Tawaran Daniel

Di jam istirahat Siren memutuskan untuk menemui Samuel yang entah dia dimana, sejak kemarin laki-laki yang masih menjadi pacarnya itu tidak mengabarinya sama sekali, jadi niatnya ingin putus bukankah lebih baik daripada setiap hari makan hati.

"Mana Samuel?" tanya Siren saat tiba di kelas Samuel, dia tidak melihat adanya orang itu disini.

"Ke kantin kali, tadi soalnya sama Dinar" jawab Mia salah satu teman kelas Samuel.

Siren pun memutuskan untuk mencari Samuel di kantin, dia sudah tidak kaget lagi kalau Samuel kemana-mana bersama Dinar, dari dulu dia juga begitu tapi karena dulu Siren masih bisa berfikir positif jadi dia tidak mempermasalahkannya sama sekali.

Disana, Samuel sedang menyuapi Dinar dengan telaten. Bohong kalau Siren baik-baik saja, hatinya teramat sakit melihat pemandangan itu bahkan tangannya sampai gemetar.

"Tunggu mereka selesai makan"

Siren menoleh dan mendapati Daniel sedang berdiri disebelahnya, entah sejak kapan.

"Pasti mau marah karna Samuel kelihatan mesra sama Dinar kan?"

"Sok tau"

Daniel tertawa kecil.

"Kenapa nggak coba lo bales aja? Kita bisa makan bareng dikursi sana biar lo bisa lihat kira-kira dia cemburu nggak sama lo"

"Gue udah nggak butuh kecemburuannya kok, ngapain repot-repot nglakuin itu?"

"Emang udah putus?"

Siren menggeleng.

"Yaudah kalo gitu kenapa nggak mau?"

"Karna hari ini gue mau putusin dia"

Daniel tertawa lagi dan Siren bingung apa sebenarnya yang tengah ditertawakan Daniel ini?

"Saran gue jangan dulu putus, lo bisa balas dendam saat lo masih ada hubungan sama dia justru itu lebih baik"

"Maksud lo apa?"

"Buat dia cinta mati sama lo kalo udah berhasil baru lo tinggalin dia"

Siren mengerutkan dahi, kenapa saran Daniel terasa masuk di logika? Siren melihat kearah Samuel yang masih tidak menyadari ada Siren disini.

"Lo nggak mau dia lebih bahagia andai lo putusin dia kan? Bales semua kesakitan lo selama menjalin hubungan sama dia"

"Caranya?"

"Ikutin permainannya, dia bisa mesra sama orang lain jadi lo juga harus bisa"

"Lo yakin ujung-ujungnya dia nggak akan minta putus duluan?"

"Yakin aja, kalo dia minta putus duluan yaudah itu bukan masalah, buat dia tetep nyesel"

Siren menatap Daniel, tidak yakin dengan yang diucapkannya tapi disisi lain dia juga penasaran apakah cara itu akan berhasil.

"Percaya sama gue!"

Siren kembali melihat kearah Samuel tapi kali ini Samuel juga sedang melihat kearahnya, dan dia tidak bereaksi apa-apa karena Siren merasa marah akibat cemburu jadi dia memutuskan untuk menarik tangan Daniel dan pergi menjauh dari sana.

"Lo mau bantu gue?" tanya Siren saat mereka duduk dikursi taman.

"Boleh, tapi gue dapet apa kira-kira"

Siren memutar bola mata, dia lupa bahwa yang dihadapinya saat ini adalah orang yang paling berpengaruh di sekolah karena kecerdasannya.

"Lo mau apa?"

"Nggak ribet kok, gue cuma mau lo kirim foto ke gue sehari sekali aja"

"Buat apa? Lo mau nyantet gue?"

Daniel tertawa kecil.

"Gue bukan dukun, lakuin aja gue bantuin semaksimal mungkin sampek Samuel nyesel"

Siren tampak diam berfikir, permintaan Daniel sebenarnya cukup sepele tapi itu aneh sekali baginya.

"Fotonya foto biasa kan?"

"Iya kalo mau yang luar biasa juga boleh"

Siren membuang muka sambil berdecak sebal, padahal dia serius sekali.

"Iya biasa, waktunya juga terserah yang penting jangan lupa sehari sekali"

"Oke deal!"

Siren mengulurkan tangannya, Daniel membalas uluran tangan itu dengan erat.

"Gue bikinin kertas perjanjiannya besok"

"Kenapa harus ada kertas perjanjian segala?"

"Biar resmi, trus kalo lo nggak tepati janji gue bisa tuntut lo ke pengadilan"

"Kok gitu?" Siren langsung menarik tangannya.

Daniel tertawa kecil.

"Bercanda, pokoknya besok dateng aja ke apartemen gue! Besok Minggu kan?"

"Iya"

"Yaudah, sekarang masukin nomor lo ke handphone gue"

Daniel memberikan handphonenya pada Siren, meski ragu Siren tetap mengetik nomornya sendiri disana.

Setelah selesai, dia memberikannya lagi ke Daniel.

"Siap-siap buat bikin Samuel nyesel"

Daniel berdiri, lalu pergi meninggalkan Siren yang masih duduk diam sambil menatapnya.

*

Siren ikut gabung bersama Martin, Kay, dan Luna yang sedang duduk bersama di kelas, jam kosong memang menjadi bagian terfavorit sejak dahulu kala.

"Dari mana lo Sir?" tanya Luna

"Dari luar, lagi ngomongin apa sih kok kayak asik gitu"

"Eh..lo kemarin ngikut ini berdua ke tempat haram?"

Siren mengangguk sambil mengambil ciki yang sedang dipegang Martin, Martin melongo.

"Ya ampun gue juga mau kalo gitu, ada cowok ganteng nggak?"

"Ehmmm...." Kay berdehem seolah mengkode bahwa dirinya juga cowok ganteng.

"Seret Kay? Minum tuh!" sahut Martin.

"Haha...banyak Lun..mau milih yang mateng apa mateng banget semua ada" jawab Siren.

"Wahh mantab kalo gitu, kalian kapan kesana lagi? Gue ikut dong"

"Gak...gak ada, gak kesana lagi ya kan Mar"

"Hahaha...libur dulu Lun mau ujian bisa-bisa anjlok nilai kita"

"Tapi...kok kalian bisa masuk? Bukannya club itu buat yang udah punya KTP aja?" tanya Luna lagi

"Bisa lah, kita kan udah punya KTP"

"Elo belum kan Sir kok bisa masuk?"

"Gak tau itu Martin sama Kay, soalnya semalem gue terima beres"

Luna menatap Martin dan Kay secara bergantian, seolah menagih jawaban.

"Disogok lah.."

"Hah?? Jadi kalian semalem nyogok?" tanya Siren yang syok

Martin dan Kay sama-sama mengangguk.

"Trus habis berapa kalo gitu?"

"Urusan itu serahkan kepada yang mulia Kaylan, uangnya kan unlimited haha" jawab Martin.

"Berapa Kay?" tanya Siren

"Gak banyak kok, udahlah nanti lagi kalo selesai tour ya buat ngilangin lelah setelah bepergian, gue yang traktir" jawab Kay

"Tuhkan, Kay kurang apa lagi Lun udah kaya baik tidak sombong lagi"

"Idih kenapa jadi gue"

"Ya masa Siren, dia kan punya Samuel"

Siren jadi tidak mood mendengar nama itu.

"Ehh..btw udah putus belum Ren?" tanya Kay

"Belum"

"Emang mau putus, kenapa?" tanya Luna yang merasa ketinggalan berita.

"Biasa lah, ketempelan"

"Anjir..si Dinar lagi?"

Siren hanya tersenyum tipis.

"Kalo gue jadi elo, gue udah putusin dari hari pertama jadian"

"Lahh kocak ini orang, kalo gitu mana tau kalo akhirnya kayak begitu orangnya" sahut Martin

"Ya..abisnya gue greget banget sama lo Sir, udah tau Samuel itu nggak bisa jauh dari Dinar yang katanya sahabatnya itu, masih aja lo mau sama dia"

Martin dan Kay mengangguk-angguk setuju, sementara Siren hanya diam membenarkan ucapan Luna, dia memang bodoh karena dibutakan oleh cinta.

"Dahlah gak perlu sedih kan masih ada kita, biarin aja itu si brengsek biar jadian sekalian sama Dinar" lanjut Luna

"Sedih boleh, cuma jangan larut-larut ya Ren mau ujian ini nanti pas tour ke Bali kita harus happy" ucap Martin

Siren mengangguk, dia mengembalikan ciki Martin yang isinya sudah tandas itu.

"Habis dibalikin"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!