Nabilah menyetir mobil dengan mata agak menerawang. Fokus kedua mata Nabilah memang tertuju ke jalan raya yang memang tengah macet. Akan tetapi, sepertinya jiwa Nabilah tidak berada di dalam sedan silver tersebut (yang mana mobil itu dibeli dari penghasilan bersihnya selama setahun awal bekerja di perusahaan periklanan cukup ternama).
"...haruharu, yeoreum gyeoul, neon mollado, you got the best of me, you got the best of me. So, please just don't leave me. You got the best of me..." Nabilah melirihkan salah satu lagu dari boyband asal Korea Selatan bernama BTS.
Sejak kecil, Nabilah sudah menggandrungi segala hal yang berbau Korea. Begitu pulang sekolah, Nabilah langsung mendengarkan CD dari boyband yang tengah hits saat itu, Super Junior. Tak sekadar mendengarkan, Nabilah pasti coba memeragakan koreografi dari Super Junior. Ia melakukan hal tersebut seolah-olah personel-personel Super Junior tengah berada di sekelilingnya. Siwon merupakan bias-nya. Teman-teman Nabilah tahu fakta Nabilah yang itu. Itu bahkan termasuk teman-teman Nabilah di sanggar.
Nabilah lalu bersiul-siul. Masih tetap menyiulkan "Best of Me" dari BTS. Di kepala Nabilah, terputar satu kenangan indah.
...
"Nabilah, Nabilah,..." seru Mamak sambil membuka selimut yang menutupi tubuh Nabilah yang mengenakan piyama bergambar tokoh kartun favoritnya, Snoopy. Dulu Nabilah senang sekali dengan Snoopy. Hampir dipastikan akan dibeli, jika Nabilah menemukan sesuatu yang berbau Snoopy, entah itu boneka, mug, stiker, kertas file, hingga kaus. "...hey, Nabilah, ayo, kau bangun, Nabilah. Lupa kau hari ini hari apa?"
Bukannya langsung bangun dan bangkit, Nabilah malah mengulet-ngulet di atas tempat tidur. Barulah pada saat Mamak memukul-mukul punggungnya, tangan Nabilah spontan mengambil weker yang berada di atas nakas. Nabilah mengambil weker tersebut dan melihat jam.
"Ya ampun, udah jam segini," Nabilah panik dan bangkit dari tempat tidurnya. Sempat dilihat Nabilah, Mamak yang sibuk menggeleng-gelengkan kepalanya. Mata Mamak melotot. Nabilah cengar-cengir sembari mengacak-acak sendiri rambut panjangnya yang sudah kusut akibat aktivitas alam mimpinya.
"Mamak kan sudah bilang, jangan begadang. Kau malah asyik nonton drama Korea itu. Hari ini kau ada syuting, Nabilah. Nggak perlu kau pakai seragam. Mamak sudah urus surat ijin ke sekolah kau. Ayo, buruan mandi." ujar Mamak dengan nada yang seperti memerintah Nabilah.
"Hehehe... iya, Mak..." ucap Nabilah nyengir.
Mamak lalu pergi dan meninggalkan Nabilah yang bersiap untuk mandi. Kemudian, sekitar satu setengah jam kemudian Nabilah sudah berada di dalam Kijang Kapsul. Nabilah duduk di samping Bapak yang asyik menyanyikan, "...kemesraan ini, janganlah cepat berlalu. Kemesraan ini, ingin 'ku kenang selalu..."
"Pak," potong Nabilah yang mana kedua mata Nabilah masih mengantuk. Nabilah terlihat murung pagi hari ini.
"Apa, Nabilah?" ujar Bapak yang menoleh ke arah Nabilah sembari mengumbar senyuman.
"Aku mau berhenti syuting aja," kata Nabilah langsung mengutarakan isi hatinya.
"Kenapa memangnya, Nabilah?" tanya Bapak yang masih tersenyum. "Apa ada yang mengganggu kau di lokasi syuting? Nanti biar Bapak beritahukan Om Adrian."
Adrian merupakan produser pelaksana dari FTV yang mana lokasi syutingnya tengah dituju oleh Bapak dan Nabilah. Kabarnya judul FTV-nya adalah "Neneng dan Nenek Mak Lampir Kesayangan". Oh, tenang saja, memang ada unsur horornya, namun lebih ke arah drama religi. Sudah selama tiga minggu ini Nabilah terlibat proses pembuatan FTV tersebut, yang membuat Nabilah bisa menjumpai artis favoritnya, Donna Maia.
Nabilah menggeleng. "Pengen berhenti syuting aja. Udah bosen."
"Udah nggak mau jadi artis lagi, nih, ceritanya?" tanya Bapak lagi.
Nabilah tidak menjawab. Kedua matanya hanya memandangi situasi jalan yang berada di balik jendela mobil.
...
Tersentak Nabilah mendadak. Ia kembali kepada realita. Tanpa bisa dicegah, Nabilah coba menahan tangis, walau akhirnya gagal. Nabilah merindukan ayah kandungnya.
...
"Yang sabar, Nab. Terus, sekarang gimana? Lu mau balik ke Indonesia?"
"Rencananya gitu. Nyokap nyuruh gue balik. Besok pagi rencananya nyokap bakal transfer ongkos pulang. Gue diminta langsung buru-buru pulang. Yah, semoga masih keburu."
"Gue boleh ikut?"
"Balik ke Indonesia? Yah, janganlah, lusa kan hari bersejarah buat lu. Lu harus jalani itu."
"Lu mungkin butuh teman, Nab."
"Gue bisa sendiri. Gue nggak kenapa-napa."
"Yah, udah, besok gue temenin lu buat urus kepulangan lu ke Jakarta. Atau, lu mau sekarang urus? Yang gue lihat, ada travel agent buka dua puluh empat jam. Mau gue anterin ke sana?"
"Andai lu itu beneren cowok gue, Yas. Gue mungkin nggak bakal ngerasain semua hal ini."
...
Tangis Nabilah makin kencang saat membayangkan kejadian itu lagi. Tanpa sadar Nabilah malah memanggil-manggil satu nama. Itu adalah Matias, seseorang yang sudah selayaknya Nabilah menjaga jarak dari laki-laki tersebut. Shanelle pernah memberitahukan Nabilah bahwa Kezia dan Matias tengah merencanakan pernikahan, atau, yah setidaknya, bertunangan terlebih dahulu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments