dan kehilangan mengikutinya pulang, menutupi hari-hari yang ia jalani tanpa sosok pendamping hidup yang pernah ia cintai dengan sepenuh hati.

Malam telah larut ketika Alvaro tiba di rumahnya. Tubuhnya terasa lelah, dan matanya sembab menahan beban pikiran yang telah menghantuinya selama berhari-hari. Dengan langkah berat, ia menaiki anak tangga menuju lantai atas. Setiap anak tangga seolah-olah memperpanjang perjalanan menuju pengakuan atas kesalahannya sebagai ayah sekaligus ibu untuk putranya.

Sebelum menuju kamarnya, Alvaro mengintip ke kamar putranya. Pintu kamar terbuka sedikit, membiarkan cahaya dari lorong menyelinap masuk dan menerangi wajah tenang anaknya yang tengah tertidur. Melihat Reynald dalam tidurnya, Alvaro merasa sejumput harapan muncul. Putranya membutuhkan sosok ibu, dan perjuangan ini tidak hanya tentang dirinya, melainkan juga tentang masa depan Naka yang layak memiliki cinta dan perhatian.

Saat itulah, di tengah malam yang sunyi, Alvaro mulai merenung. Mungkin saatnya untuk melangkah maju, meskipun rasa takut dan kesedihan akan kehilangan masih membayangi. Dengan hati yang berat, ia bersiap untuk menemukan cara agar cinta dan kenangan tidak membuatnya terpuruk selamanya.

Alvaro mendorong pintu pelan, berusaha sebisa mungkin agar tidak mengeluarkan suara yang bisa membangunkan sang anak.

Di dalam, terlihat jelas sosok putranya yang meringkuk di tempat tidur, memeluk guling dengan erat, seolah-olah mencari kehangatan. Alvaro menghampiri ranjang dengan hati yang berat, duduk di sisi ranjang sambil memperhatikan wajah damai putranya.

Dengan gerakan yang penuh kasih, dia menarik selimut untuk menutupi tubuh anaknya yang tidak lagi merasakan dingin malam. Dia berhenti sejenak, mengamati setiap detail dari wajah anaknya, mengingatkan dia pada masa-masa ketika keluarga kecilnya masih lengkap.

Alvaro menundukkan kepalanya, merasakan beratnya tanggung jawab yang belum dia penuhi sepenuhnya. Dengan lembut, dia mencium kening putranya, sebuah tanda cinta dan penyesalan yang mendalam.

Suaranya bergetar, nyaris tidak terdengar, ketika dia berbisik, "Maafkan papa, belum bisa menjadi papa yang baik untukmu." Air mata mulai menggenang di matanya, dia berusaha menahan agar tidak jatuh dan membangunkan anaknya.

Terpopuler

Comments

flower

flower

mending di revisi aja.. lah nama anak nya kok jadi naka.. pas baca kok Rion

2025-09-11

0

sherly

sherly

dr bab awal aku dah oleng, Julia nanti Anita skrg si Naka eh tiba2 jadi reynald...

2025-09-10

0

Partini Minok Nur Maesa

Partini Minok Nur Maesa

banyak typo td katanya butik kok jadi kue.

2025-09-09

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 Promo : Kontrak cinta sang milliader
52 BAB 51
53 BAB 52
54 BAB 53
55 BAB 54
56 BAB 55
57 BAB 56
58 BAB 57
59 BAB 58
60 BAB 59
61 BAB 60
62 BAB 61
63 BAB 62
64 BAB 63
65 BAB 64
66 BAB 65
67 BAB 66
68 BAB 67
69 BAB 68
70 BAB 69
71 BAB 70
72 BAB 71
73 BAB 72
74 BAB 73
75 BAB 74
76 BAB 75
77 BAB 76
78 BAB 77
79 BAB 78
80 BAB 79
81 BAB 80
82 BAB 81
83 BAB 82
84 BAB 83
85 BAB 84
86 BAB 85
87 BAB 86
88 BAB 87
89 BAB 88
90 BAB 89
91 BAB 90
92 BAB 91
93 BAB 92
94 BAB 93
95 BAB 94
96 BAB 95
97 BAB 96
98 BAB 97
99 BAB 98
100 BAB 99
101 BAB 100
102 BAB 101
103 BAB 102
104 BAB 103
105 BAB 104
106 BAB 105
107 BAB 106
108 BAB 107
109 BAB 108
110 BAB109
111 BAB 110
112 BAB 111
113 BAB 112
114 BAB 113
115 BAB 114
116 BAB 115
117 BAB 116
118 BAB 117
119 BAB 118
120 BAB 119
121 BAB 120
122 BAB 121
123 BAB 122
124 BAB 123
125 BAB 124
126 BAB 125
127 promo
Episodes

Updated 127 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
Promo : Kontrak cinta sang milliader
52
BAB 51
53
BAB 52
54
BAB 53
55
BAB 54
56
BAB 55
57
BAB 56
58
BAB 57
59
BAB 58
60
BAB 59
61
BAB 60
62
BAB 61
63
BAB 62
64
BAB 63
65
BAB 64
66
BAB 65
67
BAB 66
68
BAB 67
69
BAB 68
70
BAB 69
71
BAB 70
72
BAB 71
73
BAB 72
74
BAB 73
75
BAB 74
76
BAB 75
77
BAB 76
78
BAB 77
79
BAB 78
80
BAB 79
81
BAB 80
82
BAB 81
83
BAB 82
84
BAB 83
85
BAB 84
86
BAB 85
87
BAB 86
88
BAB 87
89
BAB 88
90
BAB 89
91
BAB 90
92
BAB 91
93
BAB 92
94
BAB 93
95
BAB 94
96
BAB 95
97
BAB 96
98
BAB 97
99
BAB 98
100
BAB 99
101
BAB 100
102
BAB 101
103
BAB 102
104
BAB 103
105
BAB 104
106
BAB 105
107
BAB 106
108
BAB 107
109
BAB 108
110
BAB109
111
BAB 110
112
BAB 111
113
BAB 112
114
BAB 113
115
BAB 114
116
BAB 115
117
BAB 116
118
BAB 117
119
BAB 118
120
BAB 119
121
BAB 120
122
BAB 121
123
BAB 122
124
BAB 123
125
BAB 124
126
BAB 125
127
promo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!