5_Bolos MK

Raya di buat bingung dengan tindakan pria yang kini sedang menggandeng tangannya, menariknya entah mau dibawa kemana. Raya terus mengikuti langkah pria itu, kakinya sedikit berlari agar bisa mengimbangi langkah besarnya.

Mata Raya melirik kekiri dan ke kanan, entah perasaanya saja atau tidak. Ia merasa kini semua orang sedang memperhatikannya, mungkin yang lebih tepatnya memperhatikan pria yang sedang menggandeng tangannya.

BRUUKKK

" Issss lo yah? Udah narik tangan gue tanpa izin,  berhenti juga mendadak, mau lo apa sih? Sakit nih jidat Gue!" Raya mengusap keningnya yang terasa sakit karena menabrak punggung milik pria itu.

Raya mendengus melihat pria yang membuat keningnya terasa sakit itu tidak menggubris ucapannya. Bahkan pria itu malah asik duduk membiarkan Raya betah pada posisinya.

" Mimpi apa gue semalam? Perasaan gue gak mimpi apa-apa, tidur juga cuma dua jam, kan gue baru landing. Tapi kenapa hari ini gue apes banget ya?" Raya mendumel, matanya melirik kearah pria yang tadi menarik tangannya, tatapan keduanya saling bertemu dan bertahan untuk beberapa detik.

" APA?" Tanya Raya sewot. Ia tidak senang ketika ada orang yang berani mengusiknya seperti ini. Ia lelah, Ia butuh waktu untuk mengembalikan staminanya yang terkuras habis karena harus meladeni perdebatan dengan kedua kakaknya itu.

" Duduk!"

Raya melotot tak percaya dengan mulut sedikit terbuka. Beberapa kalimat yang terlontar dari bibir ranumnya tapi hanya di balas dengan satu kata, sungguh pria ini benar-benar menguji kesabarannya.

" Lo kurang pinter apa gimana sih? Gimana gue mau duduk coba, tangan lo aja gak mau lepas dari tangan Gue!"

" Tinggal duduk aja kok ribet!"

" Apa?" Tanya Raya " Heh cowok tanpa nama, lo bilang apa tadi? Duduk aja pake ribet? Nih gara-gara ini gue ribet! Tangan lo yang nempel terus di tangan Gue. Jadi susah gue duduknya. Tuh kan susah!" Raya berusaha untuk duduk tapi susah karena tangannya masih belum terlepas dari cekalan pria itu membuat Dia sulit untuk duduk dengan tangan yang terus di genggam.

" Siapa suruh duduk di depan Gue!"

" Terus gue duduk dimana Dodol?" Geram Raya dengan kesabaran yang sudah menipis.

" Di samping gue!"

" Apa?!" Mata Raya melotot sempurna " Lo modus ya? Dari kelas narik narik tangan gue, sekarang tangan lo gak mau lepasin tangan gue juga, dan barusan lo juga nyuruh gue duduk di samping lo? Mimpi kali lo? Hello cowok rese tanpa nama bangun woi udah siang!" Raya menjentikkan jarinya sebanyak tiga kali tepat di depan wajah Pria itu.

"Lo denger gue gak sih?" Dengus Raya dengan sedikit meninggikan nada suaranya " Tangan lo gak pegel apa? Tangan gue pegel nih. Mana sakit lagi!" Raya masih berusaha untuk melepaskan cekalan tangannya dari pria itu. Tangan mereka saling tarik menarik di Atas meja kantin karena Posisi Duduk mereka yang saling bersebrangan.

" Duduk di samping Gue. Baru gue lepasin!" Ucapnya singkat dan padat.

" Nih udah. Sekarang lepasin tangan lo dari tangan gue!" Sewot Raya. Kini Raya sudah duduk di samping pria itu. Sesuai dengan ucapannya pria itu menepati janjinya.

" Eh ada den Shaka, Den Shaka mau pesen apa?" Seorang pria baruh baya datang menghampiri meja mereka, dapat Raya pastikan pasti pria itu pedagang di kantin ini.

" Seperti biasa mang!" Raya melihat kearah Pria yang duduk di sampingnya yang baru saja di panggil Shaka. Pria itu berucap datar namun sopan dan yang di panggil Mang oleh Shaka pun hanya mengganggukkan kepala dengan enyum ramahnya.

" Eh Ari ini teh siapa mani geulis pisan, pacarnya si aden Shaka ya?" Tanyanya pada Raya.

" Eh bukan pak, saya mahasiswa baru. Dan kebetulan saya baru masuk hari ini." Raya tersenyum melihat pria paruh baya itu Mengangguk mengerti.

" Ouh mahasiswa baru, pantesan mamang teh gak pernah liat si eneng sebelumnya. Subhanallah mani geulis pisan si eneng teh, pantesan si aden ke pincut, baru kali ini neng si aden Shaka  duduk bareng cewek."

" Serius?" Raya menatap Shaka dan mamang itu bergantian.

