“T-tunggu! Apa hanya itu hal yang bisa kau katakan padaku!?” ucap Mila.
Owen berhenti di tempatnya lalu menoleh ke arah Mila yang wajahnya sudah memerah karena kesal.
“Semoga perjalanan anda aman sampai ke rumah.” Ucap Owen sambil membungkukkan tubuhnya membuat Mila tidak bisa berkutik lagi.
Mila hanya bisa terdiam sambil menatap punggung Owen yang sudah menjauh sampai tidak terlihat lagi.
Owen masuk ke dalam kamarnya di ikuti oleh pengasuhnya sejak kecil, bibi Laurent. Melihat bibi Laurent yang mengikutinya sampai kamar membuat Owen menoleh ke arah belakang.
“Bibi Laurent, aku ingin tidur, apa anda ingin menyanyikan nina bobo untukku?” tanya Owen.
“Saya kan ibu asuh anda tuan, jika memang anda menginginkan hal itu tentu saja saya akan melakukannya, tapi sayang sekali, sekarang bukan waktu yang tepat untuk menyanyikan anda.” Jawab bibi Laurent.
“Memangnya kenapa?” tanya Owen.
“Anda harus segera berangkat ke stasiun kereta api.”
“Ha? Stasiun kereta api? Untuk apa?”
“Nyonya akan segera tiba setelah acara amal di kota sebelah.”
“Ah, jadi sekarang ibuku akan pulang ya?” ucap Owen sambil menghela napas panjang.
Nyonya yang di maksud bibi Laurent adalah Cecillia, ibu kandung Owen yang sudah hampir satu minggu mengikuti kegiatan amal menggunakan kereta cepat yang baru di buat oleh perusahaan keluarga Walter sekaligus untuk mempromosikan kereta mereka.
Dan hari ini nyonya Cecillia akan kembali dari acara amal dan Owen lah yang harus menjemputnya, karena Ethan sibuk dengan pekerjaannya sebagai ahli waris.
“Hanya anda satu-satunya yang berada di mansion saat ini tuan, jadi anda yang harus mendampingi beliau.” Jelas bibi Laurent.
“Yah, memang hanya aku yang pengangguran di sini, benar kan bibi Laurent?” tanya Owen sambil tersenyum miring.
Bibi Laurent hanya mengangguk sambil menghela napas panjang mendengar pertanyaan dari anak asuhnya itu.
“Sudah lah, ayo segera bersiap.” Ucap Owen.
***
Juliet sudah tiba di stasiun tujuannya, dengan semangat juga ketakutan Juliet turun dari kereta api.
Namun betapa terkejutnya dia saat melihat stasiun sudah di penuhi oleh kumpulan manusia yang entah sedang apa mereka di sana, kerumunan itu membuat Juliet terjepit di antara manusia itu.
Juliet yang bertubuh mungil itu hanya bisa terombang-ambil ke sana kemari mengikuti orang yang menghimpitnya, hingga akhirnya dia terdorong hingga ke depan kerumunan.
“Huh, kenapa banyak orang yang berkerumun di sini? Sebenarnya ada apa sih?” gumam Juliet.
“Aaakk, apa dia orangnya?” ucap salah satu orang yang ada di sana.
“Mana? Ah, kenapa tidak terlihat sih?” ucap yang lain.
Semua orang terutama para wanita heboh berteriak dan memuji seseorang yang saat ini menjadi pusat perhatian.
“Ah bagaimana ini? Bukannya aku keluar dari kerumunan, kenapa aku malah terdorong ke depan sih?” gumam Juliet yang saat ini sudah bisa bernapas panjang.
“Mereka ini sedang memuji siapa sih? Memangnya orang itu siapa sampai membuat stasiun jadi seramai ini?” gumam Juliet kembali.
Walaupun sudah berada di barisan paling depan, Juliet masih saja terdorong hingga dirinya hampir terjatuh.
Seorang laki-laki tampan baru saja turun dari eskalator menghampiri kerumunan yang semakin histeris saat laki-laki itu semakin dekat.
Laki-laki itu adalah Owen Walter, si casanova buaya darat yang sedang menjadi perbincangan masyarakat luas.
Juliet yang melihat ketampanan Owen seketika langsung terpesona hingga membuatnya mematung, dan Juliet terkejut saat tanpa sengaja tatapan mata mereka bertemu.
“Hei, mundur! Semuanya di mohon untuk mundur!” ucap para bodyguard yang sedang menjaga Owen dari kerumunan orang.
Owen melirik sekilas ke arah Juliet saat dia sedang melewatinya.
“Gayanya kampungan sekali.” Batin Owen di dalam hatinya.
“Apa dia harus di kepang dua seperti itu dengan pakaian yang sudah lusuh?” lanjutnya.
“Apa dia berasal dari planet lain?” gumam Owen.
“Jadi kita berkumpul di sini hanya karena ada orang yang katanya hebat itu lewat ya?” ucap seorang bapak-bapak paruh baya yang berada tepat di belakang Juliet.
“A-apa-apaan bapak itu, laki-laki itu pasti bisa mendengarnya.” Batin Juliet sambil menahan napas.
Dan benar saja, setelah mendengar ucapan bapak di belakang Juliet, Owen segera menoleh dengan sinis.
“Tuh kan, apa aku bilang, dia bisa mendengarnya kan?” gumam Juliet.
Namun bukannya marah atau menegur orang yang sudah membicarakannya, Owen justru tersenyum manis membuat orang yang tadi membicarakannya jadi salah tingkah.
“Wah, pria itu sangat elegan, membalas ejekan dengan senyuman.” Gumam Juliet yang seketika mengagumi sikap Owen.
Juliet mulai mengeluarkan secarik kertas yang berisi alamat tempat tinggal sang ayah, namun sejak tadi dia hanya berkeliling tanpa menemukan jalan yang benar hingga hari sudah mulai gelap.
“Ini benar-benar kacau, hari sudah mulai gelap tapi aku masih belum bisa menemukan alamatnya.” Gumam Juliet.
Lalu tanpa sengaja Juliet berada di depan air mancur yang terlihat besar dan indah karena lampu di pinggiran air mancur itu yang meneranginya.
“Wah ada air mancur, aku istirahat di sini dulu deh.” Ucap Juliet.
Juliet pun duduk di tepi air mancur sambil menikmati kota yang sudah lama sekali tidak dia lihat.
“Ternyata sejak awal saja sudah sulit ya.” gumam Juliet sambil menghela napas panjang.
“Ini adalah pakaian terbaik yang aku miliki, walaupun sebenarnya aku tidak mau terlihat baik di mata ayah, tapi aku tetap harus menjaga kesopanan di depan nya.”
Juliet mencoba untuk menikmati keindahan di kota itu, keindahan yang tidak pernah dia nikmati di desa.
“Aduh! Aku ga sadar ternyata waktu berjalan dengan cepat! Aku harus segera menemukan rumah ayah!” ucap Juliet sambil berjalan dengan cepat karena dia tidak ingin tiba terlalu malam ke rumah sang ayah.
***
Malam itu keluarga Walter mengadakan pesta untuk menyambut kedatangan nyonya Walter yang baru tiba dari acara amal.
Semua orang menikmati pesta tersebut dengan gembira dan juga memuji kebaikan keluarga Walter yang rutin menyumbang sebagian harta mereka ke beberapa daerah yang kekurangan.
“Aku tidak mengerti jalan pikiranmu kak!”ucap seorang wanita yang tidak lain adalah adik perempuan Owen dan Ethan.
Celine Walter, adik perempuan Owen dan Ethan, putri satu-satunya keluarga Walter yang berteman dekat dengan Rebecca, mantan kakak iparnya.
Celine juga sudah menikah dengan seorang pengusaha di kota yang sama dengan keluarga Walter.
“Mereka bilang Rebecca akan kembali kan? Apa kakak tidak mengerti arti semua ini?” tanya nya lagi.
“Haahh, entahlah.” Balas Owen dengan acuh tak acuh.
“Bulan agustus ini akan menjadi bulan agustus terburuk, benar begitu bukan?” lanjut Owen bertanya pada sang adik.
“Ya ampun! Bisa-bisanya kakak bicara seperti itu tentang Rebecca! Kan kakak sendiri yang sudah melukai dan mencampakkannya!” teriak Celine.
Mendengar ucapan sang adik membuat Owen seketika mengingat bagaimana wajah Rebecca yang mengatakannya kejam sambil menangis waktu itu.
“Kak, aku bilang begini bukan karena aku adalah teman Rebecca, tapi setidaknya ayo balikan saja dengannya sekarang.” Ucap Celine.
“Walaupun itu masalah yang sulit, tapi kalau kakak bisa memaafkan Rebecca, pasti...”
“Nyonya Hardy!” ucap Owen dengan suara tegas dan wajah yang menyeramkan membuat Celine terdiam.
“Sepertinya suami anda sedang mencari anda, jadi sebaiknya anda segera kembali ke sisi suami anda.” Ucap Owen sambil menatap Barron Hardy, suami sang adik yang sedang memilih makanan tanpa tau apa yang di katakan oleh Owen.
Mendengar hal itu membuat Celine kesal, kakaknya selalu saja bersikap seperti itu jika menyangkut tentang Rebecca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments