BAB 5
Malamnya, Keyla rebahan di kamarnya sambil memandang langit-langit. Pikiran tentang dua murid misterius tadi siang nggak mau lepas.
Kenapa mereka ngeliatin dia sama Raffa kayak gitu?
Kenapa kalung yang cewek itu pakai kelihatan… familiar?
flora
Besok hati-hati di sekolah. Gue denger mereka sering nongkrong di lapangan belakang.
Keyla mengetik balasan singkat, lalu meletakkan ponselnya. Dari balik tirai, bulan separuh menggantung. Entah kenapa, malam itu Keyla merasa seperti ada sesuatu yang mengawasinya.
Keesokan paginya, suasana sekolah masih ramai gosip. Begitu masuk gerbang, Keyla langsung melihat Raffa sudah menunggu.
keyla
Kamu kok sekolah? Kan masih sakit
raffa
Tenang, gue baik-baik aja,
raffa
Ayo, sebelum bel bunyi.
Mereka jalan bareng menuju kelas. Tapi di tengah jalan, Keyla menyadari di lapangan belakang, dua murid itu lagi duduk di bangku, seolah sengaja menunggu. Tatapan mereka mengikuti langkah Keyla dan Raffa sampai menghilang di lorong.
Di kelas, Flora dan Klara langsung nyerbu.
klara
Lo liat nggak mereka?!
Zayden yang duduk di belakang bersandar santai.
zayden
Gue rasa mereka nyimpen rahasia gede. Mungkin aja mereka bagian dari geng yang bikin ribut kemarin.
Alvaro mengangguk setuju.
alvaro
Dan kalau bener, kita harus hati-hati.
Keyla pura-pura ikut tegang, padahal dadanya terasa sesak. Di bawah meja, jari-jarinya meremas buku erat-erat.
Karena yang mereka semua nggak tau… rahasia yang jauh lebih berbahaya justru duduk tepat di depan mata mereka.
Jam istirahat tiba. Suasana kantin lebih bising dari biasanya, obrolan gosip tentang dua murid misterius makin panas. Keyla, Raffa, Flora, Klara, Zayden, dan Alvaro duduk di meja pojok, berusaha mengabaikan tatapan orang-orang.
Flora nyenggol lengan Klara pelan, matanya mengarah ke pintu masuk kantin.
Dua murid itu masuk. Cowoknya melangkah tenang sambil menyelipkan tangan ke saku, ceweknya mengikuti di belakang, kalung perak itu berkilat terkena cahaya lampu. Seolah sengaja, mereka berjalan melewati meja Keyla dan Raffa.
Tatapan cowok itu berhenti tepat di mata Raffa. Nggak ada kata-kata, cuma lirikan singkat… tapi entah kenapa, hawa kantin langsung berubah. Obrolan mulai mereda, seolah semua ikut merasakan ketegangan itu.
Ceweknya menoleh ke arah Keyla, matanya tajam, lalu senyum tipis, senyum yang terasa lebih seperti tantangan daripada sapaan.
Mereka kemudian duduk di meja seberang, tepat menghadap ke meja Keyla dan Raffa.
zayden
Ini udah kayak mau perang dingin.
Alvaro mengangguk, tapi matanya nggak lepas dari kalung kuno itu.
alvaro
Kalungnya aneh. Kayak ada simbol kuno.
Keyla pura-pura nggak peduli, padahal jantungnya berdebar kencang. Raffa di sampingnya diam saja, tapi jemari tangannya mengetuk meja pelan, tanda dia juga merasa terancam.
Flora menyandarkan dagu di tangan.
flora
Gue nggak tau kenapa… tapi mereka keliatan kayak lagi ngincer kalian.
Keyla tersenyum tipis, mencoba santai.
keyla
Mungkin cuma perasaan lo aja.
Tapi dalam hati, dia tahu… itu bukan cuma perasaan. Mereka memang sedang mengincar.
Bel pulang sekolah berbunyi. Langit sore agak mendung, angin berhembus pelan, membawa aroma hujan yang belum turun. Keyla dan Raffa keluar gerbang beriringan, sementara Flora, Klara, Zayden, dan Alvaro mengikuti di belakang.
Awalnya biasa saja… sampai Flora berhenti tiba-tiba.
“Eh…” dia menatap ke arah jalan.
Dua murid misterius itu.
Berjalan santai di belakang mereka, jaraknya sekitar lima meter.
klara
Serius mereka ngikutin kita?
alvaro
Tadi gue liat mereka keluar gerbang tepat pas kita keluar.
Raffa menoleh sekilas, lalu kembali berjalan tanpa ekspresi.
raffa
Jangan berhenti. Jalan aja.
Mereka berusaha tenang, tapi langkah kaki di belakang tetap terdengar… teratur, sama ritmenya dengan langkah mereka.
Sampai di persimpangan, Keyla merasa tatapannya ditarik. Dia menoleh, dan menemukan mata cewek berkalung perak itu tepat menatapnya.
Bukan tatapan marah. Bukan juga tatapan benci.
Lebih seperti… peringatan.
Sebelum Keyla sempat bereaksi, cowok di sebelahnya menarik cewek itu untuk belok ke arah lain. Dan dalam beberapa detik, mereka menghilang di keramaian.
Flora mengembuskan napas lega.
Raffa melirik Keyla sekilas, seolah ingin memastikan dia baik-baik saja. Tapi Keyla hanya tersenyum tipis, berusaha menutupi rasa tidak nyamannya.
Dalam hati, dia tahu… pertemuan ini belum berakhir.
Comments
Gilbert
lanjut thor
2025-08-12
0