NovelToon NovelToon

Di Ujung Borneo

Berangkat

Gladys sudah selesai berkemas dan menunggu jemputan nya. Dia sudah menghubungi salah satu driver ojek online melalui salah satu aplikasi langganan nya. Sambil menunggu, dia mengamati setiap inci kamar kecil yang menemaninya 15 tahun terakhir. Rumah ini cukup bersejarah bagi nya, sebab disini lah dia ditempa menjadi dewasa sebelum waktunya. Disaat teman-temannya asik bermain dan berkumpul. Dia malah sibuk mencari cara agar bisa tetap bertahan hidup dan melanjutkan sekolahnya.

Beep...

Beep...

Dari luar rumah terdengar suara klakson, Gladys bergegas keluar dengan sebuah ransel bertengger di pundak nya. Dia menarik nafas dalam-dalam lalu membuang nya perlahan. Keputusan nya untuk pergi sudah bulat. Barangkali dengan sedikit menepi dari orang-orang yang mengaku keluarga, bisa meredakan amarah hati nya yang malah menjadi luka tak kunjung sembuh.

"sesuai aplikasi yah neng ? Mari berangkat.!" ujar bapak tukang ojek nya sembari menjalankan pelan motornya.

"iyah pak " jawab Gladys

"mau kemana neng ?" tanya si bapak berbasa-basi

"ke ujung negri pak."

"hehehe.... Si neng bisa aja. Jauh banget itu yak ?"

"iyah pak"

"sendirian neng?"

"udah janjian sama temen." Gladys berbohong.

"oh mau liburan ramai-ramai yah sama temena nya ?" tebak si bapak.

"iyah pak."

.......

Gladys memang orang yang tak banyak bicara, dia akan memilih untuk menjawab seadanya tanpa balik bertanya. Di Sepanjangan jalan keduanya terus berbincang ringan, hingga sampailah mereka di sebuah dermaga. Disana Gladys akan menumpang perahu nelayan agar bisa naik keatas kapal besar yang berlabuh diluar dermaga. Memang seperti itulah kondisinya, kapal sebesar itu tak dapat berlabuh di dermaga kecil. Namun juga tetap harus berlabuh di daerah sana sebab itu juga masuk dalam rute perjalanan nya. Kapal besar itu akan menginap disana 2-3 malam sebelum akhirnya kembali berlayar sesuai jadwal.

Setelah berada dalam kapal, Gladys pun mencari tempat yang nomornya sesuai dengan angka pada tiket nya. Tak butuh waktu lama diapun mendapatkan nya. Dia pun duduk disana. Bentukan nya seperti sebuah ranjang kecil disusun panjang untuk penumpang. walau mungkin terlihat tidak nyaman tapi Gladys seharusnya sudah biasa toh dulu juga seperti itu. Hanya saja 15 tahun ayah dan ibu nya masih mendampingi, sedangkan kini dia seorang diri

***

Berlayar dalam kurun waktu hampir 30 jam, terdengar dari pengeras suara bahwa sebentar lagi kapal akan sampai dan berlabuh di pelabuhan. Penumpang yang akan turun diharapakan untuk mempersiapkan barang-barang nya. Jangan sampai ada yang tertinggal.

Gladys yang tempat nya berada paling pinggir dekat dinding. Dia melihat kearah sebuah jendela kecil yang berbentuk bulat di tutupi kaca. Dari kejauhan terlihat sebuah pulau yang nampak kecil. itulah tujuan perjalanan nya. Dia menarik nafas dalam-dalam lalu membuang nya perlahan, entah kenapa kini kelopak matanya terasa hangat. Air matanya seperti menguap, detak jantung nya berpacu sedikit lebih cepat dari biasanya.

"ayah, ibu. Maafkan Gladys yang ternyata tidak lah sekuat kalian. Ku mohon restui keputusan Gladys kali ini. Semua demi kewarasan Gladys . Aku tahu seharusnya aku bersyukur dengan segalanya atas apa yang ku capai selama ini. Memilih bertahan untuk diri sendiri. Tapi dengan lingkungan yang tidak mendukung ku, rasanya sulit bu. "Gladys bergumam dalam hati. Air matanya sudah lolos keluar, dia segera mengusap pipi nya lalu mendongak keatas. Menatap langit-langit yang warna nya sudah mulai menguning. Pudar dimakan waktu. Dia menarik nafas pelan, dada nya masih sedikit sesak. Ingatannya kembali jauh ke masa lalu. Masa di mana dia dan keluarga kecilnya memilih kembali dari rantauan.

Kala itu Gladys berusia 12 tahun, dia yang tak tahu apa-apa hanya ikut dan menurut saja akan apapun yang menjadi keputusan orang tuanya. Dia masih terlalu kecil untuk mempertanyakan alasan orang tuanya kembali. Baginya kala itu asal ayah dan ibu ada disisi nya itu sudah lebih dari cukup.

Setelah sampai dikampung halaman, Gladys pun di masukkan kesebuah SMP. Entah bagaimana awalnya, kemudian sang ayah sakit selama berbulan-bulan sampai akhirnya meninggal dunia. Kemudian sang ibu yang terlalu larut dalam kesedihan dan kehilangan juga malah menyusul ayah hanya dalam kurun waktu kurang dari setahun. Dalam waktu singkat, dunia perlahan redup, Gladys yang ceria dan cerewet pun perlahan enggan berkomentar pada apapun.

Sebenarnya dia memiliki seorang kaka. Tapi mereka tidak akrab. Sebab dahulu sang kakak di titip dirumah nenek sebelum keluarganya merantau. Jadi diantara mereka tak ada ikatan apapun. Sebab tak pernah ada interaksi. Bahkan setelah orang tua nya meninggal, baru lah sang kakak datang dan tinggal bersama nya. Itu pun terasa sangat aneh bersaudara tapi tak akrab.

Walau tanpa ayah ibu,Gladys bertahan untuk kehidupan nya sendiri. Setelah lulus SMP dia memilih istrahat satu tahun untuk memperbaiki kehidupan nya. Sebelum akhirnya melanjutkan SMA nya.Dia mengusahakan apa saja untuk bertahan. walau dia dikelilingi banyak keluarga, tapi entah mengapa dia merasa tak nyaman. Justru isi kepalanya malah sebab mereka semua lah ayah ibu nya pergi seperti itu. Tekanan dari lingkungan yang tidak sehat.

Bagi Gladys , masa sekolahnya bukan lah yang paling menyenangkan seperti kata orang-orang. Disekolah pun dia banyak di cemooh oleh siswa lain. Walau tak semuanya, tapi memang dia sendiri yang memilih menarik diri agar tak ada yang merusak rencana masa depan nya. Agar tak ada yang mengusik nya dia memilih menghindari siapapun. Jadi tak ada satupun teman yang benar-benar akrab dengan nya.

***

Setelah berdesakan dengan penumpang lain yang juga ikut turun bersama nya, Gladys pun menginjakkan kaki di kota perantauan. Di sisi lain kota itu, di sebuah kampung kecil. Itulah tujuan akhir nya. Disanalah dia akan memulai hidup barunya, sebab bagi nya hanya disanalah terdapat sisa kenangan indah bersama kedua orangtuanya.

Setelah dia keluar dari area pelabuhan, dia menuju kesebuah pangkalan ojek yang di lihatnya. Dia menanyakan tempat yang ingin di tuju nya. Si tukang ojek pun mengangguk dan bersiap untuk mengantar nya.

Waktu menunjukkan pukul 8 pagi. Sepanjang jalan terlihat ramai lalu lalang kendaraan. Memasuki alamat tujuan nya, kini dia seperti dapat melihat gambaran masa kecil nya yang berlarian dan bermain bersama teman nya dengan girang.

"bapak bisa antarkan saya kerumah pak RT?" Tanya Gladys .

"oh iyah, baik neng."

si bapak tukang ojek pun membelokkan motor nya dan berhenti didepan sebuah rumah yang memiliki plank, dan itu benar rumah pak RT.

Setelah membayar ongkos perjalanan, Gladys pun berdiri diambang pintu dan mengucap salam.

"assalamu'alaikum...."

"wa Alaikum Mussalam......" terdengar suara wanita dari dalam rumah. Si wanita berjalan mendekati Gladys dengan tatapan penuh selidik.

"cari siapa neng?" tanya si ibu.

"pak RT nya ada ?"

"kalau sekarang lagi kekantor desa neng, ada pertemuan. Ada apa yah ?"

Gladys pun menceritakan maksud dan tujuannya datang, setelah sebelumnya di persilahkan untuk masuk dan duduk diruang tamu oleh si ibu.

"zarah.... Tolong buatkan minum. Ada tamu ini." ucap si ibu.

"tak usah repot-repot bu

"enggak kok. Santai saja nak. Jadi disini ada kenalan ? Rencananya akan tinggal di mana ?"

"belum tahu juga bu, ini niatnya mau laporan dulu bahwa saya ada rencana untuk menetap disini. Sekalian mau nanya kali aja dekat sini ada kosan atau rumah disewakan begitu."

"kalau memang mau kebetulan ibu ada rumah petak di sewakan dibelakang. Ada beberapa yang kosong. Disini memang suka ada yang masuk untuk mencari peruntungan, di kampung sebelah ada perusahaan yang masuk. Jadi juga butuh tenaga kerja. Anak saya juga kerja disana. "

Gladys mengangguk saja.

"mau kebelakang dulu buat lihat-lihat, kalau cocok bisa langsung ditempati. Bisa sekalian istrahat. pasti capek banget yah habis perjalanan jauh........

Ujung negeri

suara desiran ombak samar-samar terdengar lirih, Gladys menggeliat pelan dari bawah selimut nya. Mungkin karena lelah perjalanan kemarin, tubuhnya terasa sakit di beberapa bagian tertentu. Sambil mengerjapkan mata beberapa kali, berusaha mengumpulkan kesadaran nya.

Ternyata benar dia terbangun bukan lagi dikamar nya. Dia meraih ranselnya, merogoh salah satu kantong untuk mencari benda pipih buluk nya.

Pukul 07.12.

Tidak ada notifikasi apapun dari media sosialnya. Tak ada pesan atau panggilan apapun. Sebegitu tidak penting nya dia bagi siapapun. hingga setelah hampir 3 hari, masih belum juga ada yang menyadari akan pergi nya dia.

Dia kembali meletakkan handphone nya begitu saja, tanpa merapikan tempat tidur nya dia berdiri dan membuka jendela kayu yang tepat berada diatasnya. Angin lembut langsung menyapa wajah nya, dia menutup mata nya kala cahaya matahari memaksa masuk ke netra nya. Dia mengerjap kembali berusaha membiasakan mata nya dengan cahaya. Masih cukup pagi tapi sudah menyilaukan mata.

dia menghirup udara dalam-dalam. Aroma air laut yang menguap ke udara membangkitkan memori masa kecil nya. Hanya itu yang bisa membuat nya tersenyum.

sejauh mata memandang laut terhampar luas, dan di ujung sana tampak berdiri bangunan-bangunan bertingkat menjulang tinggi sedikit samar. Dia kini benar-benar berada di ujung negeri. Di seberang laut sana juga ujung negeri, yang berbatasan langsung dengan negara nya. Sayang nya disana tampak lebih maju dari pada tempatnya kini.

Tok...

Tok...

Tok...

Seseorang mengetuk pintu dan sukses membuat Gladys mengalihkan pandangannya kearah pintu dibelakang nya.

"siapa ?" tanya Nya

"kamu sudah bangun.? Mari keluar sarapan bersama, ibu sudah buat sesuatu untuk kamu juga."

Sepertinya itu suara si pemilik kamar sewa, yang tak lain juga adalah ibu RT dikampung itu. Kemarin memang setelah pak RT datang mereka sempat berbincang panjang lebar akan banyak hal. Yang rupanya keluarga ini datang setelah keluarga Gladys bertolak kembali ke kampung halaman. jadi wajar saja mereka terasa asing bagi Gladys.

"mari sini duduk ?" ujar si ibu ramah. Terlihat juga beberapa penghuni kamar yang lain sudah duduk disana lebih dahulu

"ini Gladys , keluarga baru kita. Semoga bisa rukun yah kalian. " ujar si ibu sambil memperkenalkan Gladys,lalu mempersilahkan nya untuk menikmati sarapan sederhana nya. Teh hangat dan ubi goreng.

"ibu tinggal kedepan yah ? Silahkan mengobrol."

Ujar si ibu lagi sambil pamit undur diri. Dia tampak super sibuk sekali. Dia bahkan sempat-sempatnya mengetoki beberapa pintu yang memang tak terkunci. Dan pintu nya juga tak terbuka. Jika terkunci dengan gembok berarti orang nya sedang di luar. Jika tertutup tanpa gembok berarti orang nya masih didalam kamar.

Kemarin Gladys sempat bertemu dan saling sapa dengan beberapa penghuni kamar lain nya. Tapi pagi ini yang di temui nya, adalah wajah baru.

Rumah sewa ini berukuran cukup luas dan agak panjang. pasal nya disisi kanan dan kiri terdapat kamar yang saling berjejer berhadapan. Masing-masing memiliki 5 pintu, jadi totalnya ada 10 pintu. Di ujung rumah ada dapur umum, sedangkan kamar mandi nya juga umum. Memiliki tiga bilik dan bangunan nya berada terpisah dari bangunan rumah sewa. Dia berada didepan, antara rumah utama.

Jadi didepan pinggir jalan raya rumah utama, bangunan kamar mandi, lalu rumah sewa dibelakang nya.

Sementara itu, yang menyewa kamar disana dicampur. Laki-laki dan perempuan. Walaupun begitu tapi sepertinya semua tak ada yang saling perduli satu sama lain. Semua hanya fokus dengan pekerjaan masing-masing. Begitu keterangan Jihan kemarin pada Gladys, dia satu-satunya penghuni terlama disana. Seperti nya dia juga orang kepercayaan bu RT. Menurut jihan, jika tercium ada aroma-aroma cinta lokasi. Mereka berdua akan disidang lalu salah satu dari mereka akan keluar. Atau tidak keduanya akan keluar bersamaan. Walau begitu bu RT tak pernah khawatir. Pasalnya tak akan butuh waktu lama untuk penghuni baru datang lagi..

***

Di meja panjang yang berada di dapur umum pagi itu cukup ramai. Tapi terlihat hanya Gladys yang duduk disana dengan hidangan dari si ibu. Sementara yang lain sibuk dengan diri sendiri. Ada yang memanaskan air. Ada yang saling bincang ringan, seperti nya kedua perempuan itu cukup dekat. Ada juga seseorang yang duduk di salah satu sisi kursi di sebelah meja.

Cekrek.!!!

Suara gembok di buka kasar sukses mengalihkan pandangan Gladys kearah asal suara. Seorang pria yang memiliki kamar paling dekat dengan dapur. Sepertinya baru saja datang. Tanpa sepatah kata apapun, atau bahkan sedikit melirik kearah dapur yang cukup ramain. Pria itu masuk begitu saja lalu kembali menutup pintu nya. bersamaan dengan itu Jihan baru membuka pintunya. Yang kebetulan tepat berhadapan dengan pintu kamar pria tadi.

"liat apaan ?" tanya Jihan pada Gladys. Gadis itu sudah tampak rapi. Ditangan nya sudah ada cangkir yang entah berisi apa. Dia berjalan ke dekat Gladys yang memang ada dispenser disana, dia menyeduh cangkir nya dengan memencet kran dispenser berwarna merah. terlihat asap tipis mengepul pelan.

Tanpa menjawab pertanyaan tadi, Gladys hanya kembali menatap pintu kamar pria tadi.

"kenapa ? Cakep yah? Nama nya Bimasakti......"

Deg.!!!

Mendengar itu entah kenapa jantung Gladys tiba-tiba berdetak aneh.

Tapi seketika lamunan nya buyar kala 2 gadis tadi menyapa jihan dan diri nya lalu pergi kemudian masuk ke kamar masing-masing. Sedangkan lelaki yang tadi memanaskan air sambil mengumpulkan nyawa sudah lebih dahulu pergi kearah depan. Sepertinya akan mandi.

"jadi apa rencana mu ?" tanya Jihan setelah menyeruput singkat isi cangkir nya.

"belum tahu."

"konyol sekali, datang tanpa rencana"

Gladys masih diam.....

"jangan sungkan untuk bertanya jika butuh sesuatu."

Gladys hanya mengangguk....

Jihan mencomot ubi goreng di hadapannya tanpa permisi. Gladys menyeruput teh nya perlahan sembari sesekali melirik pintu tadi. Bukan tanpa sebab jantung nya berdegup aneh. Selain dia merasa agak familiar dengan wajah pria tadi, ternyata nama nya juga tidak asing. Walaupun sudah tak pernah lagi nama itu terucap oleh siapapun selama bertahun-tahun, tapi ingatan nya akan nama itu terasa masih sangat segar di kepala nya. Seperti tersimpan rapi dan menunggu pemicu untuk membuka nya. Dan jihan tadi sudah melakukan nya.

"kamu kenal dengan bima ?" tanya jihan setelah cukup lama memperhatikan Gladys .

"tidak. Hanya saja nama nya terdengar familiar"

"mungkin orang tuanya punya cita-cita jadi astronot kali maka nya di kasih nama begitu. Wajar kalau familiar. Itu kan masuk dalam tata surya. Anak SD juga tahu. Lagi pula, dia terbilang baru masuk kesini. Hampir tiga bulan seperti nya. Dan dia sangat misterius. Aku pun sama penasaran nya dengan diri mu. Entah dia siapa dan datang dari mana. Aku gak tahu " jelas Jihan panjang lebar.

Dan lagi-lagi Gladys bingung harus bereaksi seperti apa kala jihan mulai berbicara panjang lebar, bahkan dia tanya jawab sendiri dengan dirinya.

"Aku duluan yah ? Seperti nya aku sudah akan terlambat." pamit jihan setelah menenggak habis isi cangkir nya. Dia setengah berlari kembali ke kamar nya kemudian keluar lagi dengan tas selempang nya. Entah jihan kerja apa, tapi dia cukup rapi. Sepertinya karyawan kantoran. Gladys juga belum pernah menanyakan nya.

***

siapa dia ?

sepeninggal jihan, Gladys juga berdiri untuk bersiap kembali ke kamar. Dia akan merapikan tempat tidur nya yang tadi belum di sentuh nya sama sekali. Tapi sebelumnya dia akan membersihkan bekas sarapan nya. Piring kotor dan gelas nya. Cangkir Jihan juga di bawa nya ke wastafel tempat cuci piring.

"sebaiknya tidak menyentuh barang milik orang lain sembarangan."

Terdengar suara seorang laki-laki dari arah belakang setelah dia menyimpan cangkir di rak piring. Mendengar itu Gladys membalikkan badan untuk melihat siapa yang berbicara itu. Suara berat dan seperti mengintimidasi.

pria itu menunjuk ke sebuah kertas yang di tempel di pintu kulkas di depan nya. Lalu membuka nya dan mengambil Tumbler berukuran 2 liter. Dia mengisi gelas nya lalu pergi lagi. Dan masuk ke kamar nya. Itu kamar si bima-bima .

Gladys mendekati kulkas dan membaca kertas yang ditunjukan pria tadi. Ternyata berisi aturan di area dapur. Salah satu isi peraturan itu sama persis dengan apa yang di ucapkan Bima tadi. Demi kenyamanan bersama seluruh warga rumah sewa. Barang akan di urus masing-masing. Jika benda lebih dari 24 jam berada di tempat yang sama tanpa di bersihkan atau dirapikan. Maka si ibu berhak membuang nya. Tak peduli benda apapun itu. Maka jaga dan perhatikan barang masing-masing.

apa tadi bima menegur nya sebab mencuci cangkir milik jihan, Gladys sedikit bingung, bukan nya itu sedikit sapaan yang terasa janggal untuk ukuran seseorang yang baru bertemu.

Gladys kembali kekamar nya dengan isi kepalanya yang entah bagaimana. Susah di deskripsikan.

***

Sementara itu, didalam kamar yang lain. bima juga sedikit kalut dengan isi kepalanya. Sebenarnya dia kebingungan ingin berkata apa, tapi dia benar-benar ingin memastikan bahwa yang di lihatnya tadi adalah orang yang sama dengan kenalan nya di masa lalu. Tapi dia terlalu sungkan untuk sekedar bertanya siapa nama gadis itu.

Dia bahkan harus berpura-pura mengambil air dingin di kulkas yang dia sendiri pun tak tahu tumbler tadi itu milik siapa, dengan kesadaran penuh dia pun sedikit panik sebab diri nya juga menyentuh barang yang bukan milik nya.

Tapi sepertinya perempuan tadi mungkin bukan dari masa lalunya. Sebab seingat nya, gadis yang hilang 15 tahun lalu itu adalah sosok gadis periang, cerewet, dan benar-benar menyenangkan.Tidak seperti tadi. Diam bak patung hidup.

sangking penasaran nya, dia bahkan menempel kan telinga nya ke dinding guna menguping obrolan gadis tadi,bersama jihan. Tapi seperti dugaan nya. Mungkin semua hanya perasaan nya saja. Mungkin karena terlalu berharap gadis masa lalu nya itu akan datang untuk menepati janji. Padahal lost Contac selama itu, lalu apa yang dia harapkan.

bima mengusap wajah nya kasar lalu tersenyum simpul. Sepertinya dia mulai gila sebab putus asa. Apa yang diharapkan setelah benar-benar tidak pernah saling mengabari selama 15 tahun. bisa jadi gadis itu sudah bahagia dengan orang lain. Sudah menikah dan punya anak. Seperti harapan orang tua nya serta rekan-rekannya sendri. Agar diapun bisa menjalani hidup sebagaimana semestinya. Tak membelenggu nya akan ingatan masa lalu yang tidak jelas masa depan nya.

Buktinya, hampir 10 tahun terakhir ini dia tidak diam di tempat. Tapi berusaha sekuat tenaga mencari gadis nya ke seluruh pelosok negeri, dan berakhir di sini. Tapi sudah hampir tiga bulan terakhir ini dia berusaha, masih belum ada harapan.

Target nya toh hanya tiga bulan di suatu wilayah sebelum pindah lagi. Tapi ini sudah benar-benar di ujung negeri. Jika sampai tak ketemu mungkin dia harus bergeser ke negeri seberang.

***

Waktu berjalan tak terasa, Gladys sudah satu minggu di sana. Selain jihan dan zarah anak bu RT. Gladys juga sedikit akrab degan aqila, tetangga kamar nya. Dan regi si paling iseng. Sementara bima, sejak hari itu tak pernah lagi kelihatan di rumah sewa. Menurut jihan dan zarah, bima itu seperti hantu yang suka datang tak dijemput dan pulang tak disambut.

Selama masih membayar tepat waktu, maka semua tak ada masalah. Hantu pun boleh tinggal dan menyewa disana.

Sore itu Aqilah merengek untuk ikut dengan nya berjalan-jalan di sekitar desa itu. Gladys tak bisa menolak. Setiap hari memang dia melakukan hal itu, mengunjungi tempat-tempat yang bagi nya memiliki kenangan. Tujuannya sore ini adalah bukit kecil diatas jalan raya, dahulu semasa kecilnya, itu adalah tempat bermain yang seru. Bukit kecil yang di penuhi rumput ilalang sangat cocok menjadi tempat bermain petak umpet.

"kamu yakin mau nanjak kesini ?" tanya qilah sedikit ragu.

Gladys mengangguk.

"serem ih. ,"tolak nya

Gladys menunjuk ke salah satu sisi bukit yang sedikit ramai. Tapi tempat mereka memang sepi dan Gladys sengaja menghindari keramaian.

" kamu ajalah yang naik. Aku nunggu disini aja " jawab qilah

" tunggu di sana aja " ujar Gladys sembari menunjuk ke jejeran lapak penjual makanan diseberang jalan. Seperti nya mereka menjual jajanan pinggir jalan. Terlihat juga cukup ramai di sana.

" ya sudah aku nunggu kamu di stand makanan yang warna hijau itu yah.?" ucap qilah. Dan Gladys kembali mengangguk pelan.

Keduanya pun berpisah, jarak mereka juga tak terlalu jauh. Di tempat Gladys berdiri dia masih dapat melihat qilah dengan jarak yang beberapa meter. Setelah memastikan qilah sampai di stand yang di maksud, dia pun berbalik dan mulai menaiki bukit. Di beberapa titik dia bahkan sedikit merangkak.

Perasaan Gladys dahulu bukit ini tidak lah terasa tinggi. Dia dan teman-temannya akan setengah berlari untuk berlomba naik hingga ke atas. Namun ini, belum juga setengah rasanya sudah mau pingsan.

"butuh bantuan?"

Gladys spontan mendongak, dan seseorang tepat berada didepan nya sembari mengulurkan tangan. Tanpa berkata-kata Gladys menyambut pegangan tangan orang itu. Setelah mereka sejajar, Gladys memilih untuk duduk sambil meluruskan kedua kaki nya lalu menarik nafas dalam-dalam.

"apa sekarang bukit nya jadi makin tinggi ?" komentarnya.

Orang tadi duduk disampingnya, lalu melepas topi hitam yang tadi menutupi sebagian wajah nya.

Deg...!!!

Diakan ???

"sepertinya ini bukan kali pertama mu datang kesini ?" tanya nya

Gladys mengangguk pelan, sembari berusaha mengatur ritme nafas nya.

"mau minum ?"

Orang tadi menawarkan sebotol air mineral mini size yang masih tersegel. Gladys menggeleng.

"aku Bimasakti,, kita tetangga kamar kan ?"

Gladys mengangguk, lalu menunduk. Sejak tadi dia terasa takut melihat wajah bima. Entahlah, perasaan aneh merayap di dadanya. Pasalnya mereka ini sedang berada di tempat rawan. Lihat saja di sekeliling hanya ada semak belukar. Jika bima berniat buruk pada nya tentu saja itu ...

Gladys menggeleng beberapa kali guna mengembalikan kesadaran diri nya .

"mikirin apa ? Kamu khawatir kalau aku akan macam-macam?"

Gladys semakin dalam menundukkan kepalanya. Kini dia benar-benar khawatir.

"tenang aja. Kalau kamu teriak dari sini. Akan sangat mudah orang yang berkumpul di sisi bukit sana untuk datang kesini dan menemukan kita. Lagi pun aku bukan orang aneh yang seperti itu. Jadi kamu akan lanjut ke atas atau mau turun ?" jelas bima panjang lebar.

Gladys pelan-pelan mengangkat kepalanya, dan sedikit ragu menatap ke arah orang yang sedikit berisik disamping nya itu.

"lagian ngapain sih kamu memaksakan diri buat naik ke sini. Kayaknya kamu tipe anak rumahan deh, gak cocok main di tempat kayak gini." komentar bima lagi.

Gladys menarik nafas panjang, lalu membuang nya pelan-pelan.

"sebaiknya tidak usah mengurusi orang lain, teruskan saja perjalanannya. Anggap saja disini gak ada orang."

Gladys bangkit setelah kini merasa lebih baik. Dia berbalik dan berniat kembali menanjak. Dia merasa rugi jika tak sampai puncak.

"yah udah.!!!" jawab bima.

Terdengar suara langkah kaki nya menjauh, Gladys tak lagi berbalik untuk melihat. Sepertinya dia kesal sebab bima seperti meremehkan nya. Belum tau saja dia, kalau dulu dia akan lebih dahulu dari semua teman nya untuk memegang pohon besar di puncak.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!