[Dua bulan kemudian]
Suara kicauan burung kecil memberikan rasa nyaman dan damai pada seorang wanita, yang tengah duduk di atas batu besar.
Air yang mengalir di bawah kakinya, menambahkan rasa tenang pada dirinya.
"Kau masih saja duduk di sini, Jian'er,"
Sebuah suara membuat pemilik nama Jian Yi menoleh.
"Kakak Dai,"
"Aku membuat bubur teratai dan kacang merah yang kau sukai, dan itu akan dingin jika kau masih duduk di sini,"
"Apa Kakak membuatnya lagi?"
"Benar, aku tahu kau menyukai bubur teratai dan kacang merah,"
Jian Yi tersenyum, dia lalu berdiri dan berjalan ke arah Wen Dai Lu.
"Mendengar Kakak Dai membuat bubur teratai dan kacang merah, membuatku lapar," ucap Jian Yi.
"Kau ini,"
Jian Yi menggandeng tangan Wen Dai Lu, dan mereka pun berjalan bersama menuju kediaman Wen.
Di halaman kediaman Wen, terlihat cukup ramai. Jian Yi dan Wen Dai yang baru saja tiba di sana, saling menatap.
"Apa yang terjadi di sini?" ucap Wen Dai Lu.
"Nona pertama,"
"Ada apa?"
"Di dalam aula ada Cai Jin Cheng,"
"Cai Jin Cheng?"
"Benar , Nona,"
Jian Yi menatap Wen Dai Lu, "Bukankah dia adalah murid terhebat dari perguruan Xuan?"
"Benar, apa yang dia lakukan di sini?"
"Lebih baik kita ke sana,"
Wen Dai Lu mengangguk.
Dua wanita itupun kemudian berjalan menuju aula keluarga.
Di dalam aula, Cai Jin Cheng tengah duduk bersama Tuan Wen dan juga Wen Yi Ling. Mereka terlihat tengah membicarakan sesuatu.
"Sangat disesalkan untuk saya, karena ketika kerajaan diserang, kami para murid unggulan dari perguruan tidak dapat ikut bertarung, yang membuat banyak murid juga rakyat menderita," ucap Cai Jin Cheng.
"Yang Mulia saat itu memerintahkan kalian untuk melakukan kultivasi tertutup. Itu juga demi kebaikan kerajaan ini," ucap Tuan Wen.
"Ayah benar, lagipula kami bisa menghadapi musuh dengan baik. Kau bisa melihatnya, aku baik-baik saja,"
Cai Jin Cheng mengangguk.
Sementara di luar pintu, Wen Dai Lu dan Jian Yi yang mendengar perkataan Yi Ling hanya terdiam.
Wen Dai Lu menatap Jian Yi, yang dibalas senyuman seperti biasanya.
"Kita masuk, Kakak," ucap Jian Yi seolah tidak mendengar ucapan Yi Ling.
Ketiga laki-laki yang berada di dalam aula menoleh saat Dai Lu dan Jiang Yi masuk ke dalam aula itu.
"Aku berpikir siapa yang mengunjungi keluarga Wen, ternyata murid unggulan dari perguruan Xuan," ucap Jian Yi.
"Jian Yi, sopanlah sedikit pada Cai Jin Cheng!" Yi Ling menatap Jiang Yi dengan tajam.
Cai Jin Cheng menatap Jian Yi, kedua matanya seolah melekat pada sosok wanita yang berbicara itu.
Tuan Wen menatap Jian Yi yang berdiri tidak jauh darinya.
"Jian Yi, apa kau ke sungai lagi?" ucap Tuan Wen.
"Hanya sebentar Paman,"
"Kau ini, setiap hari selalu datang ke sungai itu. Apakah kau berteman dengan ikan di sana? Lebih baik kau berlatih, agar kultivasimu meningkat," ucap Yi Ling.
Jian Yi mengangguk beberapa kali, "Tetapi Kakak Ling, sepertinya aku tidak memiliki bakat dalam berkultivasi. Dan mungkin aku akan membebani Kakak Ling dan juga Paman nanti,"
"Mana bisa kau seperti itu,"
"Cukup! Di sini ada Cai Jin Cheng, apa kalian akan terus berdebat seperti itu?" Tuan Wen menatap Jian Yi dan Yi Ling bergantian.
Jian Yi menatap Yi Ling lalu berbalik dan keluar dari aula.
"Maafkan Ling dan Jian Yi, mereka memang selalu seperti itu," ucap Dai Lu pada Jin Cheng.
"Tidak apa-apa,"
Jin Cheng melihat ke arah luar, sementara Tuan Wen menatap Putrinya seperti memberi kode agar segera menyusul Jian Yi.
Meski Jian Yi hanya keponakan Wen Liu Yan, tetapi dia sudah menganggap Jian Yi seperti anaknya sendiri. Terlebih Jian Yi sudah melakukan hal yang sangat besar untuk keluarga Wen.
"Tuan Wen, saya harus kembali ke perguruan," ucap Jin Cheng.
"Baiklah kalau begitu,"
Setelah memberi hormat, Jin Cheng berjalan keluar dari aula keluarga Wen.
Dai Lu menatap Jin Cheng yang berjalan keluar, laki-laki yang terkenal hebat itu, tidak disangka akan datang berkunjung untuk melihat keadaan Yi Ling dan keluarganya.
"Kakak, apa kau menyukai Jin Cheng itu?" ucap Yi Ling.
"Dia adalah laki-laki yang hebat, memiliki kultivasi yang tinggi. Semua wanita di kerajaan ini pasti menyukainya, hanya saja aku tidak tertarik pada laki-laki yang terlalu kuat,"
"Kakak, apa Kakak sedang bercanda?"
"Sudahlah, lebih baik aku melihat Jian Yi,"
Dai Lu berjalan keluar dari aula, meninggalkan Yi Ling dan juga Tuan Wen.
"Ayah, apa Ayah mendengar yang Kakak katakan tadi? Dia tidak tertarik pada Jin Cheng," Yi Ling menatap Ayahnya.
"Lebih baik kau berlatih, kultivasimu sudah menurun,"
"Aku mengerti Ayah, aku juga selalu berlatih. Tetapi, kenapa tadi Jian Yi berkata seperti itu pada kita?"
Tuan Wen terdiam, dia tentu tidak bisa menjawab perkataan Yi Ling. Karena tidak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya.
"Jangan memikirkan orang lain, berlatihlah sekarang!" ucap Tuan Wen sebelum dia juga pergi dari aula itu.
Yi Ling melihat kepergian Ayahnya, namun dia sama sekali tidak merasa curiga. Lalu dia pun pergi ke tempat latihan.
Di sisi lain, Jian Yi yang berada di dalam kamarnya menatap sebuah kotak coklat yang ada di atas meja, sambil menikmati bubur teratai dan kacang merah.
Kotak itu berisi kipas, tetapi itu bukan kipas biasa. Melainkan kipas yang dapat dia gunakan sebagai senjata, karena dia tidak bisa lagi menggunakan pedang miliknya.
[Dua minggu sebelumnya]
"Ini adalah kipas yang aku buat untukmu, kau bisa menggunakannya sebagai senjata. Di dalam kotak ini juga terdapat teknik menggunakan kipas. Teknik akan langsung terserap pada tubuhmu setelah kau meneteskan darah di atasnya," ucap Tetua yang membantu memindahkan inti kultivasi miliknya pada Yi Ling.
Jian Yi menatap kipas yang masih berada di dalam kotak, saat ini dia belum tahu apakah dia dapat menggunakan kipas itu atau tidak.
Dia juga tidak tahu, apakah dirinya dapat mengendalikan kekuatan kipas itu sebagai senjatanya, atau justru akan membuatnya mati karena salah menggunakannya.
******
Setelah memakan bubur teratai, Jian Yi mengulurkan tangannya ke arah kotak berisi kipas itu, sudah dua minggu sejak kipas itu diberikan padanya, namun belum sekalipun dia membukanya.
"Apakah aku bisa menggunakan kipas ini sebagai senjataku?"
Dengan ragu Jian Yi menyentuh dan perlahan membuka kotak coklat itu.
Di dalam kotak terdapat kipas berwarna biru tua dan terlihat juga seperti ada warna lain yang tersembunyi.
Jian Yi menarik napasnya, lalu menghembuskannya perlahan sebelum mengambil kipas itu dengan sedikit ragu.
Dengan hati-hati Jian Yi membuka kipas yang kini ada di tangannya. Kedua matanya terbuka lebar melihat kipas itu yang berbeda dari kipas yang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
。𝄟≛⃝乚ίɴλᵐʳˢ•ᵒᵗᵗᵉʳ√🐾༢࿔ྀુ
kya'ya cai jin cheng niih yg jdi mc cwok'ya
2025-06-12
0
🟡。𝄟≛⃝乚ίɴλᵐʳˢ•ᵒᵗᵗᵉʳ³🐾༢࿔ྀુ
oooh senjata'ya kipas, kya di cover'ya yaa
2025-06-10
0
🟡。𝄟≛⃝乚ίɴλᵐʳˢ•ᵒᵗᵗᵉʳ³🐾༢࿔ྀુ
duuuh kya'ya suka pda pndang prtma niih🤣
2025-06-10
0