Dengan langkah berat dan napas tertahan, Mirelsha meraih penutup cermin rias yang tertutup debu. Jemarinya sedikit gemetar saat menyentuh permukaannya, cermin itu menyimpan rahasia yang selama ini enggan dia hadapi. Jauh di dalam hati, Mirelsha belum benar-benar siap untuk melihat bayangan dirinya yang sekarang. Wajah baru. Tubuh baru. Diri yang bukan dirinya ... atau justru versi dirinya yang paling jujur?
Mirelsha menarik napas dalam-dalam, lalu perlahan-lahan mendorong penutup cermin hingga terbuka.
Cahaya remang kamar memantul samar dari permukaan cermin tua, menampilkan sosok yang membuat jantung Mirelsha atau Carissa di dalamnya berdegup keras. Dengan hati-hati, dia maju satu langkah, lalu menutup mata. Dia menunggu. Napasnya tersengal, tubuhnya terlihat tahu betapa menyakitkannya kenyataan yang akan ia lihat.
Saat Mirelsha membuka matanya perlahan, dunia seakan-akan berhenti. Pantulan itu ... mengerikan.
Wajah di cermin tidak hanya asing, tetapi seperti hasil dari sebuah tragedi. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, kulit Mirelsha dipenuhi bekas luka, beberapa mengeras membentuk jaringan parut yang tak simetris. Ada bercak hitam memenuhi sebagian muka, luka lama di rahang, serta bekas luka lain samar yang menodai kulitnya. Bahkan kini, meski luka-luka tersebut tampak sudah tidak aktif, bekasnya cukup untuk menjelaskan mengapa semua orang menjauhi Mirelsha.
“Sungguh … ini lebih parah dari yang kubayangkan,” kata Mirelsha, nyaris tanpa suara. “Tidak heran anak-anak kecil menangis ketakutan saat melihat wajah ini.” Tubuh Mirelsha bagaikan ironi kejam dari para dewa.
Di tengah kehancuran visual tersebut, terdapat anugerah-anugerah tersembunyi. Tubuh Mirelsha tinggi dan semampai, lekuknya halus dan menggoda, proporsinya sempurna, hidung mungil dan mancung, bibir lembut berwarna merah muda alami, serta sepasang mata merah terang yang bersinar tajam dari balik poni panjangnya. Bisa saja dia menjadi model kerajaan jika wajahnya tidak seperti ini
Kemudian Mirelsha menyibak rambut yang menutupi sebagian wajah, memperlihatkan kedua matanya sepenuhnya. Kilau kristal merah menyala terpancar dari iris mata Mirelsha. Apabila wajah ini tak rusak, mata tersebut bisa menjadi daya pikat luar biasa. Keindahan yang nyaris tragis karena tersembunyi di balik keburukan yang tidak diminta.
Dan rambut panjangnya, sedikit ikal, jatuh menjuntai hampir ke paha. Warnanya unik, putih lembut di bagian atas, lalu perlahan memudar menjadi merah tua di ujung-ujungnya. Paduan yang mencolok, eksentrik, serta menghipnotis.
“Sungguh sia-sia semua keindahan ini ….”
Mirelsha memalingkan pandangan dari cermin, hatinya dipenuhi perasaan campur aduk. Muak, marah, bingung, dan juga tergelitik oleh semangat kecil yang mulai menyala di dalam dirinya.
“Aku harus melakukan sesuatu. Hanya saja aku tidak tahu apa pun tentang dunia ini.”
Dengan langkah tergesa dan napas berat, Mirelsha mulai mondar-mandir di dalam kamar. Rasa frustasi membuncah, tetapi di tengah kekacauan pikiran itu ….
Tring!
Sebuah suara nyaring kembali bergema, familiar, dan tetap membuatnya tersentak. Di hadapan Mirelsha, layar hologram biru kembali muncul, perlahan membentuk tulisan-tulisan yang bersinar keemasan. Kali ini, layar itu menampilkan sesuatu yang baru yakni status diri.
[STATUS AKTIF - PENGGUNA: MIRELSHA CAELVERIN]
[Umur: 17 tahun]
[Identitas: Putri Pertama Kekaisaran Caelverin (Status: Diasingkan)]
[Job: Alkemis Kecantikan]
[Skill Aktif: Alkimia, Penilaian Kulit Dasar, Penglihatan Bahan Berharga]
[Kondisi Fisik: Luka Aktif 12%, Luka Parut 78%, Stabilitas Tubuh Lemah]
Mirelsha terdiam.
