Gadis Aneh

Dhika sangat tahu gadis yang berceloteh d ujung telepon akan mengamuk bak singa kelaparan karena teleponnya mati begitu saja. Ahh, tapi bagus karena dhika sudah sangat malas. Telinganya sangat panas sejak pertama dia meninggalkan rumah, tak ada matinya gadis itu menelepon dhika. Gadis aneh.

Berbicara tentang gadis aneh, gadis berkerudung yang menjatuhkan ponsel Dhika tak kalah aneh. Hape Dhika sudah rusak tak bisa di pakai lagi akibat jatuh, tapi justru dia yang menangis.

Baru saja Dhika mau beramah tamah, justru dia pergi begitu saja. Oh, astagaaa! Kasihan sekali hidup Dhika di kelilingi gadis aneh.

Dhika melihat seorang lelaki, pikirannya kosong. Matanya memerah seperti menahan tangis. Laki-laki itu tampak masih muda, mungkin dua atau tiga tahun lebih muda dari Dhika. Dia terlihat sedang labil.

Dhika sebenarnya sedang menertawakan dirinya sendiri. Ternyata anak muda ini tak sebodoh perkiraannya.

Dhika mengajak Bobby berbicara. Dhika memang supel, tetapi cukup banyak bicara untuk ukuran laki laki. Bobby tampak menyukainya.

Eiiittss, jangan salah sangka! Aku menolak cinta Desi bukan karena bang Dhika loh ya.

Mata Bobby tertuju pada sosok gadis sedang berdiri di depan sana. Pandangan gadis itu benar-benar kosong, sesekali air matanya menetes.

" Ya Allah, maafkan hamba yang jadi begitu jahat menyakiti gadis setulus dia ".

"Hey, Desi! kenapa kamu melamun? "

Bobby menoleh ke arah Dhika. Dari mana dia mengenal Desi?

Yang di panggil menoleh sekilas. Saat matanya menatap Bobby, terlihat jelas luka besar sedang menganga d sana.

Desi, sungguh.... bukan ini yang kumau. Maafkan aku, Desi, batin Bobby.

Desi berlari meninggalkan Bobby dan Dhika. Bobby ingin mengejar Desi untuk meminta maaf atas kebodohannya, sepertinya tak akan mungkin.

"Gadis aneh, sangat aneh. Apa kamu mengenalnya, Bob? "

"Eh i..... iya, bang, teman sekolahku. "

" Atau jangan jangan.... kalian? "

Abang ini menatapku aneh sekali. jangan jangan dia.... oh ya Rabb. "Abang suka sama temanku itu? "

"Entahlah, menurutku dia itu unik. Bagaimana menurutmu? "

"Dia cantik, baik, gadis paling tulus yang pernah kukenal, " jawab Bobby jujur.

"Sepertinya kamu sangat mengenal Desi? Kenapa tadi dia pergi begitu saja? " tanya dhika terlihat bingung.

"Ah, sudahlah, bang. Mungkin dia sedang ada masalah, " jawab Bobby sambil mengalihkan pandangan. Dia benar-benar merasa bersalah pada Desi.

Kenapa harus seperti ini jadinya? Aku pikir dia akan mengerti kata kataku, bukannya seakan membenciku seperti ini. Desi, maaf..... batin Bobby

Ya Allah, kuatkan hatiku, jangan sampai ada air mata yan menetes di hadapan dia

Akhirnya Desi menginjakkan kaki di kota malang, kota impiannya. Lusa nanti, Desi menghadapi tes masuk universitas negeri terkemuka di kota ini.

Desi memutuskan istirahat terlebih dahulu hari ini. Dia hendak memulihkan kondisinya yang sangat lelah. Lelah hati, lelah pikiran.

Desi memasuki kamar sepupunya, wulan. jarak usia keduanya tak terpaut jauh. Desi lahir seminggu lebih dulu di bandingkan wulan.

Tante dan om Desi sepertinya belum pulang dari kantor. Wulan sedang asyik membaca novelnya. Adiknya, Mulan, mengerjakan tugas di kamar sebelah.

Rumah ini begitu nyaman. Desi sangat rindu suasana kota malang.

Desi mencoba memejamkan mata. Gadis itu menghirup napas dalam dalam, mencoba menghilangkan sesak yang terasa menyumbat paru parunya. Ya Allah, beri aku kekuatan.....

" Mba, bangun! sholat asar dulu".wulan mengguncang tubuh Desi pelan.

Desi mengerjap perlahan. Kelopak matanya enggan terbuka.

"mba, keburu magrib nih. Ayah dan ibu nungguin mba di bawah".

" Iya iya. ya udah, kamu turun duluan aja sana".

Desi segera berwudhu dan menunaikan kewajibannya setelah itu dia turut menemui om dan tantenya.

"Desi, ayo duduk, Nak".

" Assalamualaikum, om tante".Desi tersenyum dan mencium tangan keduanya.

"Maaf ya, sayang, Tante gak bisa jemput di terminal tadi. Kerjaan tante gak bisa di tinggal".

" Iya tante, gak apa-apa "

"Tapi tadi Bobby nganter kamu sampai rumah, kan? "

Hah, Bobby"Eh i.... iya, tante".Desi terpaksa berbohong daripada tante nanti malah banyak bertanya.

" Jadi, kapan kamu tesnya? Besok barengan sama wulan aja cari lokasi tesnya ya. Tano gak bisa nemenin ".

" Tenang aja bu. Besok mba Desi pergi sama wulan, tapi sekalian jalan jalan. boleh, kan? "

Entah dari mana munculnya wulan, dia langsung menyambar ucapan ibunya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!