"Halo? Maaf mengganggu Pak Jordan. Apa kamarku bukan nomor 206? Bukankah itu kamar Tuan Aldigar?" Tanya Zeline penasaran. Sebenarnya ia yang salah atau bosnya. Lebih kesal lagi mengingat cara duduknya yang mengangkat satu kaki tadi karena mengecek kakinya yang lecet. Ia rasa Tuan Aldigar melihat itu semua dan membuatnya malu.
"Sebentar. Aku tanyakan dulu kepihak hotel ya. Sepertinya mereka salah konfirmasi. Aku juga belom tahu pasti." Jordan pun langsung mematikan teleponnya. Ia memang sibuk berpesta riang dibawah sana.
Setelah beberapa saat kemudian Jordan pun kembali menelpon Zeline.
"Maaf Zeline, kamarmu ternyata 207 dan kamar 206 memang kamar Aldigar. Apa ada masalah? Pihak hotel akan segera mengirimkan kartu masuk padamu nanti."
"Semua baik-baik saja Pak Jordan. Aku hanya ingin memastikannya saja. Terimakasih."
"Syukurlah kalau begitu. Aku masih ingin menikmati pesta ini, bilang pada Aldigar."
Ya ampun ada-ada saja. Masa kamar hotel saja harus ketuker tuker begini!
Tak lama petugas hotel pun datang mengantarkan kartu dan kunci kamarnya pada Zeline.
Zeline mencoba membuka pintu 207 dengan kartunya, namun kenapa tidak bisa masuk. Pikirnya.
"Ini kenapa lagi pintu? Astaga! Aku juga ingin istirahat!"
Zeline masih berusaha keras untuk membuka pintu nomor 207 itu. Kartunya benar, tertera jelas bernomor 207,namun kenapa tidak bisa dibuka? pikirnya. Dengan kunci pun sama. Sepertinya itu bukan kunci pintu kamar itu, karena sejak tadi ia berusaha keras tetapi tetap saja tidak bisa terbuka juga.
Sementara didalam sana Aldigar juga sedang sibuk menelpon Jordan untuk meminta bantuan. Ia rasa ia terpengaruh obat perangsang dengan ciri-ciri yang ia rasakan saat ini. Keinginannya untuk melakukan itu tidak bisa ditahan lagi. Namun tidak ada jawaban juga dari Jordan, sepertinya ia masih sibuk berpesta. Memang sebenarnya Jordan sedang menikmati pesta dan berjoget riang dibawah sana.
Siapa yang melakukan ini padaku!
"Finn!" Tidak ada yang bisa dilakukan Aldigar sekarang, tangan kanan yang selalu ada disebelahnya pun tidak ada. Bahkan ini sudah larut malam, ia tidak mungkin mengganggu istirahat Finn tangan kanannya yang katanya tidak enak badan.
Aldigar memilih keluar dari unit itu saja untuk mencari solusi, namun yang ia lihat malah Zeline yang sedang bersandar dipintu sebelah kamarnya karena kesal pintu itu tidak bisa dibuka. Melihat belahan dress itu lagi-lagi membuat Aldigar terbayang akan dirinya dipinggir ranjang tadi yang mengangkang.
Mengangkang? Tidak-tidak! Itu hanya bayangan Aldigar yang semakin berhalu Zeline sedang mengangkang. Ia hanya melihat pahanya terbuka saja tadi. Itupun tidak sengaja dan Zeline sendiri benar-benar tidak tahu akan kehadiran Aldigar karena sedang mengecek kakinya yang lecet.
Astaga dia lagi!
Pemandangan Zeline lagi yang ia lihat setelah keluar dari unit itu. Niatnya mau mencari obat,eh malah semakin menjadi-jadi melihat Zeline secantik itu bersandar dipintu karena tidak bisa masuk. Aldigar sudah mendekat sekarang. Ia menahan penuh hasratnya.
"Kenapa tidak masuk?!" Aldigar bertanya sambil menahan diri. Zeline kenapa tidak masuk sih! Pikirnya
"Pintunya tidak bisa dibuka. Mungkin sensornya rusak. Kuncinya juga tidak pas."
Dia harus segera masuk!