“Alkemis … kecantikan?”
Kata-kata itu terasa asing, aneh, sekaligus sangat akrab. Dunia ini jelas bukan tempat biasa, Kemampuan-kemampuan yang tertulis di sana menggetarkan nadi-nadi lamanya sebagai dokter kecantikan.
“Aku bisa menyembuhkan wajah ini? Dengan sihir?”
Mirelsha menatap kembali ke cermin, kini dengan sorot berbeda. Bukan hanya kesedihan atau amarah, tetapi tekad.
“Kalau sistem ini benar-benar bekerja, maka aku tidak hanya akan menyembuhkan wajahku, aku akan membangun ulang segalanya. Nama. Harga diri. Bahkan ... kekaisaran ini.”
Dengan kilau merah menyala di matanya, Carissa dalam tubuh Mirelsha akhirnya mulai menerima kenyataan. Ini bukan sekadar kebangkitan. Ini awal dari revolusi. Dan ia, sang Dewi Transformasi, akan membuat dunia ini menyesali perlakuannya.
***
Keesokan pagi, sinar mentari pucat menyusup malu-malu melalui jendela kaca tinggi kastil tua. Di tengah hawa dingin yang masih menggantung di udara, Mirelsha melangkah menuruni tangga menuju dapur.
Perutnya keroncongan sejak fajar, baru sekarang dia sempat keluar kamar sesudah menghabiskan waktu membereskan ruangannya yang seperti tidak pernah disentuh tangan manusia selama berbulan-bulan. Bahkan, hingga saat itu, tak satu pun pelayan datang untuk menawarkan bantuan atau sekadar mengantarkan sarapan, dia benar-benar tidak diakui sebagai penghuni kastil.
Begitu tiba di ambang dapur, suara riuh tawa dan obrolan menyambut Mirelsha. Sekelompok pelayan wanita tampak duduk santai di meja panjang, menikmati sarapan lengkap dengan roti hangat, potongan daging asap, dan anggur manis. Saat menyadari kehadiran Mirelsha, percakapan mereka terhenti sejenak, hanya untuk digantikan oleh cemoohan yang lebih tajam dari pisau dapur.
“Lihat siapa yang datang ... si makhluk malam akhirnya kelaparan,” ujar salah satu pelayan, bibirnya menyeringai lebar.
“Monster buruk rupa itu ternyata masih hidup, ya?” sahut yang lain, tawa mereka menggema sinis.
Ejekan demi ejekan meluncur tanpa rasa bersalah. Mirelsha tidak menanggapi. Wajahnya datar, tenang, dan tidak menunjukkan amarah sedikit pun. Dia berjalan melewati mereka dengan langkah ringan dan kepala tegak, seakan-akan tidak ada yang mengganggunya.
Dengan gerakan anggun, ia mengambil sepotong roti gandum dari rak, mengolesinya perlahan dengan selai cokelat, lalu duduk di meja kosong di sudut ruangan. Mirelsha menikmati sarapannya dalam diam, tidak satu pun dari tatapan merendahkan itu ia balas. Mirelsha memilih untuk menjaga wibawa dirinya sendiri, bahkan ketika dunia memperlakukannya sebagai sampah.
Akan tetapi, ketenangan itu justru menyulut amarah mereka.
“Dia pikir siapa dirinya? Bisa-bisanya duduk dan makan tanpa izin?”
“Kau pikir dengan bersikap elegan seperti itu, wajahmu jadi tidak menjijikkan?”
Salah satu pelayan mendekat dengan langkah congkak, menatap Mirelsha dari ujung kepala hingga kaki dengan tatapan jijik.
“Hm ... bau busuk apa ini? Sepertinya dari arah meja ini,” tutur dia keras-keras agar semua orang mendengar.
Pelayan lain menyusul, membawa ember logam berisi air yang entah dari mana asalnya, bau amis dan kotor menguar dari dalamnya.
“Kalau begitu, biar kubantu kau mandi, Tuan Putriku.” Dia menuangkan seluruh isi ember itu ke atas kepala Mirelsha.
SPLASH!
Air kotor itu mengguyur rambut panjang dan gaun lusuh Mirelsha. Cipratannya menyebar ke lantai, membasahi roti di tangan gadis tersebut, dan membasahi kulit pucatnya yang dingin oleh udara pagi. Para pelayan pun meledak dalam gelak tawa.
“Ups ... maaf! Aku lupa itu air bekas cucian panci dapur semalam!” seru mereka penuh olok-olok. “Tetapi jangan khawatir, paling tidak sekarang bau busuknya lebih merata!”
Tawa mereka memekakkan telinga. Namun, Mirelsha tak bergeming. Dia meletakkan roti yang telah basah ke piring dengan sangat perlahan. Kemudian dengan tenang, dia berdiri. Air menetes dari ujung rambut dan gaunnya, membentuk genangan kecil di lantai batu.
[Misi Hari Ini: Tegakkan harga dirimu. Lukai wajah pelayan yang baru saja menyiramkan air kotor ke badanmu.]
[Hadiah: Ensiklopedia Alkemis Kulit & Kecantikan.]
Suara khas dari sistem kembali menggemakan notifikasinya di telinga Mirelsha. Kalimat yang terpampang membuat sudut bibirnya perlahan terangkat. Kali ini, tidak ada kemurahan hati. Tidak ada pengampunan. Misi ini datang di saat yang sangat tepat, seolah-olah semesta pun mulai mengakui kemarahannya.
Mirelsha menyeringai seraya bergumam, “Sangat menyenangkan, sistem tahu apa yang kuinginkan.”
Tanpa sepatah kata pun, Mirelsha melangkah pelan ke meja dapur terdekat. Tangannya terulur anggun, mengambil sebilah pisau dapur. Cahaya matahari pagi yang masuk dari jendela memantulkan kilau tipis dari logamnya.
Mirelsha melangkah cepat ke arah pelayan yang tadi mengguyur air kotor padanya. Tanpa menunggu aba-aba, Mirelsha mengayunkan gagang pisaunya dan ujung tajam pisau tersebut berhasil menciptakan luka dalam di wajah pelayan itu.
“AAAAARGHHH!!”
Pelayan itu jatuh terduduk, memegangi pipinya yang mulai mengucurkan darah. Tangisnya pecah karena sakit serta syok yang dia terima. Sementara itu, pelayan lain tidak ada yang berani bergerak. Gelak tawa tadi mendadak berubah menjadi ketegangan.
“Kenapa menangis? Padahal aku belum selesai mengukir wajah indahmu. Tenang saja, aku akan membuat wajahmu menjadi sangat indah dan menarik.”
Pelayan tersebut beringsut mundur, berupaya menjauhi Mirelsha.
“T-Tidak … Y-Yang Mulia, ampuni saya. Tolong ampuni saya.”
“Hah? Apa? Aku tidak bisa mendengarmu.”
Sungguh, ekspresi Mirelsha terlihat begitu kejam. Mereka tidak pernah menyaksikan Mirelsha seperti ini. Kini atmosfer ruang dapur terasa amat berat. Mirelsha tak menunjukkan sedikit pun belas kasihan.
“Saya akan melakukan apa saja untuk menebus kesalahan—”
“Omong kosong!” Sekali lagi Mirelsha melukai wajah pelayan tersebut.
Sekali, dua kali, hingga tiga kali. Mirelsha berhasil menorehkan banyak luka mengerikan di permukaan wajah si pelayan sampai membuatnya menjerit kesakitan lalu pingsan di tempat akibat kehabisan darah.
“Senang sekali rasanya,” ucap Mirelsha tertawa lega.
Kemudian lirikan mautnya berganti arah ke para pelayan lain yang sedang mematung karena takut. Mirelsha memandang mereka satu per satu sembari mengarahkan ujung pisaunya.
“Dengar baik-baik! Aku bukan lagi putri cacat yang bisa kalian injak sesuka hati. Sekali lagi ada yang mempermainkanku, maka akan aku buat kalian menjadi seperti dia, bahkan bisa lebih dari ini.”
Kemudian Mirelsha meletakkan pisau kembali ke meja dengan bunyi logam pelan yang justru terdengar lebih mencekam dibanding jeritan tadi.
[Selamat! Anda telah menyelesaikan Misi: Tegakkan Harga Dirimu.]
[Hadiah telah diterima.]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Wahyuningsih
thor buat Mirelsha badas abiz biar mkin seru
2025-09-27
  0