Malam hari, Arthea berpura-pura tertidur saat Lena menemaninya. Setelah memastikan dirinya tertidur lelap, pengasuhnya itu lekas keluar dari kamarnya. Suara pintu yang tertutup membuat Arthea kembali membuka matanya dan gegas berlari ke jendela kamarnya.
Arthea membuka jendela tersebut, dia menatap sekitar yang tidak terasa asing. Setelah menyadari tempat dirinya berada, dia pun membatin. "Aku berada di paviliun hijau sejak kecil, dan saat umurku tujuh belas tahun ... aku akan pindah ke dalam sana."
Mata Arthea menatap lurus pada bangunan besar di depannya. Mansion yang di huni oleh ketiga kakak dan ayahnya. Tempat, dimana dirinya akan meninggal saat usianya sembilan belas tahun. Arthea akan menandakan tempat itu, dia tidak akan menginjakkan kakinya di tempat dirinya merenggang nyawa.
"Thea nda akan injak kaki di cana! Nda akan! Halus kabul dali cini, cali ayah adopci kaya laya! Hahaha, Thea akan telbebaaas dali pendelitaaaan!" Arthea tak sabar menunggu waktu itu tiba.
Malam itu Arthea menunda tidurnya, dia memilih menyusun rencana yang sudah dia targetkan. Hanya tinggal menjabarkan rencananya saja dan mencari plan pengganti jika seandainya gagal. Arthea merasa kesempatan kedua kehidupannya agar dirinya dapat menghindari kematiannya.
"Setidaknya aku sudah berusaha untuk menghindari orang yang akan membuunuhku. Otomatis, kematian itu akan terelakkan. Benar bukan?" Batin Arthea antusias.
"Oke, celama dicini Thea gembul ini halus jadi ... penculiiii! Yeeee! Cebuah pelkeljaan yang cangaaat celu! Cepelti cpidelmen mencali kucingnya!"
Dia lalu beranjak berdiri dan berjalan cepat menuju meja riasnya. Dia membuka semua laci yang ada dan menemukan beberapa perhiasan. Dirinya yakin, itu adalah perhiasan emas.
"Bica di jual nda yah? Bica lah, nda mungkin Monstel tua jelek belikan Thea balang palcu. Nda modal kali jadi bapak." Gumam Arthea.
Arthea berpikir sejenak, selain perhiasan dimana dia akan mendapatkan barang yang dapat di jual?
"Cepeltinya, halus datang ke lumah kelamat itu. Di luang kelja Monstel tua jelek ada banyak uang, culi aja dali cana. Buat kejahtelaan hidup mencali ayah adopci, menghindali belhenti napas dua kali." Matanya menatap lurus pada jendela kamar yang memperlihatkan bangunan mansion tak jauh dari paviliunnya.
Pagi hari, Lena bersiap membangunkan Arthea. Sekalian, dia membawakan sarapan gadis kecil itu. Kakinya melangkah penuh keterburu-buruan, kedua tangannya menahan nampan yang dirinya bawa.
"Nona hampir melewatkan jam makannya." Gumam Lena.
Cklek!
Raut wajahnya berubah kaget saat melihat Arthea yang sudah rapih di pagi ini. Gadis kecil itu mandi sendiri dan berpakaian sendiri. Bahkan, pakaian yang Arthea kenakan tidak aneh. Biasanya anak kecik akan memilih pakaian asal, tapi nona mudanya pintar memilih pakaian pagi ini.
"Celamat pagi bibi, kebetulan Thea lapal kali. Campe belcolak gembila lemakna Thea minta di ici." Seru Arthea dengan senyuman merekah.
Lena tersenyum, dia meletakkan nampan yang dirinya bawa ke atas meja. Arthea duduk di kursinya, membiarkan pengasuhnya menyiapkan sarapannya. Sambil menunggu, Arthea meraih sendok dan garpu di dekatnya.
"Makan, makan, maaa ... Heeee ... apa iniii? Makanan ini?! Makanan buat olang?" Pekik Arthea saat melihat dirinya hanya makan nasi, sayur dan telur rebus saja.
"Menunya itu, tapi nanti siang akan ada ayam. Tapi untuk pagi ini, telur rebus dan nasi."
Arthea meng4nga, dia meraih telur rebus itu dan menatapnya dari dekat. Membuat kedua katanya menjadi juliing karena sangking dekatnya telur itu di depan matanya. Dirinya masih tak menyangka, sarapan masa kecilnya sangat menyedihkan.
"Thea nda mau, mau ayam goleng! Nda mungkin Monstel tua nda ada uang beli ayam. Udah kele dia?"
"Monster tua? Sia .. maksudnya Tuan Kendrick?!" Kaget Lena.
Arthea memutar bola matanya malas, "Ciapa lagi? Monstel tua jelek cuma itu olang! Kulung anaknya di kamal campe kadalualca! Kacih makan kayak kacih makan capiii! Di kila anaknya capi! Thea tahu belaaat kali badan ini, tapi bukan belalti anak capiii! Thea mau makan enak, nda mau makan ini! Makan enak, kalau nda ada ya nda mau makan!"
Arthea tak tahan lagi, dia mengeluarkan emosi dan unek-unek yang terpendam di dada. Sampai-sampai, Lena mematung mendengarkan apa yang Arthea katakan. Sebab, tidak pernah anak itu mengatakan hal seperti tadi. Arthea selalu menjadi anak penurut dan mengerti.
"Nona, makanlah Jika anda memakannya, saya akan meminta Tuan untuk datang menemui anda." Ucap Lena yang mana membuat Arthea yang baru saja mengibas rambutnya kembali syok dengan perkataannya.
"Bi Lenaaa yang baik hati dan tidak combong, Thea nda mau ketemu monstel tua itu! Nda mau! Olang nda mau ketemu kok malah di culuh kecini. Kalau dia kecini, Thea ucil. Actaga ...." Thea memegang keningnya dengan kedua tangan gembulnya.
"Kenapa anak cegembul dan cecantik ini halluuus mendelita! Cegela cali ayah adopci, bial tentlam hidup ini jauh dali Monstel." Gumam Arthea.
Dia lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan gembulnya. "Actaga, kambuh dalah tinggi dili ini."
Karena tidak mau makan, Lena akhirnya mengalah dan keluar lagi untuk mengambil makanan yang lainnya. Arthea merasa perutnya sangat lapar dan tidak ada apapun di kamarnya. sampai, akhirnya dia bersandar di jendela kamarnya yang terbuka.
"Actaga, lapal kaliii." Gumam Arthea. Matanya menangkap sebuah pohon apel yang sangat rimbun dengan buahnya. Melihat itu, Arthea jadi menginginkannya.
"Kemalen kakak Pian bica lompat, maca Althea nda bica." Gumamnya dan berusaha menaiki jendela kamarnya yang lumayan tinggi. Untungnya, dia dapat mendarat di luar dengan baik. Gegas, dia berlari ke arah pohon apel itu.
"Woaaaah, banyaknya. Cekalang, gimana calanya cemua apel macuk ke dalam pelut kecil Thea." Arthea mencari kayu atau alat yang bisa dirinya gunakan.
Anak gembul itu berlari ke sama dan kesini, mencari sebuah alat yang bisa dia gunakan untuk mengambil sebuah apel. Sampai, tiba-tiba dirinya menabrak kaki seseorang hingga membuat keningnya merasa kesakitan
"Cakitnyaaaa! Ciapa ciii yang taluh kaki cemba—langan." Arthea kaget melihat kehadiran pria yang sangat dirinya hindari. Pria, yang dia duga sebagai penyebab kematiannya di kehidupan sebelumnya.
"Sudah mulai nakal? Apa yang kamu lakukan disini, Thea?"
_________________
Jangan lupa dukungannya kawaaan😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
🎀𝔸ᥣᥙᥒᥲ🎀
Lidahku kelu,, buseet mendadak cadel😭🤣🤣🤣
2025-06-07
26
Sleepyhead
Berisik Kau, Bapak tua nakal
2025-06-07
7
jumirah slavina
betul...cari yang muda., kaya raya dan ganteng biar klo Kamu dan 17th bisa jadiin Suami., semangatttt mencari Daddy Gula ya Daun Teh...
kan pas tuh.... Gula + Teh
🤭😍🤣🤣🤣🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️
2025-06-07
8