Bertemu Ada Wong dan Luis Sera

Namun, alasan utama Rian berlari bukan hanya karena kalah jumlah.

Untuk pertama kalinya sejak memiliki Six Eyes, Rian melepas kacamata berlensa sangat hitam saat bertarung.

Akibatnya, informasi yang membanjiri otaknya bagaikan badai tanpa henti: suhu, suara, gerakan, tekanan udara, hingga pergerakan setiap makhluk di sekitarnya.

Hanya dalam hitungan menit, rasa pusing menusuk pelipisnya. Migrain hebat datang seperti gelombang besar menghantam keras.

Terlebih, para Ganado terus bermunculan tanpa henti, seolah tanah desa ini melahirkan mereka. Ditambah, suasana semakin mencekam saat seorang Ganado dengan chainsaw muncul.

Beruntung, meski terseok, Rian masih bisa terus berlari.

"Kenapa dunia ini begitu kejam pada laki-laki tampan seperti aku..." desis Rian sambil tetap berlari, wajahnya menahan nyeri tapi tetap memesona.

"Terlebih, misi pertama belum selesai! Masih 40 Ganado yang harus dibunuh," gumam Rian dengan jengkel, "Dan Chainsaw menyebalkan itu..."

Selain itu, alasan Rian kabur juga karena kehadiran Ganado dengan Chainsaw sebagai senjatanya. Dengan Rian yang hanya menggunakan pisau sebagai senjata, melawan Ganado itu adalah tindakan yang bodoh.

Namun, karena terlalu lama berlari, napas Rian mulai terengah-engah, dadanya naik-turun cepat. Keringat mengalir deras dari pelipis hingga dagu. Butiran-butirannya terhempas di udara, nyaris seperti adegan iklan minuman isotonik yang dramatis.

Tak lama setelah terus berlari sambil dikejar puluhan Ganado, Rian melihat sebuah jembatan gantung tua yang membentang di atas jurang.

Tanpa pikir panjang, Rian segera menyeberanginya meskipun papan-papannya berderit di bawah pijakannya.

Begitu mencapai sisi seberang, langkah Rian terhenti. Ia menoleh ke belakang dan mendapati pemandangan yang ganjil.

Para Ganado berdiri diam di ujung jembatan, terdiam saja. Tak satu pun dari mereka berani melangkah maju.

"Hmm? Kenapa mereka tidak menyusul?" gumam Rian dengan alis berkerut.

Tatapan Rian menajam, menganalisis situasi. "Apa... ada sesuatu yang menahan mereka? Perintah dari Spesies Dominan, mungkin?"

Rian menghela napas pelan, matanya masih menatap kerumunan Ganado di kejauhan. “Apa pun alasannya... setidaknya, laki-laki tampan ini diberi waktu untuk bernapas,” gumamnya ringan.

Ia berbalik, pandangannya kini tertuju pada jalan kecil di depan. “Dan sepertinya... di sana ada seseorang yang bukan Ganado.”

Dengan napas yang mulai stabil, Rian mengeluarkan cermin kecil dari saku kemejanya dan bercermin sejenak, melangkah tanpa tergesa.

Senyum miring menghiasi wajah Rian. “Mari kita lihat... apakah dia wanita cantik yang akan memuji ketampananku atau bukan.”

Seketika, ekspresinya berubah serius. “Berhati-hatilah, Rian,” bisiknya dengan nada berat.

Rian menjawab dirinya sendiri dengan nada santai, “Tentu saja.”

Dan begitulah, Rian kembali melangkah, masih dengan cermin di tangan dan berbicara pada bayangannya sendiri.

***

Di tebing rendah yang mengarah ke jalan setapak di bawah, berdirilah seorang wanita cantik berambut pendek. Ia mengenakan pakaian merah, celana hitam, dan sepatu hak tinggi berwarna senada.

Saat ini, wanita itu tengah berbicara melalui walkie talkie di tangannya.

“Tenang saja, semuanya berjalan sesuai rencana. Amber akan segera kudapatkan,” ucap wanita itu dengan tenang dan yakin.

“Ada, pastikan kau tidak hanya sekadar bicara,” balas suara dari seberang, nada suaranya tegas dan penuh tekanan.

Wanita itu tak lain adalah Ada Wong, dan suara di seberang sana tampaknya milik atasannya.

Beberapa saat kemudian, setelah meyakinkan lawan bicaranya, Ada menghela napas perlahan, lalu menurunkan walkie talkie-nya dan menyelipkannya ke tas paha di samping kakinya.

Dengan gerakan halus namun tegas, Ada mengambil pistol dari holster, lalu berbalik dan mengarahkannya ke semak rimbun di belakang.

“Apa kau sudah puas mengintip?” tanya Ada dengan tajam, sorot matanya tak kalah dingin dari moncong senjatanya.

Dari balik semak-semak rimbun, seorang pemuda muncul perlahan. Rian mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi, memberi isyarat bahwa dirinya bukan ancaman.

Dengan nada ringan dan pelan, Rian berujar, “Laki-laki tampan ini pikir sudah bersembunyi dengan sangat baik…”

Ada mengerutkan kening, matanya menyipit, menimbang pria aneh yang muncul dengan santai itu. Namun, sorot mata mengandung rasa ingin tahu.

“Siapa kau?” tanya Ada dengan dingin, pistol masih terarah.

Rian menurunkan kedua tangannya perlahan, lalu menyisir poni ke belakang dengan angkuh dan senyum miring.

“Namaku Rian Andromeda. Seorang laki-laki penuh kasih, rendah hati, selalu menawan... dan, tentu saja... tampan,” kata Rian, nada suaranya seperti narasi memperkenalkan tokoh utama dalam film bajakan.

Ada mendengus pelan, lalu menurunkan pistolnya sedikit, meski masih dalam posisi siaga.

“Rendah hati, ya?” gumam Ada sambil melirik Rian dari atas ke bawah. “Kau pasti bukan bagian dari penduduk desa... dan terlalu bersih untuk jadi anak buah Sadler.”

Ada menyilangkan tangan, ekspresinya tak sepenuhnya percaya. “Jadi, kau siapa? Apa turis bodoh yang nyasar ke neraka?”

Tatapan Ada semakin menusuk, tapi dalam suaranya ada nada sarkastik tipis, dan rasa ingin tahu yang tak bisa ia sembunyikan sepenuhnya.

Rian tersenyum santai. “Mungkin aku hanya seseorang yang ditakdirkan untuk bertemu wanita cantik berbaju merah di tengah desa terkutuk.”

Ada memutar bola matanya, tapi sudut bibirnya sedikit terangkat. “Hebat, baru ketemu dan sudah pakai rayuan. Aku mulai curiga kau agen khusus… atau komedian gagal.”

Ada berbalik tanpa sepatah kata pun. Ia berjalan menjauh dari Rian, langkahnya mantap dan tenang. Misi lebih penting daripada berbasa-basi dengan pria aneh yang muncul entah dari mana.

Dari kilasan matanya sebelumnya, Ada menyimpulkan tidak ada senjata api di tas pinggang Rian. Setidaknya tidak yang terlihat.

Tapi Ada bukan tipe wanita yang ceroboh. Meskipun membelakangi Rian, pistol masih tetap tergenggam erat di tangan kanannya, siap ditembakkan sewaktu-waktu.

Sementara itu, Rian hanya memperhatikan punggung Ada yang menjauh. Ia melangkah pelan ke arah pohon terdekat, menyilangkan tangan di dada sambil menyandarkan tubuhnya ke batang pohon.

Senyum miring muncul di wajah Rian.

“Yah… karakter Ada Wong memang konsisten. Profesional, penuh rahasia, dan... tetap cantik, persis seperti di game dan film,” gumamnya pelan.

Begitu bayangan Ada menghilang di balik pepohonan, Rian menghela napas dan menurunkan kacamata berlensa sangat gelapnya, menunjukkan mata biru yang cerah.

Sekejap, informasi bagaikan banjir menerpa otak Rian. Peta area, struktur medan, posisi objek bergerak, suhu tubuh, semuanya terungkap dalam jangkauan puluhan meter, lebih dari sebelumnya.

Dalam waktu singkat, otak Rian telah mengsurvei sekeliling secara menyeluruh.

“Baiklah... saatnya si tampan ini kembali bekerja,” ucap Rian dengan ringan.

Setelah mengenakan kembali kacamata berlensa sangat hitamnya, Rian melangkah meninggalkan tempat itu, tidak ke arah Ada Wong pergi, namun juga bukan ke arah sebaliknya.

Rian berjalan, seolah tahu persis harus ke mana, padahal semuanya hanya berdasarkan intuisi dan bantuan Six Eyes.

***

Beberapa waktu kemudian, Rian tiba di reruntuhan kapel tua di tengah hutan.

Bangunan itu nyaris hancur, hanya menyisakan sebagian dinding batu dan jendela lengkung bergaya gothic yang sudah ditelan lumut dan akar pohon.

Di sisi barat reruntuhan, seorang pria bersandar santai pada batang pohon besar. Dengan rokok menyala di bibir dan satu tangan di saku, ia terlihat tenang, tapi waspada.

Pria itu memakai kemeja panjang tertutup jaket kulit cokelat tua yang agak lusuh, celana gelap, dan sepatu bot yang cocok untuk medan desa yang liar.

Rambut Pria itu cokelat gelap yang sedikit gondrong dan acak-acakan, memberikan kesan sembarangan namun tetap menarik.

Wajah Pria itu dihiasi janggut tipis tak terlalu rapi, dengan mata tajam yang memancarkan kecerdasan dan kewaspadaan.

Begitu terdengar suara langkah Rian mendekat dari kejauhan, pria itu langsung mengangkat pistol ke arah sumber suara.

Refleks dan tenang, Rian menghentikan langkah, mengangkat sebelah alis, kedua tangan dan bergumam, “Apa semua orang di desa ini hobi mengarahkan senjatanya pada laki-laki tampan ini?”

Sambil tetap menodongkan pistolnya, pria itu menatap Rian dengan curiga namun juga penuh rasa ingin tahu. Ia tidak mengenali wajah itu sebagai bawahan Sadler, maupun salah satu kenalan yang pernah ditemuinya.

“Siapa kau, amigo?” tanya Pria itu dengan nada datar namun waspada.

Rian menurunkan kedua tangannya perlahan, lalu mengeluarkan cermin kecil dari saku kemejanya. Ia menatap pantulan dirinya sejenak.

Tanpa mengalihkan pandangan dari cermin, ia berkata santai, “Hanya seorang laki-laki tampan dengan beberapa urusan di desa ini—tenang saja, bukan sesuatu yang akan merugikan masyarakat.”

Pria itu mengerutkan keningnya, menurunkan sedikit pistolnya, meski sikapnya masih waspada. “Kau terdengar cukup yakin, amigo,” balasnya, nada suaranya mengandung rasa penasaran.

Rian menyelipkan kembali cerminnya ke saku kemeja, lalu mulai melangkah mendekat dengan tenang.

“Rian Andromeda,” kata Rian memperkenalkan diri penuh percaya diri.

Pria itu terkekeh pelan, menyunggingkan senyum tipis sambil menyodorkan tangan. “Luis Sera,” ujarnya singkat.

Rian menyambut jabatan tangan itu dengan tenang. “Senang bertemu denganmu, Luis.”

Luis Serra Navarro, cukup dipanggil Luis, adalah mantan ilmuwan cerdas dari Umbrella Corporation, sekaligus peneliti yang pernah terlibat langsung dengan proyek Las Plagas.

Dengan latar belakang itu, Luis tahu persis bagaimana bawahan Sadler bertindak: kaku, fanatik, dan penuh tatapan kosong, meski masih mempertahankan kecerdasan pada tingkat tertentu.

Namun pria di depannya ini, dengan gaya santai, senyum percaya diri, dan aksi nyeleneh bercermin di tengah hutan ataupun saat ditodong senjata api: jelas tidak termasuk dalam kategori itu.

Terpopuler

Comments

Frando Wijaya

Frando Wijaya

yalh...pisau vs chainsaw...jls chainsaw menang mutlak

2025-07-23

0

lihat semua
Episodes
1 Infinity Room
2 Dunia Pertama
3 Membunuh Ganado
4 Bertemu Ada Wong dan Luis Sera
5 Kesepakatan
6 Bertemu Merchant
7 Mutasi Ganado
8 Leon & Ashley
9 Kepungan Ganado
10 Melawan Bitorez Mendez
11 Kastil Salazar
12 Mendapatkan Tittle
13 Menolong Ada Wong
14 Melawan Pesanta (l)
15 Melawan Pesanta (ll)
16 Menyelamatkan Luis
17 Skip Boss Battle
18 Pulau Pabrik Sadler
19 Misteri Rian
20 Melenyapkan Plaga
21 Rencana Rian
22 Menolong Ada, Lagi!
23 Last Boss (l)
24 Last Boss (ll)
25 Last Boss (lll)
26 Evaluasi (Dunia Pertama)
27 Mencari Informasi Dunia
28 Berkencan Dengan Ashley
29 Makan Malam
30 S-Virus
31 Merekrut Luis Sera
32 Pemandangan Infinity Room
33 Area Perdagangan
34 Perlengkapan
35 Berlatih Dengan Gojo Satoru
36 Dunia Kedua
37 Kuoh Akademi
38 Kuoh Academy, Kelas 2-B
39 Mendapatkan Limitless
40 Menjahili Koneko
41 Madona Kuoh Akademy
42 Klub Occult
43 Di Banting!
44 Menjelaskan Infinity
45 Dragon God of Infinity
46 Stray Devil
47 Infinity Fragment
48 Simbol Pengakuan
49 Melatih Gesper Vladi
50 Karokean
51 Evil Piece
52 Membunuh Fallen Angel
53 Selesaikan Dengan Mudah
54 Sparing Aneh
55 Mirip Pacar Kecil?
56 Hari Cepat Berlalu
57 Tunduk Dengan Mudah
58 Misi Rating Game
59 Membeberkan Rahasia
60 Membujuk Koneko
61 Lihat? Aku Berhasil, kan?
62 Itu... Tidak Pantas!
63 Meminta Izin
64 Masa Lalu Akeno!
65 Bukan Laki-laki Biasa...
66 Sisi Dirinya
67 Latihan 10 Hari, Dimulai!
68 Melatih Senjutsu
69 Membentuk Hubungan
70 Bonus Untuk Issei
71 Pencerahan!
72 Purple Pertama
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Infinity Room
2
Dunia Pertama
3
Membunuh Ganado
4
Bertemu Ada Wong dan Luis Sera
5
Kesepakatan
6
Bertemu Merchant
7
Mutasi Ganado
8
Leon & Ashley
9
Kepungan Ganado
10
Melawan Bitorez Mendez
11
Kastil Salazar
12
Mendapatkan Tittle
13
Menolong Ada Wong
14
Melawan Pesanta (l)
15
Melawan Pesanta (ll)
16
Menyelamatkan Luis
17
Skip Boss Battle
18
Pulau Pabrik Sadler
19
Misteri Rian
20
Melenyapkan Plaga
21
Rencana Rian
22
Menolong Ada, Lagi!
23
Last Boss (l)
24
Last Boss (ll)
25
Last Boss (lll)
26
Evaluasi (Dunia Pertama)
27
Mencari Informasi Dunia
28
Berkencan Dengan Ashley
29
Makan Malam
30
S-Virus
31
Merekrut Luis Sera
32
Pemandangan Infinity Room
33
Area Perdagangan
34
Perlengkapan
35
Berlatih Dengan Gojo Satoru
36
Dunia Kedua
37
Kuoh Akademi
38
Kuoh Academy, Kelas 2-B
39
Mendapatkan Limitless
40
Menjahili Koneko
41
Madona Kuoh Akademy
42
Klub Occult
43
Di Banting!
44
Menjelaskan Infinity
45
Dragon God of Infinity
46
Stray Devil
47
Infinity Fragment
48
Simbol Pengakuan
49
Melatih Gesper Vladi
50
Karokean
51
Evil Piece
52
Membunuh Fallen Angel
53
Selesaikan Dengan Mudah
54
Sparing Aneh
55
Mirip Pacar Kecil?
56
Hari Cepat Berlalu
57
Tunduk Dengan Mudah
58
Misi Rating Game
59
Membeberkan Rahasia
60
Membujuk Koneko
61
Lihat? Aku Berhasil, kan?
62
Itu... Tidak Pantas!
63
Meminta Izin
64
Masa Lalu Akeno!
65
Bukan Laki-laki Biasa...
66
Sisi Dirinya
67
Latihan 10 Hari, Dimulai!
68
Melatih Senjutsu
69
Membentuk Hubungan
70
Bonus Untuk Issei
71
Pencerahan!
72
Purple Pertama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!