Bab II : Panggil saya, San.

(AULA UTAMA AGEN ANGKASA)

Ruangan yang begitu besar dan sangat estetik memanjakan mata yang memandang. April sangat terkejut kagum melihatnya.

'Woah.. aku tidak menyangka tempat ini sangat indah dan baru pertama kali ini aku melihatnya.' Matanya seperti dihinoptis.

“San! Jangan lari kamu!”

“Ck, padahal saya hanya mengambil camilan ini”

‘BRAK!'

“Hahh!”

“Aduhh, sakit” anak laki-laki yang menabrak April meringis kesakitan.

“Aduh” tubuhnya merasa kesakitan dan sangat terkejut.

Pria tinggi itu yang melihatnya langsung membantu April berdiri dan Rawa membantu anak laki-laki yang menabrak April.

“April, kamu tidak apa-apa?” tanyanya pada April. April menggelengkan kepalanya menandakan dirinya baik-baik saja. Pria tinggi itu bernafas lega dan seperti ingin marah pada anak laki-laki itu.

“Ayo, bangun” Rawa membantu anak laki-laki itu bangun dan camilan yang diambil olehnya berserakan, sudah tidak layak untuk dimakan.

“San, sudah berapa kali saya katakan padamu?” tanya pria tinggi itu pada anak laki-laki yang menabrak April. Anak laki-laki itu menunduk dan merasa malu.

“Maaf, Pak Kasim. Ini kecorobohan saya saat istirahat” ucapnya. Pria tinggi itu bernama Kasim dan dirinya menghela nafasnya.

“Lupakan. Sambut hangat keluarga baru kita hari ini, San.” tatapan Kasim pada anak laki-laki itu sangat tajam. April yang melihat kearahnya seperti sedang memarahi April.

“Baik.”

“Hai, nama saya Sandreas Lan, panggil saya, San. Senang mengenalmu” uluran tangan yang dilayangkan pada April, senyuman ceria terpampang dimata April, detak jantung April berdetuk kencang, pipinya terlihat memerah.

'D-dia.. tampan sekali' matanya berwarna coklat indah, warna rambutnya hitam gelam, terlihat sangat mahal pakaian yang dikenakannya, celana hitam bercorak putih, atasan baju abu-abu dengan balutan kemeja hitam, tidak terlewatkan aksesoris berupa kalung emas yang menghiasinya.

April pun mengulurkan tangannya pelan-pelan dengan rasa gugup. Suasana menjadi canggung. San menatap ke arah April namun April menunduk gugup. San melepaskan uluran tangan padanya, April yang mengetahui itu juga cepat-cepat menurunkan tangannya. Rawa mengerti dan menyuruh San untuk kembali.

“San, kembali lah”

“Oh, baiklah. Sampai ketemu lagi. Saya kembali dulu” San meninggalkan April dan lainnya. Pandangan April melihat ke arah punggung San yang perlahan-lahan menjauh, detak jantungnya kembali normal dan tidak merasa gugup.

“Rawa, tolong antarkan April ke kamarnya. Saya harus kembali ke kantor dulu.” perintah Kasim pada Rawa.

“Baik, Pak!”

“April, saya tidak bisa menemanimu ke kamarmu. Jika kamu ingin bertanya sesuatu pada saya, kamu bisa tanyakan dimana saja kamu melihat saya.” dirinya mengusap kepala April dan langsung meninggalkan April.

“April, ayo sama kak Awa!” (mengedip) Rawa menggandeng tangan kanan April dan membawanya ke kamar, sebagai tempat baru yang layak untuk April.

'Hangat sekali. Ayah, jika saja ayah ada disini..'

(Kamar April)

“April, kita sudah sampai. Kamarmu bernomor 294, di lantai 5. Kamu bisa gunakan lift jika ingin turun ke lantai dasar begitu sebaliknya. Ini kunci kamarmu, kamu bisa buka pintu kamarmu sendiri ya” Rawa memberikan kunci kamar 294 pada April.

April melihat itu sangat terkejut, dirinya belum pernah memegang kunci sebuah kamar pribadi untuk sendiri. Rawa yang melihatnya, segera membantu April.

“April, ambil lah, aku akan membantumu untuk membuka pintu kamarmu ya!”

April pun mengangguk. Kunci yang ditangan April ditancapkan pada lubang pintu dengan bantuan Rawa.

“Putar ke arah kanan, April” nada suara yang begitu lembut pada April.

Sesuai bantuan Rawa, April mengarahkan kunci itu ke arah kanan dan berhasil membuka kunci kamar. Rasa senang yang dialami April seperti rasa menemukan sepotong sisa pizza di dalam tong sampah.

“Nah, sekarang buka lah pintu kamarmu, April.”

April membuka pintu kamar pribadinya secara perlahan. Matanya terbelalak melihat keindahan yang sangat indah baginya. April sangat terkejut.

'Ini..' wajahnya memancarkan senyuman ceria dan secara tidak sadar matanya menangis. Perasaan yang tidak pernah dirinya bayangkan ataupun harapkan. Makan, hidup, membantu ayahnya dan bersama ayahnya sudah lebih dari cukup baginya. Tidak ada waktu untuk membayangkan sesuatu yang lebih indah. Kakinya melangkah sendiri, tatapannya melihat sekeliling kamar. Rawa merasakan kebahagiaan yang dialami oleh April saat melihat kamar pribadinya. Rawa tersenyum.

“April, aku akan pergi dulu, kamu beristirahatlah. Kalo kamu butuh sesuatu, bisa gunakan ini, oke?” April membalikkan badannya ke arah Rawa dan mengangguk.

“Oke deh. Bye bye!” (berkedip)

Rawa meninggalkan April. April pun membuka korden jendela kamarnya dan melihat San yang sedang berlatih di arena latihan dengan banyak orang. Detak jantungnya kembali berdetak kencang ketika melihat San.

Entah perasaan apa yang April rasakan. April segera menutup korden jendelanya dan bergegas untuk mandi.

\* \* \*

“Hari ini saya akan mengajari kalian bagaimana bela diri yang benar” 

“Baik, pak!” 

(melakukan gerakan dasar dalam bela diri)

San memperhatikan dengan sangat seksama. Dirinya menyimpan di dalam memori internalnya agar membantu mengingat gerakan demi gerakan.

San merupakan anak dari bangsawan, memiliki 5 saudara, 2 kakak laki-laki dan 2 kakak perempuan. San anak terakhir dari keluarganya, bangsawan Lan. Ayahnya seorang pemimpin perusahaan terkenal.

San di didik sangat keras oleh ayahnya, sehingga dikirimkan ke Agen Angkasa ini supaya impian dan obsesi ayahnya tercapai. San dikenal dengan keturunan yang tidak berguna, berbeda dari kakak-kakaknya, oleh sebab itu didikan padanya sangatlah keras. Sejak umur 5 tahun dirinya sudah dikirimkan ke Agen Angkasa dan sudah 3 tahun San tinggal beserta berlatih disini. 

San sendiri sebenarnya memiliki impian yang harus dicapai, yaitu memperbaiki tatanan negara yang sangat kejam. Anak-anak yang seharusnya bermain tapi di tuntut dengan keras supaya negara tetap aman dari segala ancaman yang ada.

Agen Angkasa sendiri merupakan tempat pelatihan yang cukup bergengsi diantara 7 Agen Rahasia lainnya di negara ini. Kata-kata yang diingat oleh San dari ayahnya adalah kata-kata yang sebenarnya tidak layak San terima, umurnya yang begitu masih sangat muda dan tidak menanggung semua hal ini. 

“Dasar anak bajingan! Kau benar-benar keturunan kami yang sangatlah AMPAS, TIDAK ADA HARAPAN! Jika saja dulu Ibumu tidak bersikeras melahirkanmu, maka ayahmu tidak akan gagal seperti ini, PAHAM TIDAK!!!???” tatapan mata yang ingin menelan manusia hidup-hidup, suasana mencekam yang tertangkap di matanya dan detak jantungnya berdetak sangat kencang seolah-seolah jantungnya ingin lepas. Rasa ketakutan yang ekstrim yang menimpanya. 

“JAWAB!!” 

Tubuhnya sangatlah gemetar, tarikan nafasnya yang tidak beraturan, menelan ludah tidak bisa. Tangan yang melayang di wajahnya dengan sangat keras. 

'PLAKKK!!!'

Hidungnya mengeluarkan darah, tubuhnya sangat lemas, nafasnya seakan berhenti, matanya berlinang air mata, pipinya memar karena tamparan yang sangat keras dari ayahnya. Ini mimpi sangat buruk bagi San, sering kali San bermimpi hal ini saat tidur dan setelah bangun dari mimpi itu, San merasa dihantui dan tidak bisa tidur. Mentalnya yang karuan dan oleh sebab itu, San harus bisa mewujudkan impian, obsesi ayahnya terlebih dahulu daripada impiannya sendiri.

TO BE CONTINUED...

Terpopuler

Comments

Kei Kurono

Kei Kurono

Bikin penasaran!

2025-07-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!