" Seribu rius malah neng. Udah tahunan mang Tejo jualan di sini dan baru kali ini si Aden bawa cewek buat makan bareng. Mana Awewena geulis pisan dei. Bikin cewek di luar sana patah hati" Jelasnya.

" Jangan gibah. Udah sana buatin pesenan Shaka, laper nih!" Usirnya pada mang Tejo. Raya hanya mengangkat alisnya setengah melihat ekspresi Shaka yang berubah lebih dingin dari sebelumnya.

" Iya den ini juga mau di buatin. Ouh Iya si eneng....."

" Raya, nama saya Raya pak." Ucap Raya memperkenalkan diri.

" Raya, nami na si neng teh Raya?" Raya mengangguk kecil.

" Nami na geulis pisan siga nu gaduhna. Nya neng Raya, kalo Neng teh mau pesen apa?"

" Menunya Ap...."

" Samain aja Mang!"

" yaudah mamang buatin dulu, di tunggu nyah."

Raya mendengus ketika ucapannya di potong oleh pria yang ada di sampingnya itu. Dan Raya semakin kesal ketika pria itu masih betah pada posisinya dengan tampang tak berdosanya.

Tidak lama kemudian makanan yang di pesan mereka pun datang. Mang Tejo mempersilahkan mereka untuk menikmatinya dan Ia undur diri karena masih ada pesanan yang lainnya.

Raya menatap seporsi bakso lengkap dengan sayuran dan bihun. Di tambah segelas es jeruk yang terlihat menyegarkan tenggorokannya yang kering. Makanan yang sama terdapat tepat di depan Shaka, Ia sedang menuangkan kecap dan saus pada mangkuk baksonya.

" Nama lo Shaka kan?" Shaka mengangguk sambil mengaduk Baksonya.

" Emmm kayaknya gak perlu nyebutin nama gue lagi deh, gua rasa lo pasti tadi sempat denger pas gua perkenalan di kelas." Shaka kembali menganggukkan kepalanya, sesekali pria itu menyuapkan Bakso pada mulutnya sendiri. Raya hanya bisa kembali mendengus melihat respon Mondy yang hanya menganggukkan kepalanya.

" Ouh iya dua cowok yang tadi kenalan sama gue temen lo ya?"

" Hem!"

" Terus kenapa lo gak ngajak mereka? Merekakan teman lo? Ouh iya gara-gara lo juga gue ninggalin temen gue juga. Lo sih rese jadi cowok, gue kan jadi gak enak sama mereka!" Kata Raya memanyunkan bibirnya.

" Kalo gak enak kasih sama kucing!"

" Iisss sumpah lo rese banget sih jadi orang! Nyebelin!" Dengus Raya semakin bete " Sodara bukan, temen bukan, kenal juga baru tadi. Tapi lo, main tarik-tarik aja tangan gue. Udah kaya orang mau nyebrang aja, gandengan sih gandengan tapi gak di seret juga kan? Lo kan Cowok, nah gue cewek pasti langkahnya beda lah. Untung aja gue bisa ngimbangin langkah kaki lo yang panjang itu. Kalo kagak? Gue gak bisa bayangin apa lagi yang akan terjadi!"

" Gak usah di bayangin gitu aja ribet!"

Raya geram. Raya sudah tidak tahan lagi dengan Pria yang ada di sampingnya itu. Apasih maunya Pria itu? Setiap pertanyaan Raya hanya di jawab dengan Anggukan atau dehemen. Sekali ngejawab dengan ucapan malah nyakitin. Walaupun hanya beberapa kata, tapi kata katanya itu Jleebbb sumpah bikin hati dan kepala Raya panas karena emosi yang tertahan.

" Apa liat-liat?" Tanya Raya dengan wajah kesalnya. Raya menekuk wajahnya masam, kepalang kesal Dia tidak peduli dengan penilain Pria itu tentang Dirinya. Tangannya terus mengaduk Bakso yang belum di makannya sesuap pun.

" Kok gak di makan? Gak suka?"

Raya menggelengkan Kepalanya " Suka, Tapi ada mie kuningnya, gue gak suka mie kuning." Tutur Raya yang terus mengaduk baksonya.

" Yaudah gak usah di makan mie kuningnya!"

" Tapi sayang kalo gak di makan, mubazir tau. Lo sih gak nanya dulu sama Gue. Coba aja kalo lo nanya? Gue suka Bakso, tapi Gue gak suka sama mie kuningnya"

" Tapi yang lainnya suka kan?" Raya mengangguk.

" Yaudah ke mangkuk gue 'in aja mie kuningnya!"

" Serius?" Shaka mengangguk.

" Aaaa... Makasih. Alhamdulillah akhirnya Gue gak bikin nih mie kuning nangis gara-gara gak gue makan. Makasih ya!" Raya tersenyum manis. Sangat manis, bahkan senyumannya itu mampu membuat bibir Shaka tertarik kearah berlawanan, membuat sebuah lengkungan. Yah walaupun hanya sesaat tapi itu sudah membuat keajaiban bagi Shaka yang sulit untuk tersenyum.

Raya memindahkan mie kuning miliknya kedalam mangkuk Shaka. Raut wajah gadis itu tidak semasam tadi, bahkan kini tercetak dengan jelas senyuman tipis yang bertengker indah di wajahnya.

Tanpa Raya sadari, sedari tadi Shaka terus memperhatikannya. Iya tidak sedetik pun memalingkan wajahnya dari hadapan Raya. Gadis itu terlihat lucu dan menggemaskan dengan mulut penuh makanan. Raya sangat berantusias sekali menikmati Bakso buatan Mang Tejo.

Di sela sela menikmati baksonya, Raya teringat perkataan Mang Tejo mengenai Shaka yang baru pertama kali makan dan duduk bersama seorang perempuan. Raya pun menoleh cepat kearahnya.

" Emm Mengenai Lo......"

Raya tidak bisa meneruskan perkataannya karena Shaka menyuapinya dengan Bakso ukuran bulat tanpa di potong terlebih dulu. Mulutnya penuh dan cukup sulit untuk mengunyah bakso itu. Raya mengumpat dalam Hati! Demi apapun baru kali ini ia kesulitan saat makan Bakso dan itu karena Pria yang baru saja ia kenal dan pria itu adalah Shaka.

" Apa? Mau marah? Lagian lagi makan juga ngomong mulu gak baik. Jangan di biasain!"

Niat Raya yang ingin memarahi Pria yang ada disampingnya itu hilang begitu saja setelah mendengar penjelasan darinya. Yang diucapkannya memang benar dan Raya tidak bisa membantahnya. Mungkin jika Ayah dan Kedua kakaknya yang berada di posisi Shaka, merekapun akan berkata seperti itu.

" Kenapa lagi?" Shaka melihat Raya yang tidak menghabiskan Baksonya. Terlihat masih setengah porsi yang berada di mangkuknya itu.

" Gue kepikiran temen temen Gue, perasaan tadi mereka ngajak gue ke kantin tapi kenapa sampe sekarang batang hidung mereka gak keliatan ya?" Raya mengedarkan matanya melihat ke sekelilingnya mencari dua sosok sahabatnya.

" Udah gak usah dipikirin. Mereka udah pada gede mereka juga kan mahasiswa lama. Jadi lo gak usah khawatir mereka ilang Atau nyasar"

Raya menatap Shaka yang sedang asik meminum esnya " Lo tuh ya? Isss Tau Ah nyebelin!" Raya kembali memakan Baksonya itu. Dimakannya secara kasar sehingga membuat Pria yang ada di sampingnya tersenyum tipis melihat aksi lucu gadis di sampingnya.

" Tunggu disini gue bayar dulu!"

" Nih uangnya!" Raya menyerahkan uang berwarna merah selembar pada Shaka.

" Gak usah, lo tunggu aja di sini!"

Terjadi perdebatan antara keduanya. Raya bersikeras ingin membayar pesananya sendiri, sedangkan Shaka terus menolak uang Raya dan Ia juga bersikeras ingin membayar pesanan milik Raya. Akhirnya perdebatan pun berakhir dengan hasil Raya yang menekuk kembali wajahnya dan perdebatan itu di menangkan oleh Shaka.

Tidak lama kemudian Shaka kembali menghampiri Raya. Alisnya terangkat setengah saat melihat gadis itu menelungkupkan wajahnya diatas meja dengan tangan sebagai bantalannya.

" Ray, Raya!" Shaka menepuk pelan bahu Raya tapi Raya tidak meresponnya.

" Ni Bocah kenapa Ya? Ngambek apa gimana?" Gumamnya pelan.

Shaka kembali menepuk pelan bahu Raya, tapi hasilnya masih sama gadis itu tidak meresponnya. Tidak ada cara lain, Shaka pun merangkuh kedua pundak Raya dan berusaha membangunkannya. Shaka berusaha membuat Raya duduk dan " Eh!" Ia terkejut saat kepala Raya jatuh pada bahunya. Gadis itu terpejam dengan deru nafas yang teratur. Untung tangan Shaka menahan bahunya kalau tidak mungkin Raya akan terjungkal kebelakang.

MK akan mulai sebentar lagi, tapi melihat Raya yang tidur pulas dengan wajah lelahnya, Shaka mengurungkan niatnya yang ingin membangunkan Raya. Satu persatu mahasiswa lainpun meninggalkan kantin, menyisakan Shaka dan Raya saja. Sesekali Raya menelusupkan atau membenarkan posisi tidurnya agar terasa lebih nyaman.

Shaka tersenyum melihat wajah Raya yang terlihat lebih tenang dan damai saat tidur seperti ini. Rasa pegal di bahunya karena menahan beban berat tubuh Raya pun Ia abaikan begitu saja. Shaka tidak pernah memalingkan wajahnya dari sosok Raya, ia terus memandangi wajah cantik milik Raya sehingga tidak terasa waktu terus berjalan sehingga berjam jam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!