"Stop! Berhenti disini Chiko! Turunkan aku disini!"
Ditengah perjalanan, Tania menjerit minta turun dari atas motor matic yang dikendarai Chiko.
Chiko yang sedang fokus membonceng Tania, jadi hilang konsentrasi karena Tania terus menjerit dan memukul pundaknya dari belakang.
"Apaan sih Tan, bisa nggak kamu tuh duduk manis saja kalau kubonceng," gerutu Chiko yang jadi susah mengendarai motornya dengan tingkah Tania yang rusuh.
"Pokoknya aku mau turun! Berhenti nggak!" teriak Tania kesal.
Chiko mengutuk dalam hati. Reaksi Tania yang berubah drastis, bikin Chiko pusing. Padahal, tadi dia kelihatan sangat senang melihat kedatangan Chiko. Chiko masih terbayang ekspresi Tania yang gembira dan langsung naik ke atas motornya tanpa mempedulikan Pak Rudi yang menawarkannya naik mobil mobil mewahnya.
"Kalau kamu turun disini, kamu mau pulang pake apa?" tanya Chiko tetap melajukan motor maticnya dengan kecepatan sedang.
"Terserah! Aku bisa pulang naik angkot atau gojek!" jawab Tania ketus bukan main.
"Ya udah, aku turunin kamu di persimpangan sana!" Chiko jadi ikut-ikutan kesal.
Bibirnya maju lima senti menunjuk persimpangan yang tak jauh dari jalan yang mereka lewati. Dengan gusar, Chiko mempercepat laju motor maticnya.
"Aww...!"
Tania memekik lirih, saat Chiko memutar gas lebih kuat. Tubuhnya terhuyung mundur dan maju kedepan, hingga dadanya terbentur menabrak tulang punggung Chiko yang keras.
BUGH!
Satu pukulan keras mendarat tepat dipundak Chiko sehingga pemuda tampan itu meringis antara nyeri dipunggung dan geli yang menggelitik hatinya.
"Dasar mes um!" maki Tania semakin kesal dan marah pada Chiko.
Chiko nyengir sendiri tanpa setahu Tania. Dia merasa puas, karena bisa mengerjai perempuan yang galaknya enggak ketulungan itu.
CIIIT...
BRUK!
Lagi-lagi bagian depan tubuh Tania terhuyung kedepan menabrak tulang punggung Chiko saat pemuda tampan itu sengaja menekan rem mendadak di persimpangan jalan.
Tania bergegas turun dari motor Chiko dengan wajah masam dan langsung menyerang Chiko dengan cubitan dan cakaran.
"Kamu sengaja 'kan, kamu mau balas dendam sama aku ya!?" teriaknya penuh histeris disela serangannya yang membabi buta.
"Lagian..., kamu tuh ngomel-ngomel terus, sewot..., aja dari tadi," sahut Chiko berupaya menangkis serangan Tania yang datang bertubi-tubi.
Ada beberapa pasang mata yang memperhatikan kelakuan mereka berdua. Chiko jadi malu sendiri.
"Udah ah, marahnya. Malu, diliat orang rame." Ujar Chiko setengah berbisik pada Tania yang masih belum sadar diperhatikan orang banyak.
Serangan Tania terhenti seketika. Matanya berpendar menatap jengah pada beberapa orang yang berada disekitar persimpangan itu.
Maklum, wilayah itu memang cukup ramai dengan orang berlalu lalang. Kebetulan, lokasinya ada banyak pertokoan juga.
Tania jadi malu dan canggung sendiri, saat orang-orang itu kasak kusuk dan memandangnya dengan pandangan aneh . Entah apa yang membuat mereka memandangi Tania seperti itu. Tania belum sadar, kalau ada yang salah pada dirinya.
"Kamu yakin, nungguin angkot disini tanpa sepatu?" tanya Chiko melirik kaki Tania sekilas dan berlagak sok cuek.
Tania menatap kakinya yang mulai kotor karena menginjak tanah dengan perasaan gundah. Chiko benar, dia tak mungkin naik angkot dengan keadaan seperti orang gila.
"Jangan ngeyel terus kenapa sih Tan, tinggal duduk manis di belakangku, aku siap ngantar kemana saja kamu mau. Ke neraka aja aku mau, apalagi ke surga. Aku siap, asal bareng sama kamu," goda Chiko membujuk Tania agar tidak banyak tingkah.
"Huh! Gombal. Dasar playboy kelas teri!" Tania melenguh, mencibirkan bibirnya mendengar kalimat Chiko yang penuh gombalan.
"Tapi kamu suka 'kan?" goda Chiko jadi kumat usilnya melihat Tania yang menyembunyikan senyuman dibalik mulutnya yang judes.
"Bheuh, ge-er!" Tania menunjukan ekspresi mual pada Chiko yang hanya tertawa lebar menanggapi sikap Tania.
"Hahahahaha, cepetan naik! Aku antar kamu beli sepatu baru di toko sana!" Desak Chiko menyuruh Tania kembali naik keatas motor maticnya seraya menunjuk ke suatu arah dengan bibir tipisnya yang seksi kemudian menyalakan starter motor maticnya dengan semangat 45.
Mau tak mau, dengan terpaksa dan berat hati, Tania kembali naik keatas motor matic milik Chiko. Tania tak punya pilihan lain, selain mengikuti keinginan pemuda itu, asalkan dia sampai dirumahnya dengan selamat dan tentu saja tidak nyeker.
***
Didepan sebuah toko sepatu, Chiko menghentikan kembali motor maticnya dan menaruhnya diparkiran pinggir jalan.
"Yuk, turun!" kali ini, Chiko lah yang menyuruh Tania turun dengan paksa dari motornya.
Perempuan cantik itu, seakan enggan mengikuti Chiko yang sengaja mengajaknya masuk ke sebuah toko yang cukup bagus dan punya koleksi sepatu yang harganya lumayan mahal.
"Ayyo, masuk!" paksa Chiko mendorong bahu Tania agar masuk kedalam toko itu.
Tania yang cuma bengong, terpaksa mengalah masuk kedalam toko dan mengikuti langkah Chiko yang menyeretnya ke dekat rak sepatu wanita yang tertata rapi dan cantik.
"Kamu mau yang ini nggak?" tanya Chiko seraya mengulurkan sebuah sepatu berwarna coklat dengan hiasan permata kecil ditengahnya.
Tania menatap sepatu yang diulurkan Chiko dengan seksama.
"Gila, 400 ribu." Jerit Tania dalam hati.
Mata Tania membesar melihat harga sepatu yang disodorkan Chiko barusan. Tanpa bicara, Tania menggeleng dan mendorong tangan Chiko agar pemuda itu menaruh sepatu yang harganya cukup merobek kantong itu agar kembali ke tempatnya.
"Yang ini, kamu suka nggak?" Chiko menyodorkan lagi, sebuah sepatu berwarna putih yang terlihat cantik dengan pita berhiaskan permata.
Lagi-lagi Tania menggeleng setelah melihat bandrol harganya yang sama saja mengurangi seperlima gaji bulanannya. Bukan Chiko namanya, kalau dia jadi putus asa dengan penolakan Tania dari sekian banyak sepatu yang ia sodorkan.
"Nah, yang ini, kamu suka nggak?" Chiko menunjukan sepatu berwarna hitam polos yang tampak elegant.
Tania menggeleng lagi. Sepatu-sepatu itu sangat mahal. Tania tidak suka pemborosan. Seharusnya Chiko tidak membawanya ke toko yang bagus seperti itu. Tania lebih senang belanja di kaki lima. Disana juga ada banyak model sepatu yang bagus, walau harganya murah meriah.
"Kita pulang aja yuk Chik, dirumah stok sepatuku masih ada kok, aku rasa, aku nggak butuh sepatu baru." Ajak Tania mulai risih dengan tatapan karyawan toko yang memperhatikan gerak-gerik mereka sedari tadi dengan tatapan penuh kecurigaan.
"Nggak bisa, kamu harus pilih dulu sepasang sepatu. Jangan khawatir, aku yang bayarin." Chiko memaksa Tania untuk memilih salah satu sepatu yang terpajang.
Akhirnya, Tania memutuskan untuk membeli sepasang sepatu yang diluar nalar pemikiran Chiko. Sepasang sepatu kets berwarna putih yang tidak terlalu mahal.
"Kamu yakin, yang ini?" tanya Chiko bingung.
"Hooh, yakin." Sahut Tania mengangguk mantap.
Tak mau berdebat lagi, Chiko bergegas membawa sepatu itu ke meja kasir dan membayarnya.
"Nggak usah dibungkus mbak, mau langsung dipake." Ujar Chiko melarang karyawan toko memasukkan sepatu itu kedalam kantong plastik.
Chiko mengambil sepasang sepatu itu dari tangan karyawan toko dan menarik tangan Tania menuju sebuah bangku yang ada disudut toko.
"Duduk sini, biar ku pasangkan." Perintah Chiko menekan bahu Tania, memaksanya agar segera duduk dibangku itu.
Tanpa mempedulikan ekspresi wajah Tania yang berubah kaget, Chiko membersihkan telapak kaki Tania yang kotor dengan tangannya dan memasangkan sepatu itu ke kaki Tania.
DEG... DEG ...DEG...
Degup jantung Tania seketika tak beraturan. Matanya terus memperhatikan gerak gerik Chiko yang konsentrasi mengenakan sepatu ke kakinya.
"Okey, selesai. Ayo pulang!" Ajak Chiko kemudian mengangkat kepalanya melihat ke wajah Tania.
DEG!
Tak sengaja sorot mata mereka berdua bertemu pandang. Membuat jantung Tania kembali berdegup kencang. Tania buru-buru mengalihkan pandangannya, malu, ketahuan sama Chiko.
Padahal, semua itu percuma. Chiko sudah terlanjur melihat ekspresi wajah Tania yang memerah menahan malu. Pemuda itu hanya tersenyum simpul dan berpura-pura tak melihat ekspresi Tania.
"Ta-ni-a?"
Sebuah suara yang terdengar berkharisma menyebut nama Tania, membuat Chiko dan Tania berpaling ke arah pintu masuk toko yang baru saja dimasuki seorang lelaki misterius yang memakai Hoodie putih, serta masker hitam menutupi wajahnya hingga sulit untuk dikenali dari jarak jauh.
*****
POV CHIKO
Aku sudah jatuh cinta padamu saat pertama kali kita bertemu. Waktu itu kita nyaris tabrakan di depan pintu masuk perusahaan karena sama terburu-buru. Aku baru tahu kalau kamu berniat melamar pekerjaan setelah melihat profilmu ditumpukan map para pelamar kerja.
Meskipun aku sempat adu debat sedikit dengan pak Rudi, akhirnya kamu bisa diterima bekerja tanpa kamu sadari betapa sulitnya dulu, aku meyakinkan batu karang itu agar kamu bisa mendapat jabatan sekretaris dengan ijazahmu yang cuma lulus diploma.
Aku sudah melakukan berbagai cara untuk merebut perhatianmu dan berjuang keras menunjukan perasaan cintaku. Tapi seringkali kamu abaikan. Kamu selalu menganggap aku tak pernah ada Tania.
Kadangkala aku lelah dan ingin berhenti untuk mengejar mu. Namun, sesekali ada hal yang masih membuatku penasaran padamu. Saat bibirmu menyuruhku pergi, tatapanmu justru tak rela aku menjauh darimu. Apakah itu hanya rasa percaya diriku saja? Aku sulit memahami bahasa tubuhmu yang membenciku namun terkadang seolah membutuhkanku.
Entah sampai kapan kesabaranku akan bertahan Tania.
*****
Siapakah pria tampan yang berpenampilan misterius itu? Kenapa dia bisa mengenal Tania?
.
.
.
BERSAMBUNG
Terus pantau kelanjutannya ya guys...
JANGAN LUPA LIKE dan KOMEN 🤭
THANKS FOR YOUR LIKE, KOMEN, GIF, VOTE DAN YANG UDAH KASIH ⭐⭐⭐⭐⭐
LOPE SEKEBON DAH 😍🥰🌹🌹🌹🌹🌹❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Paling si bos na tuh pak budi 😄
2025-07-03
2
HNP
Chiko di pikiran ku adalah, dylan Wang sih, kok jadi berbelok ngehalu in Koko satu aktor China ini/Drool//Drool//Drool/
2025-07-09
1
R 💤
wahhh, pinter bgtt si Chiko cari celah wkwkwk
2025-07-06
1