"Berikan kartunya." Aldigar pun mencoba membuka pintu itu berulang-ulang, namun tetap saja tidak bisa. Sementara ia tidak ingin lama-lama melihat Zeline dengan dress itu.
Bahkan melihat kaki Zeline yang putih mulus saja saat mencoba membuka pintu itu membuatnya gila, karena rasanya ia ingin menggendongnya sekarang.
"Kenapa pintunya tidak bisa dibuka? Beginikah hotel berbintang dan mewah!" Kesel Aldigar yang berulang kali menempelkan sensornya.
Masih terus mencoba, namun Aldigar menyerah juga dan pasrah dengan kesal. Kepalan tangannya sudah ingin menghantam pintu itu karena menahan hasratnya sejak tadi.
"Aku tidak bisa menahannya lagi Zeline! Aku sudah tidak kuat lagi! Aku pasti bisa mati!" Pekiknya tiba-tiba dengan penuh genggaman tangan ingin menghantam pintu. Sungguh baru pertama kalinya Aldigar merasa seperti ini, jadi rasanya ia tak mampu untuk mengendalikan dirinya.
"Ma-maksudnya Tuan?" Mendengar sang bos berbicara seperti itu dan menatapnya lekat membuat Zeline bingung. Pasalnya ia berkata seperti itu tiba-tiba.
Apanya yang mati?
"Ayo masuk!" Aldigar langsung menarik tubuh itu dan membawa paksa Zeline masuk kedalam kamar 206. Bahkan hampir membuatnya tersandung dan semakin bingung.
"Tu-Tuan? A-apa yang Anda lakukan?" Tanyanya dengan bingung karena diseret masuk. Walaupun ia menyeretnya dengan sopan, tapi ini jelas paksaan untuknya agar masuk ke dalam unit itu lagi.
Bragghkk!
Bahkan Aldigar menutup pintu itu dengan kasar dan segera menguncinya.
"Layani aku Zeline! Aku mohon."
"Upp----" Bahkan belum sempat Zeline berbicara bibir itu sudah diterkam ganas oleh Aldigar. Tenaga Aldigar yang lebih kuat mampu membuat Zeline tak mampu bergerak lebih di jeratan tangannya.
Tetapi Zeline tetap berusaha keras untuk menolak ciuman Aldigar yang memaksa itu.
"Tu-Tuan muda! Anda mau melecehkan saya???"
Bahkan perkataan Zeline tidak didengarkan lagi oleh Aldigar. Ia tidak perduli dengan siapa ia akan berbuat. Gejolak hasratnya benar-benar membara didalam sana. Bibir Zeline benar-benar terasa nikmat dan lembut bagaikan icecream. Sungguh semanis itu rasanya,ini kah rasanya pengaruh obat? Sungguh segila itu! Ia terus saja melumatnya sampai puas walau terlihat penolakan kuat yang terus diberikan dari diri Zeline.
Apa orang ini gila! Apa yang dia lakukan kepadaku? Ibu tolong aku!
Perlawanan terus terlihat dari dalam diri Zeline, namun hanya dengan satu tangannya saja Aldigar mampu mengunci leher itu agar tak menolak ciumannya.
Satu tangan itu bahkan mulai bergerak menjalar kedada Zeline, beruntung Zeline berhasil juga melepaskan ciumannya yang brutal.
"Tuan muda! Apa yang Anda lakukan??? Aku tidak mau! Jangan karena Anda banyak uang Anda bisa melakukan hal seperti ini padaku!"
"Layani aku Zeline! Aku mohon,"
"Tolo---"Lagi-lagi Aldigar sudah mengunci mulut itu dengan tangannya karena akan berteriak. Sekuat apapun ia menolak, tentu tak akan mampu melawan tenaga Aldigar yang sekuat itu.
"Jangan berteriak! Aku bisa membunuhmu kapan saja! Cukup layani aku sekarang Zeline! Aku pasti akan membayar seberapapun yang kau mau nanti! Mintalah padaku setelah ini! Minta apa saja yang kau mau!" Ancam Aldigar. Ia tidak bisa menahan dirinya lagi sekarang, ia hanya inginkan tubuh Zeline yang ada didepan matanya ini. Astaga dia benar-benar gila rasanya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Breagita rolissa
Lanjut thor... /Shame//Chuckle/
2025-06-02
2