Ketika Naima sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk Adik nya, orang yang sejak tadi Naima ingin lihat wajah nya akhir nya pulang juga dengan penampilan yang acak-acakan.
Setelah memarkir kan sepeda motor nya, Rudi lalu masuk ke dalam rumah menyelonong begitu saja tanpa mengucapkan salam atau sekedar menyapa kedua buah hati nya.
" Siap kan air panas untuk Bapak,jangan lama Bapak harus segera berangkat kerja." perintah Rudi begitu otoriter.
Dahi Naima mengernyit tak suka mendengar perintah dari bapak nya,bukan bermaksud ingin menjadi anak durhaka,namun bapak seperti apa dulu yang harus dia hormati dan di perlakukan baik.
" Gas nya habis Pak." jawab Naima melanjutkan sarapan dengan cepat.
Dia juga meminta adik nya untuk segera menghabiskan sarapan agar mereka segera berangkat ke sekolah.
" Kenapa bisa habis? Memang nya Ibu mu ngapain saja di rumah,gas habis saja tidak tahu." gerutu Rudi kesal membanting keras pintu yang sudah lapuk sampai membuat pintu itu rusak terbelah dua.
Naima ingin membantah ucapan Bapak nya, dengan cepat di tahan oleh Dito karena tidak mau melihat Kakak nya di marahi oleh sang bapak.
" Bapak itu sudah kelewatan To! Kerjaan nya marahin ibu terus." sungut Naima di iyakan oleh Dito dengan anggukan kepala nya namun untuk saat ini diam jauh lebih baik.
" Sudah jangan di lawan lagi Mbak." kata Dito dengan mulut yang terisi penuh oleh nasi , tempe dan juga ikan asin.
Naima kembali melanjutkan sarapan dengan selera makan yang sudah hilang,namun dia tetap harus menghabiskan makanan nya supaya di sekolah nanti tidak perlu jajan lagi,uang saku pemberian dari ibu nya bisa dia simpan untuk keperluan lain.
Tok...Tok
Pintu rumah di ketuk, meskipun pintu itu terbuka namun sebagai tamu memang sebaiknya bersikap seperti itu, tidak seperti Rudi yang tidak punya akhlak sedikit pun.mau nya di hargai tapi lupa cara menghargai orang lain.
" Ini pesanan nya Buk." ucap Naima dengan pelan takut kedengaran sama bapak nya yang sedang mandi.
" Terimakasih Naima, Ibu langsung pamit pulang ya." Naima mengangguk sopan tidak lupa menampilkan senyum ramah nya.
Uang pemberian dari Bu RT langsung di kantongi nya, setelah itu dia kembali masuk dan menyimpan piring kotor di baskom besar nanti sepulang dari sekolah baru di cuci.waktu nya terlalu mepet untuk melakukan nya sekarang belum lagi kamar mandi sedang di pakai oleh bapak nya .
" Pak kami berangkat dulu." pamit Dito karena Naima sudah berdiri di depan rumah.
" Mana Mbak mu?" tanya Rudi mengabaikan kata pamit dari Dito.
Jika bukan karena ibu nya yang meminta untuk selalu menjadi anak baik dan menghormati orang tua nya, sudah dari kemarin Dito melampiaskan kekesalannya terhadap Rudi.meskipun sering di pvkvl tetap saja Dito di tuntut untuk berlaku sopan.
" Ada apa Pak?" tanya Naima muncul hanya kepala nya saja .
" Setrika seragam kerja Bapak,ibu mu sangat pemalas sekali.kerja nya hanya ngerumpi saja.rumah berantakan tidak di bersihkan sama dia." ucap Rudi membuat darah Naima seketika mendidih.
Naima meminta Dito untuk segera berangkat lebih dulu tak perlu menunggu diri nya,adik nya tidak boleh telat berangkat ke sekolah,kalau dia sendiri gampang itu .dia bisa lari ataupun numpang di motor orang yang mau memberi tumpangan kepada nya.
Jangan harap Bapak nya ini mau mengantar dia dan adik nya ke sekolah.numpang ke warung depan saja tidak boleh takut sepeda motor nya kotor.namun jika keponakan nya yang naik boleh-boleh saja tanpa ada kata kotor ataupun malas.
" Kamu jangan pemalas ! Yang cepat kerja nya nanti Bapak telat." bentak Rudi di belakang punggung Naima.
Sambil menyeka keringat yang bercucuran,Naima melempar baju itu ke pangkuan bapak nya.rasa nya telinga nya sudah tidak sanggup lagi mendengar kata malas yang di ucapkan oleh bapak nya.bukan kah kata-kata itu cocok untuk bapak nya sendiri.
"Kalau memang Bapak rajin, seharusnya Bapak bisa mengantar Ibu ke pasar,jangan keluyuran di luar rumah." balas Naima sambil membalas tatapan mata tajam dari bapak nya.
" Jangan kurang ajar Kamu jadi anak! Tahu apa Kamu tentang Bapak." teriak Rudi sambil mendorong kepal4 Naima hingga membentur tembok.
Naima menegakkan tubuh nya dengan susah payah,Rudi menatap Naima bagaikan seorang musuh.tak ada tatapan cinta seorang ayah kepada anak nya.yang terlihat hanya amarah dan kebencian.
Entah apa salah Naima yang jelas Rudi sangat tidak menyukai nya.
" Aku tahu semua nya...Bapak bukan lah Bapak yang baik untuk Aku dan Dito, kerjaan Bapak marah-marah terus.Bapak juga tidak memberi nafkah kepada Ibu dan anak-anak Bapak.bagaimana apa masih kurang atau perlu Aku sebut kan semua yang sudah Bapak lakukan kepada kami?" Naima bebas mengeluarkan semua isi hati nya tanpa ada yang bisa mencegah nya.masalah bapak nya akan marah itu urusan belakangan yang penting sekarang dia bisa mengeluarkan isi hati nya.
" Lancang sekali Kamu! Kalau bukan karena Bapak ! Kamu dan adik mu itu tidak akan bisa sebesar ini,semua makanan yang Kamu makan di rumah ini hasil jerih payah Bapak,ibu mu mana bisa cari uang banyak." ujar Rudi berdusta membuat Naima tersenyum mengejek.
Naima bukan lagi bocah lima tahun yang dengan mudah bisa di kibuli, sekecil apapun kesalahan yang di lakukan oleh bapak nya bisa di sadari oleh Naima, meskipun sang ibu berusaha menutupi kelakuan buruk bapak nya tetap saja Naima akan tahun dengan sendirinya.
Mulut Bapak nya ini terlalu banyak teori tapi gagal dalam praktek nya.selalu menyalahkan ibu nya yang sudah berjuang keras mengganti kan posisi pria ini dalam keluarga mereka.
" Kalau memang Bapak banyak uang,Aku minta 150 ribu buat bayar uang sekolah." kata Naima sengaja mempermainkan emosi Bapak nya demi membuktikan ucapan Rudi.
Dan hasil nya sesuai dengan yang Naima duga,bicara selalu benar tapi di minta bukti langsung gagal paham.
" Bapak tidak ada uang,Kamu minta ibu mu saja, kerjaan mu hanya ngabisin uang terus." Rudi langsung mengenakan pakaian dan masuk ke dalam kamar meninggal kan Naima yang terus menengadahkan telapak tangan kepada nya.
" Pak mana uang nya,kata nya Bapak punya uang banyak." teriak Naima dari depan pintu.
" Diam Naima jangan berisik,sana berangkat sekolah biar jadi anak pintar tidak seperti ibu mu." balas Rudi dari dalam kamar.
" Memang nya kenapa dengan ibu,cari uang bisa,jadi ibu untuk anak-anak nya bisa,masak bisa .terus apa kurang nya ibu?" desak Naima ingin membuka mata bapak nya yang sedang tertutup.
Jika tidak ingat kepada ibu nya yang akan menangis dan marah kepada nya setiap kali membantah ucapan Bapak nya, mungkin sedari tadi Naima sudah berkata kasar.bisa Naima pasti kan sepulang sekolah nanti pasti ibu nya akan marah karena mendapat kan aduan dari Rudi.
" Kamu ini jawab saja terus ucapan Bapak,siapa yang mengajarkan Kamu jadi anak pembangkang seperti ini?" teriak Rudi berkacak pinggang membuat Naima mengelus dada karena kaget.
" Berani Kamu sama Bapak ya?" ujar nya lagi membuat Naima menatap nyalang ke arah Rudi.
Suara ponsel berdering memaksa Rudi menyudahi pertengkaran ini,namun sebelum meninggalkan putri nya Rudi masih sempat-sempatnya melakukan sesuatu kepada Naima membuat Naima menitikkan air kesedihan.
"Ya Allah...Kapan Bapak sadar nya."
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments