Malam pertama kali ini benar-benar tidak terjadi apapun. Alma dan Irsan tidur dengan batasan yang sudah ditentukan oleh Alana. Apakah mereka tidur ? jawabannya tidak, mereka sama-sama canggung karena berada disatu ruangan. Langit-langit di kamar Alma menjadi saksi kebisuan diantara keduanya.
Alma berharap pagi segera datang agar situasi canggung itu segera berlalu, apa sebaiknya dia pergi ke kamar orangtuanya saja ya, akhhh tapi itu tidak mungkin yang ada mereka akan berceramah sebanyak mungkin.
Pukul 3 dini hari keduanya benar-benar tertidur, entah siapa lebih dulu yang jelas mata keduanya terpejam dengan napas teratur menandakan kalau mereka terlelap. Pukul setengah enam pagi suara ketukan pintu mulai mengganggu tidur keduanya, kali ini pelakunya adalah Alvin anak sulung pak imran.
"Tok...tok..tok," suara ketukan itu masih terus dilakukan oleh Alvin karena kedua pengantin baru itu belum menunjukkan tanda-tanda akan bangun.
"Mentang-mentang pengantin baru jam segini belum bangun. Waktu shalat subuh udah mau abis, ngapain aja si mereka sampe kesiangan gini," Alvin mengoceh sendiri di depan kamar Alana, sedangkan yang dibangungkan masih tertidur pulas.
"Gimana bang, udah bangun?," Tanya Arini sang mamah yang menyusul putra sulungnya.
"Belum, Mah. Mungkin mereka kecapean, " Alvin menjawab sekenanya, selanjutnya dia menyerah dan membiarkan sang mamah yang membangunkan keduanya.
"Kamu ini, Mama yakin mereka pasti begadang karena belum beradaptasi satu sama lain, mama juga yakin kalau kamar Alma tidak dikunci," Arini pun membuka pintu yang tertutup itu dengan mudahnya, benar saja kalau pintu kamar anak perempuannya tidak dikunci.
"Lah, iya nggak dikunci, tau gitu dari tadi aku buka,"
"Kamu kebanyakan ngomong, bang."
Keduanya pun masuk ke dalam kamar Alma, benar saja keduanya masih terlelap dengan posisi yang saling membelakangi. Tidak ada tanda-tanda habis terjadi malam pertama yang menggairahkan.
"Alma, bangun, Nak. Waktu subuh sebentar lagi habis," Arini membangunkan putrinya seperti biasa meskipun saat ini dia sudah memiliki suami. Di sebelahnya Alvin membangunkan adik iparnya yang juga masih nyaman dengan mimpinya, tidak terlalu sulit seperti Alma, dengan satu kali sentuhan tangannya Irsan langsung bangun dan terkejut melihat keberadaan Alvin dan Arini di kamarnya. sampai akhirnya dia tersadar kalau Irsan sedang tidak di rumahnya.
"Bangun gih, pada shalat dulu terus turun sarapan," ucap mamah setelah keduanya bangun dan langsung meninggalkan kamar keduanya.
**
Pagi ini menjadi rutinitas ibadah pertama yang diimami oleh Irsan. Keduanya turun kelantai bawah setelah shalat subuh selesai dilaksanakan.
"Pagi. Ayah, Mamah, abangku. Maaf ya aku terlambat bangun pagi ini, semalam aku tidak bisa tidur karena ada orang lain di kamar ku," Alma langsung bergabung di meja makan tanpa menghiraukan tatapan keluarganya yang saat ini melihat kelakuan Alma padahal dibelakangnya ada Irsan.
"Pagi. Semuanya, "
"Selamat pagi," sahut mereka bersamaan
"Alma, kamu sudah punya suami, nak. Jangan disamakan saat kamu masih sendiri, siapkan kopi atau teh yang biasa diminum suamimu setiap pagi, untuk sarapannya kamu hidangkan kepiring milik Irsan, "
"Aku nggak tahu, Yah. Bang irsan suka kopi, teh, atau susu. Lagian mamah kenapa nggak sekalian buatin si, kan hemat waktu," Arini hanya menggeleng mendengar penuturan putrinya. Alma benar-benar harus dibina.
" Nggak apa-apa, Mah. Nanti aku ngopi dan sarapan di rumah aja, aku juga mau pamit pulang," Akhirnya irsan menghentikan perdebatan antara istri dan keluarganya, irsan tahu kalau Alma masih butuh waktu.
"Ya jangan dong, masa tidur di sini sarapan di rumah kamu. Alma, buatkan kopi kaya biasa kamu buat, terus siapkan sarapan Irsan juga,"
"Baik, Mah. " sahut Alma tanpa melakukan bantahan lagi.
Sarapan di rumah pak Imran berjalan dengan lancar, meskipun sedikit terjadi perdebatan.
"Setelah ini rencana kalian kemana?," Tanya Ayah
"Kalau aku rencananya hari ini mau ngecek rumah makan, Yah. Sebenernya ingin ajak Alma juga buat ikut ke sana sekalian beli perlengkapan nanti buat seserahan, "
"Ya sudah ajak aja dia pasti mau ko, iya kan nak,"
"Iya, Yah." Alma lebih memilih pasrah dan mengikuti ajakan suaminya.
Setelah sarapan Irsan pulang ke rumahnya, sedangkan Alma bersiap-siap untuk ikut dengan suaminya. hari ini dia tampak anggun dengan tampilan sederhana riasan tipis, rambut diikat satu dengan pakaian simpel celana dan kemeja.
beberapa waktu kemudian Irsan pun datang, tampilannya sudah berubah dari sebelumnya. Dia juga membawa kendaraan roda empat yang akan membawanya ke tempat tujuan. Setelah berpamitan keduanya pun mulai meninggalkan rumah. Satu jam kemudian Irsan sampai ke restoran atau rumah makan yang ia kelola, semua karyawan menyambut kehadiran atasannya. Namun ada yang membuat pandangan mata mereka beralih, ya tatapan mata mereka berpindah ke arah Alma yang saat ini sedang dibukakan pintu oleh irsan.
Wanita cantik yang baru saja keluar dari dalam mobil, sebuah pemandangan yang tak biasa karena Irsan sebelumnya tidak pernah membawa perempuan datang ke restoran kecuali rekan kerja atau saudaranya.
Irsan tak memperdulikan pandangan karyawannya, ia yakin mereka sedang kepo dan ingin tahu siapa wanita yang saat ini dirinya bawa. Namun irsan pun tak berniat menjelaskan sebelum mereka sendiri yang bertanya.
Alma hanya mengikuti langkah kaki Irsan, sejujurnya ia canggung dan malu karena jadi bahan tontonan namun yang lebih membuatnya berada disituasi yang tak biasa adalah Irsan menggandeng tangannya melewati kerumunan para karyawan yang sedang bersiap menerima tamu yang akan makan di restoran tersebut.
"Bang, Malu ih pake gandengan segala," ucap Alma karena ia merasa tidak nyaman.
"Malu sama siapa, lagian kamu istri aku jadi nggak masalah aku gandeng," sahut Irsan cuek.
"Ishhh nyebelin, liat tuh mata orang-orang ngeliat kita nggak kedip. "
"Biarin aja,"
Tak lama kemudian keduanya sampai di sebuah ruangan pribadi, sepertinya milik Irsan. Ruangannya sangat rapih, terdapat rak buku yang lumayan besar, ada sofa untuk menerima tamu, dan satu meja yang cukup besar tempat Irsan bekerja.
" Bang, ini ruangan abang?,"
"Iya,"
"Nyaman ya, pasti abang betah di sini,"
"Ya namanya kerja harus buat ruangan yang nyaman biar kerjanya betah dan fokus"
"Itu ruangan apa bang?," Alma merasa penasaran karena ada pintu lain di dalam ruangan tersebut.
"Oh, itu kamar buat abang beristirahat kalau lagi kecapean,"
"Boleh liat nggak,"
"Silakan,"
Alma pun berjalan kearah kamar tersebut, ruangan kamar itu tidak terlalu besar, kasur pun cukup untuk satu orang, namun cukup nyaman untuk melepas penat. Tak lama kemudian Irsan menyusul istrinya, karena sedikit terkejut saat irsan membuka pintu dan posisi ruangan yang tidak luas membuat Alma terjatuh ke kasur bersamaan dengan Irsan yang ikut jatuh karena reflek Alma menarik tangan suaminya.
Hal yang tidak terduga terjadi, Irsan menindih tubuh alma dengan posisi bibir yang beberapa centi saja akan saling bersentuhan. Tatapan itu cukup lama, sampaikan akhirnya naluri Irsan mencium Alma, awalnya hanya kecupan hingga kemudian Irsan menginginkan lebih dari kecupan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments