Bab 5 - Kehidupan baru Elena

Empat tahun kemudian

"Astaga, akhirnya kau pulang juga!" ucap seseorang saat melihat orang yang ia tunggu sejak tadi membuka pintu apartemen.

"Apa yang terjadi?" jawab orang yang baru saja datang. Dia adalah Elena.

"Cepatlah masuk dan lihat apa yang dilakukan anakmu! Aku akan cepat tua karena marah-marah terus," ujar seseorang yang duduk di atas sofa dengan kaki menyilang, wajahnya terlihat memerah karena kesal.

Dia adalah Matthew, seorang pria yang menjadi roomate Elena sejak 3 tahun yang lalu.

"Anakmu merusak koleksi make up milikku," adu Matthew dengan bibir mengerucut sembari menunjuk seorang balita yang tampak tersenyum sumringah duduk di atas karpet.

"Ma Ma!" pekik sang balita saat melihat sang Ibu.

Elena segera menghampiri sang anak yang sudah mengulurkan kedua tangannya, meminta gendong.

"Jadi hari ini kau merusak koleksi make up Paman Matt? Lain kali kita curi koleksi parfumenya dan menjualnya, okay?"

Seolah mengerti, balita berusia 3 tahun itu mencium pipi Ibunya. Matthew yang mendengar hal itu melotot tak percaya.

"Aku membantumu merawat anakmu tanpa bayaran. Jadi, apa kau mau mengganti rugi? Anakmu itu sangat menurut padamu dan tidak mau mendengarkan orang lain," gerutu pria itu.

Empat tahun yang lalu, Elena memutuskan pindah ke kota lain untuk menghindari pembunuhan dan masalah lainnya.

Saat itu dia menjual ponsel miliknya yang sudah rusak, meskipun dihargai murah setidaknya cukup untuk membeli tiket bus dan makan selama beberapa hari.

Saat sedang mencari pekerjaan dan tempat tinggal, dia bertemu dengan Matthew. Seorang pria yang suka berdandan seperti wanita, dia bekerja sebagai pelayan di salah satu klub

malam.

Matthew menawarkan kamar lain yang berada di apartemen yang dia sewa. Kamar yang cukup luas dengan pencahayaan yang bagus.

Mungkin di mata orang lain Matthew bukan "orang baik", tidak ada yang mau berbagi tempat tinggal dengannya meskipun harga sewanya sangat murah.

Bagi Elena itu bukan masalah, bukankah terlihat bagus saat seorang pria yang suka berpenampilan seperti wanita tinggal dengan orang sepertinya?

Mereka memang berbeda jenis kelamin, tetapi mereka saling bersimpati dan saling membantu. Bukankah itu sudah cukup?

"Matt sudah banyak membantuku saat aku dalam kesulitan," batin Elena dengan Ken yang masih berada di dalam gendongannya.

"Apa yang kau lamunkan? Ini sudah hampir jam 3, kenapa kau tidak segera membuka kedai?"

Elena menggeleng, "Tidak ada. Aku harus menyiapkan adonan dulu sebelum pergi ke kedai," balasnya.

"Mengapa aku merasa membuka kedai kecil di pusat kota tidak ada gunanya? Jika kamu tidak bisa membalaskan dendammu, itu akan membuatku sangat sedih. Jika kamu butuh bantuan, beritahu saja aku," kata Matthew.

Elena berjalan ke dapur dan meletakkan Ken di atas baby chair. "Jangan khawatir. Katamu Alex tinggal di seberang kedai milikku, selagi aku bisa memancingnya dengan masakanku, itu akan sangat menguntungkan," jawabnya dengan percaya diri.

Matthew mengikuti Elena, "Pria itu masih berhubungan dengan adik tirimu dan selalu makan masakan mewah dari lama, memangnya dia masih mau makan masakan pinggir jalan seperti ini?"

"Selama bertahun-tahun aku telah berpikir, mengapa hubunganku dengan Alex bisa dihancurkan dengan mudah oleh Sophia. Kemudian aku menyadari bahwa laki-laki adalah binatang yang jahat."

"Semakin kau menunda nafsu makannya, semakin dia akan menempel padamu. Tapi jika kau memberinya kebebasan, dia akan melihatmu tak berharga. Jadi aku membuka kedai pangsit di depannya, sehingga dia bisa melihatnya tetapi tidak bisa memakannya," jelas Elena.

...****************...

Elena membawa Kenneth dan membuka kedai pangsit miliknya. Terkadang dia memang akan membawa sang anak jika Matthew memiliki urusan seperti saat ini.

"Lihat, lihat! Anak itu sangat lucu."

"Dia sangat menurut pada ibunya."

"Benar, cucuku sekarang sudah besar dan tidak lucu lagi."

Itu adalah suara beberapa Ibu-Ibu yang sedang lewat. Mereka melihat Ken yang sedang duduk bermain dengan mainannya di kursi kecil yang Elena bawa.

"Ken, ayo berteriak untuk Mama" ucap Elena.

Ken menatap sang Ibu dengan tatapan bingung, "Pa? Teliak pa?" ucapnya tidak begitu jelas.

"Seperti ini, "Aku menjual dimsum dan juga pangsit kuah. Beli, ayo beli!" ucap Elena memberikan contoh pada sang anak.

Ken yang mendengar kata-kata itu mengerutkan alisnya, kalimat itu sangat panjang untuknya. Anak itu menggeleng kecil dan membuang mainannya.

Elena tertawa kecil saat berhasil menggoda anaknya. "Mama hanya bercanda. Sekarang Mama akan mulai bekerja, jadi Ken harus bersikap baik dan diam di sini, mengerti?" ucapnya sembari mengusap kepala Kenneth.

Elena berbalik setelah memastikan sang anak aman, dia mulai membuka panci yang berisi kuah pangsit yang membuat baunya langsung menguar.

"Baunya sangat enak! Aku mau satu porsi pangsit kuah," ucap seorang wanita yang baru saja datang.

"Baik, tunggu sebentar ya,"

Elena fokus melayani pelanggan yang mulai ramai, ada yang makan ditempat dan ada juga yang dibungkus pulang.

"Kamu masih terlihat muda tetapi sudah membuka kedai dan harus mengurus anak juga. Pasti sangat sulit, kan?" ujar salah satu pelanggan.

Elena tersenyum kecil, "Benar, Bu. Untungnya saya tidak sendirian."

"Benarkah? Lalu di mana suamimu?"

Suami? batin Elena. Pikirannya langsung tertuju kepada pria yang dia temui malam itu.

Brum brum

Brum brum

Suara mesin mobil membuat semua orang menoleh, kedai Elena memang berada di pinggir jalan berdampingan dengan kedai-kedai lain yang menjual bermacam-macam makanan dan minuman. Tapi jalan ini jika sore sampai malam memang diperuntukkan untuk berjualan dan juga pejalan kaki.

"Masih ada jalan lain kenapa dia lewat jalan ini? Apakah dia memang berniat pamer mobil mahalnya itu?" gerutu salah satu pembeli Elena.

"Maaf Bu, apakah mobil itu sering lewat sini? Bukankah jika sore mobil tidak diperbolehkan lewat?" tanya Elena

"Begitulah. Orang-orang kaya yang tinggal di seberang biasanya lewat jalan lain, tapi mobil merah ini selalu lewat sini. Setiap ada pejalan kaki yang menghalangi jalannya, dia akan membunyikan klaksonnya dengan keras!" jelas Ibu tersebut.

Mendengar jawaban itu Elena langsung mengingat sesuatu, "Bukankah plat nomor mobil itu mirip dengan plat nomor Alex? Apakah itu memang dia?" gumamnya.

Elena lalu menoleh untuk melihat anaknya, tetapi putranya tidak ada di tempatnya. "Ken! Kenneth! Di mana kamu, Nak!" teriaknya panik memanggil anaknya.

"Ken! Di mana kamu?!" teriaknya lagi sembari menatap sekitar.

"Astaga! Anak itu berjalan ke arah mobil itu!"

Itu adalah suara seseorang yang melihat Ken sudah berada di tengah jalan menghampiri mobil merah yang sedang melaju tersebut.

"Mama!" cicit Ken yang terlihat kebingungan.

"KEN!!"

Elena dengan cepat berlari ke arah Ken dan berjongkok melindungi sang anak. Suara decitan rem mobil membuat semua orang panik.

Mobil itu berhenti, tak lama kemudian seorang pria dengan setelan jas lengkap keluar dan menatap seseorang yang berjongkok di depan mobilnya.

"Elena?" gumam pria itu.

Bersambung

Terima kasih sudah membaca 🤗

Episodes
1 Bab 1 - Perselingkuhan sang pacar dengan adiknya
2 Bab 2 - Titik Balik Kehidupan Elena
3 Bab 3 - Awal kehidupan setelah bebas
4 Bab 4 - Cinta satu malam
5 Bab 5 - Kehidupan baru Elena
6 Bab 6 - Orang dari masa lalu
7 Bab 7 - Pria berpakaian serba hitam
8 Bab 8 - Namaku bukan Veronica
9 Bab 9 - An An dan Ken Ken
10 Bab 10 - Menginap
11 Bab 11 - Green Cafe
12 Bab 12 - Acting yang sangat bagus
13 Bab 13 - Dialah yang akan mengejarku
14 Bab 14 - Tugas sebuah kamera
15 Bab 15 - Sebuah pertunjukkan
16 Bab 16 - Pemilik hati seperti rubah
17 Bab 17 - Apa itu pacal?
18 Bab 18 - Hubungan seumur hidup
19 Bab 19 - Saos Tomat
20 Bab 20 - Kenapa aku harus mengotori tanganku?
21 Bab 21 - Mimpi buruk mulai menghantui
22 Bab 22 - "Aku beruntung memilikimu"
23 Bab 23 - Menangkap ikan besar
24 Bab 24 - Sophia menelan umpan dengan baik
25 Bab 25 - Cahaya ditengah kegelapan
26 Bab 26 - Mawar putih 100 tangkai
27 Bab 27 - Tentang Maya Eliana
28 Bab 28 - Dukungan dari orang di masa lalu
29 Bab 29 - Golongan darah O
30 Bab 30 - Apa kamu tau bagaimana perasaanku?
31 Bab 31 - Sehelai rambut
32 Bab 32 - Inilah Andreas Brown yang sebenarnya
33 Bab 33 - Papa itu apa?
34 Bab 34 - Adipati dan Sophia
35 Bab 35 - Cemburu buta
36 Bab 36 - Lantai Dansa
37 Bab 37 - Jembatan layang
38 Bab 38 - Terima kasih untuk semalam
39 Bab 39 - Sophia menggila
40 Bab 40 - Permainan kata Andreas
41 Bab 41 - Rasa manis dari balas dendam adalah?
42 Bab 42 - Malam tahun baru
43 Bab 43 - Sophia tetaplah Sophia
44 Bab 44 - Pelanggan pertama
45 Bab 45 - "Secret Menu"
46 Bab 46 - Kedatangan Adipati
47 Bab 47 - Membuat keributan
48 Bab 48 - Keributan
49 Bab 49 - Awal keruntuhan Atmadewa
50 Bab 50 - Kembalinya Sophia
51 Bab 51 - Tarik ulur Elena dan Sophia
52 Bab 52 - Di mana Andreas?
53 Bab 53 - Rumit
54 Bab 54 - Tentang Andreas dan Clara
55 Bab 55 - Pengumuman
56 Bab 56 - Penjelasan Andreas
57 Bab 57 - Restoran ke-100 Atmadewa
58 Bab 58 - Rencana yang berhasil
59 Bab 59 - 14 dari 26%
60 Bab 60 - Pemegang saham
61 Bab 61 - Surat wasiat
62 Bab 62 - Rumah utama
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Bab 1 - Perselingkuhan sang pacar dengan adiknya
2
Bab 2 - Titik Balik Kehidupan Elena
3
Bab 3 - Awal kehidupan setelah bebas
4
Bab 4 - Cinta satu malam
5
Bab 5 - Kehidupan baru Elena
6
Bab 6 - Orang dari masa lalu
7
Bab 7 - Pria berpakaian serba hitam
8
Bab 8 - Namaku bukan Veronica
9
Bab 9 - An An dan Ken Ken
10
Bab 10 - Menginap
11
Bab 11 - Green Cafe
12
Bab 12 - Acting yang sangat bagus
13
Bab 13 - Dialah yang akan mengejarku
14
Bab 14 - Tugas sebuah kamera
15
Bab 15 - Sebuah pertunjukkan
16
Bab 16 - Pemilik hati seperti rubah
17
Bab 17 - Apa itu pacal?
18
Bab 18 - Hubungan seumur hidup
19
Bab 19 - Saos Tomat
20
Bab 20 - Kenapa aku harus mengotori tanganku?
21
Bab 21 - Mimpi buruk mulai menghantui
22
Bab 22 - "Aku beruntung memilikimu"
23
Bab 23 - Menangkap ikan besar
24
Bab 24 - Sophia menelan umpan dengan baik
25
Bab 25 - Cahaya ditengah kegelapan
26
Bab 26 - Mawar putih 100 tangkai
27
Bab 27 - Tentang Maya Eliana
28
Bab 28 - Dukungan dari orang di masa lalu
29
Bab 29 - Golongan darah O
30
Bab 30 - Apa kamu tau bagaimana perasaanku?
31
Bab 31 - Sehelai rambut
32
Bab 32 - Inilah Andreas Brown yang sebenarnya
33
Bab 33 - Papa itu apa?
34
Bab 34 - Adipati dan Sophia
35
Bab 35 - Cemburu buta
36
Bab 36 - Lantai Dansa
37
Bab 37 - Jembatan layang
38
Bab 38 - Terima kasih untuk semalam
39
Bab 39 - Sophia menggila
40
Bab 40 - Permainan kata Andreas
41
Bab 41 - Rasa manis dari balas dendam adalah?
42
Bab 42 - Malam tahun baru
43
Bab 43 - Sophia tetaplah Sophia
44
Bab 44 - Pelanggan pertama
45
Bab 45 - "Secret Menu"
46
Bab 46 - Kedatangan Adipati
47
Bab 47 - Membuat keributan
48
Bab 48 - Keributan
49
Bab 49 - Awal keruntuhan Atmadewa
50
Bab 50 - Kembalinya Sophia
51
Bab 51 - Tarik ulur Elena dan Sophia
52
Bab 52 - Di mana Andreas?
53
Bab 53 - Rumit
54
Bab 54 - Tentang Andreas dan Clara
55
Bab 55 - Pengumuman
56
Bab 56 - Penjelasan Andreas
57
Bab 57 - Restoran ke-100 Atmadewa
58
Bab 58 - Rencana yang berhasil
59
Bab 59 - 14 dari 26%
60
Bab 60 - Pemegang saham
61
Bab 61 - Surat wasiat
62
Bab 62 - Rumah utama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!