Bab IV : 2 syarat yang harus kamu penuhi

Kantin Agen Angkasa

“Bu, pesen nasi goreng 1 dengan paket komplit. Ini uangnya”

“Ditunggu ya, mas”

Bibir itu tersenyum. Mencari posisi untuk duduk dan makan. Dirinya juga membuka buku yang dibawanya. Kilauan cahaya terpampang di kacamatanya. Postur maupun posisinya saat membaca sebuah buku begitu serius.

“Hahaha!”

“Eh, Aw. Liat ke arah sana deh!”

“Hah?” matanya melihat sosok laki-laki berambut biru, dengan kacamata dan duduk di meja kantin. 'Dia..' perasaan Rawa menjadi gugup. Yang dia lihat adalah laki-laki yang disukainya secara diam-diam.

“Guys, gue ada hal penting yang mau gue lakuin, kalian makan aja duluan ya, bye!” meninggalkan dua teman-temannya dengan buru-buru.

“Eh, Awa!”

“Dia langsung cari alasan buat kabur setelah melihat si Biru, hahaha” ucap Magnet, teman dekat Rawa.

“Ya, mau bagaimana lagi, cinta dalam diam tapi kagak berani confess” balasnya Caca dan terlihat sudah pasrah dengan tingkah Rawa.

Magnet mengangguk setuju.

“Yaudah, kita pesan makanan dulu” ajak Magnet

“Lets goo!” semangat Caca.

\* \* \*

Taman Agen Angkasa

'Itu dia, Pak Kasim!'

“Pak.. aku.. boleh bertanya sesuatu pada bapak?” tanya April yang terlihat gugup.

Kasim menghela nafas dan mengangguk.

“Silahkan, April. Saya sedang tidak sibuk. Ingin berbicara dimana?”

“Ehm.. di..” April kebingungan.

“Ikut saya ke kantor.” usulnya.

“Oh. Oke Pak” April mengikutinya dan keduanya berjalan menuju kantor Kasim yang berada di lantai 3.

Kantor pribadi Kasim

“Katakanlah apa yang ingin kamu tanyakan.”

“Ehm..”

'Aku bingung ingin bertanya tentang apa..'

“April?” tatapan penasaran Kasim pada April.

“Oh. Anu pak. Apakah bapak tahu mengenai kalung kubus yang aku pakai ini? Mengapa aku memakainya?” (menunduk) dirinya begitu gugup dan pertanyaan terkesan tidak masuk akal.

“Kalung kubus?”

“Anu.. maaf pak, pertanyaanku ngawur banget, a-aku mau nanya soal.. gimana pak Kasim bisa tahu namaku dan mau membantuku?”

“Abaikan saja pertanyaan pertamaku yang ngawur pak, itu saja yang aku ingin tanyakan.” ucapnya dengan gugup, tangannya yang tidak bisa diam memainkan bajunya.

Kasim memutar tubuhnya dengan membelakangi April dan memandangi pemandangan di jendela. April yang menyadari hal itu, merasa tidak enak dan membuat kesalahan dengan bertanya sesuatu pada pak Kasim.

“April.” suara berat yang memanggil nama April dan April belum pernah mendengar suara seperti itu selama menyebut namanya.

“I-iya pak..”

Kasim membalikkan badannya ke arah April dan menghampiri April.

“Maaf. Saya belum bisa menjawab dua pertanyaan kamu di umurmu yang masih sangat muda ini. Saya akan menjawab pertanyaanmu dengan 2 syarat yang harus kamu penuhi.” tatapan penuh keyakinan yang menatap ke arah April.

Hati April terasa sakit secara tidak sadar mendengar ucapan pak Kasim, seakan harapannya pupus untuk hari ini. Mata April tidak berani menatap mata pak Kasim dan rasa bingung menghantuinya lagi.

“D-dua syarat..” ucap April dengan pasrah

'Tanyakan saja dua syarat itu, Pril' keresahan yang dipancarkan di wajahnya dan April mencoba untuk bertanya.

“Apa saja itu pak?” April mendongak dan dirinya benar-benar pasrah.

Kasim menghela nafas dan membelakangi April.

“Dua syarat yang harus kamu jalani dan jika ingin mengetahui jawabannya. Dua syarat itu : pertama kamu harus menguasai teknik dan bergabung menjadi Agen Angkasa kami. Kamu akan belajar berbagai teknik, senjata dan mengasah intelligent disini, kamu akan berbaur dan mendapatkan misi sangat penting sekaligus berbahaya. Tapi misi ini akan kamu dapatkan saat kamu beranjak remaja. Yang kedua kamu harus mencapai umur 24 tahun untuk mengetahui semua jawaban yang kamu tanyakan ini.” jelasnya.

April sangat terkejut dan menunduk. 'Apa? Pertanyaan yang sangat mudah dan aku ingin mengetahuinya harus menjadi bagian Agen Angkasa dan berumur 24 tahun? Apakah aku tidak pantas mendapatkan jawabannya tanpa melakukan seperti ini?' pikirnya April, tapi apa dayanya. Dirinya hanya sebatang kara yang telah diselamatkan oleh pak Kasim dan semua fasilitas atau kehidupan yang dia dapatkan semua berasal dari Agen Angkasa.

'Setiap hal yang sudah dibantu bayarannya tidak mudah.. jika saja..' tangannya mengepal dengan kencang.

'Jika saja aku bisa menyelamatkan ayah waktu itu dan aku memiliki sebuah kekuatan, mungkin ayah tidak akan mati!' nafasnya terengah-engah.

Kasim yang merasakan hal yang membuat April tidak setuju tapi bagaimana lagi, kondisi yang terjadi di Agen Angkasa bukanlah hal yang biasa selain memberikan sebuah syarat yang berat untuk seumurannya.

'Maaf, Halim’ ucap hatinya yang merasa bersalah pada Halim.

Kantor pribadi Kasim menjadi suasana yang hening dan ketegangan menyengat.

Kelas Sniper

Hentakkan kaki Rawa yang berlari dan memasuki kelas sniper. Nafasnya terengah-engah. 'Tidak, gue sebisa mungkin untuk jangan berpas-pasan dengannya'

“Huft.. waktunya gue harus latihan dan ga bisa gue leha-leha” Rawa mengeluarkan pistolnya dan memakai alat untuk latihan sniper.

DOR! DOR! DOR!

Tembakannya sangat tepat walau dirinya sedang kacau.

Rawa seorang gadis muda berumur 18 tahun, dengan keahlian sniper jitu di umur yang masih muda yaitu umur 8 tahun. Dirinya sudah berada di Agen Angkasa sekitar 18 tahun. Anak broken home sehingga ibunya mengirimkan Rawa ke Agen Angkasa, karena ibunya tidak sanggup untuk merawat, menjaga apalagi memenuhi kehidupan anaknya. Dirinya gadis yang terkenal dengan kecantikan alami, favorit para anak laki-laki di Agen Angkasa ini dan dikenal dengan gadis yang dewasa walau umurnya belum sangat matang. Rawa sendiri memiliki perasaan suka pada Biru secara diam-diam, anak laki-laki seangkatannya dalam bidang intelligent. Oleh karena itu, dirinya sangat gugup jika melihat sosoknya entah dari dekat maupun jauh.

“Sudah segini dahulu. Gue.. sangat lapar. Oke, kita udahin dulu hari ini, Awa!” beberes dan pergi menuju kantin. Sebelum itu, dirinya harus menghubungi teman-temannya, apakah Biru masih di kantin atau sudah pergi.

Rawa mengeluarkan HP nya dan menelpon Magnet.

'Drrrtttt... Drrrtttt...'

Kantin Agen Angkasa / Kelas Sniper

“Ada apa Mag?” tanya Caca.

“Awa nelpon gue” jawabnya.

“Oh, angkat coba dah” usulnya

Magnet mengangguk.

“Kenapa Wa?”

“Mag, lo berdua masih di kantin ga?”

“Masih, lagi makan ini. Mau pesan makanan lu?”

“Bener banget. Tolongin pesanin buat gue dan si itu udah balik belum dari kantin Agen Angkasa?”

Magnet terdiam dan berencana untuk menyembunyikannya.

“Mag?”

“Ah iya, sorry-sorry, gue lagi makan. Udah ga ada, wa. Lu kesini aja, sekalian gua pesanin.”

“Syukurlah. Oke kalo gitu, gue otw.”

“Yup”

Rawa menutup teleponnya dan bergegas menuju kantin.

“Mag, lu mau ngerjain dia kah? Si Biru masih disini dan keliatannya kayak mau pergi.”

“Hussstttt. Lihat aja nanti” (berkedip)

Caca memberikan dua jempolnya.

\* \* \*

Rawa sedang berjalan menuju kantin. Biru beranjak dari mejanya dan pergi menuju pintu keluar kantin. Rawa yang mendekati pintu kantin tidak sengaja berpas-pasan sangat dekat dengan Biru. Mata Biru memandang Rawa dengan tenang, disisi lain Rawa terkejut. Empat mata itu saling bertemu.

Magnet dan Caca melihat kejadian itu dan segera memotret. Sepasang kekasih yang terhalang rasa diam-diam saling menyukai.

Magnet dan Caca terkekeh, karena benar-benar momen yang sangat langka.

TO BE CONTINUED...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!