Alea menatap ruangan yang akan menjadi kamarnya. Suasana cukup tenang, karena hanya ada dia sendiri disana, tapi pikirannya tidak setenang itu. Berkecamuk tak menentu.
Alea duduk di sebuah sofa tunggal di dekat jendela, perlahan tangannya mengelus perutnya. Jika bisa memilih, dia akan tetap mempertahankan anaknya, tidak akan pernah mengorbankan nyawa yang tidak bersalah. Meski sekarang dia harus masuk ke dalam pernikahan ini. Dimana Rean menjadi suami pengganti untuknya.
"Nak, Ibu akan selalu menjaga kamu ya. Meski Ayah kamu tidak peduli, Ibu akan berusaha untuk menjadi Ibu yang baik buat kamu. Kita berjuang sama-sama ya"
Tanpa sadar air mata mengalir begitu saja, Alea mulai lelah dengan semuanya. Tapi meski begitu, dia tidak akan menyerah. Apapun yang terjadi, dia akan selalu berjuang untuk anaknya.
Suara pintu di ketuk, Alea segera mengusap air matanya. Alea berdiri dan berjalan ke arah pintu, membukanya dan melihat seorang perempuan dengan seragam pelayan berdiri di depannya, perempuan itu masih terlihat cukup muda.
"Hallo Nona, saya Ika, pelayan disini. Jika Nona butuh apapun, bisa panggil saya"
Alea mengangguk sambil tersenyum ramah. "Baik Mbak Ika, terima kasih. Akan banyak merepotkanmu nantinya"
"Iya Nona, tidak papa"
Setelah mandi dan berganti pakaian, Alea berjalan ke arah tempat tidur. Menatap map coklat berisi surat perjanjian dari Rean disana. Dadanya berdenyut sakit, tidak pernah menyangka jika dirinya akan masuk dalam sebuah pernikahan seperti ini. Yang awalnya dia hanya melihat hal seperti ini di sebuah seri drama.
Alea mengambil map coklat itu, menarik laci nakas dan menyimpannya disana. Dia menarik selimut dan bersiap untuk tidur.
"Kita istirahat ya Nak, perjalanan besok pagi akan lebih berat. Doakan Ibu kuat menjalaninya"
Alea mulai memejamkan matanya, meski mimpi buruk akan datang. Tapi, dia sadar jika mimpi buruknya sudah terjadi dalam dunia nyata. Jadi, hanya memilih untuk tidur dan melupakan semuanya untuk sejenak.
Entah pukul berapa sekarang, tapi dia merasakan mual yang luar biasa. Perutnya bergejolak, Alea segera berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya di wastafel.
Keringat dingin mengalir di keningnya, rasa mual belum juga hilang. Alea mencuci wajahnya, mengatur napas yang terengah-engah. Alea pergi keluar kamar untuk mengambil minum, ternyata hari sudah pagi.
"Loh Nona sudah bangun? Ini masih pagi loh" ucap Ika yang sedang menyiapkan bahan masakan untuk sarapan pagi ini.
Alea tersenyum, dia menarik kursi meja makan dan duduk disana. Mengambil gelas dan menuangkan air putih ke dalamnya.
"Aku kebangun karena perutku mual, Mbak"
"Ah begitu ya, sebentar biar saya buatkan minuman hangat"
Alea hanya mengangguk saja, melihat Mbak Ika yang sibuk menyiapkan minuman hangat untuknya. Teh hijau jahe dengan sedikit madu, membuat Alea sedikit lebih baik. Rasa hangat yang mengalir dari minuman itu, membuat perutnya tidak lagi terasa mual.
"Terima kasih ya Mbak"
"Iya Nona, em semalam ... Tuan tidak pulang?"
Alea terdiam, dia tahu itu adalah sebuah pertanyaan padanya. Tapi, dia juga bingung harus menjawab apa? Karena dia pun tidak tahu kalau Rean pergi, bahkan sampai tidak pulang ke rumah.
"Em, mungkin ada urusan Mbak"
Mbak Ika duduk disamping Alea, menatapnya dengan iba. "Nona yang kuat dan sabar ya. Suatu saat Tuan Muda pasti akan berpihak pada Nona, hatinya masih keras, nanti pasti akan luluh juga"
Alea tersenyum, dia merasa tidak terlalu kesepian di rumah ini karena ada Ika yang menemaninya. "Mbak tahu kenapa Tuan Rean menikahiku?"
Ika terlihat terdiam, tapi kemudian mengangguk. Tidak mungkin dia tidak tahu, karena dia bekerja dengan Rean di rumah ini sudah cukup lama.
"Nona yang sabar ya"
Alea tersenyum, dia menghela napas pelan. "Mbak, aku tidak papa. Jika sikap Tuan Rean seperti itu padaku, menurutku itu wajar. Karena dia tidak seharusnya mengambil alih tanggung jawab adiknya"
"Saya juga bingung, kenapa Tuan Muda Athan tidak mau bertanggung jawab. Padahal sudah jelas dia yang melakukannya"
"Mungkin karena dia tidak siap akan sebuah pernikahan dan langsung menjadi seorang Ayah juga" ucap Alea dengan tersenyum miris.
Apa Alea siap? Tidak. Dia juga tidak siap akan pernikahan ini, apalagi dengan keadaannya yang sekarang sedang mengandung. Apa Alea siap menjadi seorang Ibu? Tidak, dia tidak siap. Tapi dia akan berusaha yang terbaik, karena ini adalah kesalahannya, bukan salah anak dalam kandungannya yang sama sekali tidak berdosa.
Mbak Ika meraih tangan Alea di atas meja, mengenggamnya lembut. "Nona yang sabar ya"
Selesai mandi, Alea merasa lebih baik. Dia keluar kamar bermaksud untuk kembali menemui Mbak Ika yang masih sibuk menyiapkan sarapan.
Tapi, langkah kakinya terhenti saat dia berada di ruang tamu. Suaminya datang dengan menggandeng seorang perempuan cantik disampingnya. Alea terdiam melihatnya.
"Ah ini Alea ya, istri kamu itu?"
Alea masih merasa bingung, pikirannya kosong. Sampai dia teringat ucapan Rean sebelum mereka menikah. 'Setelah bayi ini lahir, kau harus pergi dari kehidupanku, karena aku punya wanita yang ingin aku nikahi'.
Ah, mungkin ini adalah wanita itu.
Alea menatap suaminya, berharap Rean akan sedikit saja menjelaskan padanya. Tapi, dia hanya diam saja, seolah tidak ingin menjelaskan atau mengatakan apapun pada Alea.
"Sudahlah, kenapa juga kau pedulikan dia. Aku membawamu kesini, hanya untuk menunjukan jika dia tidak akan pernah ada dalam hatiku!"
Deg.. Hatinya berdenyut nyeri sejak mendengar ucapan Rean barusan. Meski seharusnya dia tidak begitu sakit, karena Alea tahu sejak awal jika Rean memang membencinya.
"Ah, jangan terlalu jahat Sayang. Ucapanmu sungguh keterlaluan"
"Sudahlah, ayo pergi ke kamarku. Aku ingin mengambil barang"
Pergi ke kamar? Apa ini harus?
Entah kenapa, tapi Alea merasa jika suaminya tidak bisa membawa perempuan ke kamarnya. Meski itu adalah kekasihnya. Tanpa sadar, Alea menahan tangan perempuan itu.
"Maaf, tapi tidak baik kamu masuk ke dalam kamar Tuan Rean. Meski kalian berpacaran, tapi Tuan Rean sudah menikah sekarang. Tolong hargai itu"
Riska cukup terkejut dengan itu, Rean pun sama. Riska menepis kasar tangan Alea. "Heh, kamu siapa? Kenapa mengatur, lagian terserah Rean mau membawa siapapun ke kamarnya"
Alea terdiam sejenak, dia menatap Riska dengan tenang. "Maaf Nona, tapi aku tidak bisa mengizinkan perempuan lain masuk ke kamar suamiku"
"Haha, suami? Hanya suami pengganti!" tekan Riska.
"Apapun itu, Tuan Rean sudah menjadi suamiku"
Rean mendengus pelan, melihat sikap Alea yang mulai melewati batas. "Aku sudah pernah katakan padamu, jangan pernah ikut campur urusanku!"
"Tuan, aku tidak ikut campur. Terserah Tuan Rean mau membawa siapapun ke rumah ini. Tapi, jangan membawa perempuan mana pun ke kamar Tuan"
Rean ingin marah, tapi suara dering ponsel mengalihkannya. Pada akhirnya dia pergi ke kamar sendiri, dan Riska hanya cemberut kesal menunggu di sofa ruang tamu.
Aku memang bukan perempuan yang kamu cintai. Tapi, aku tetap istrimu.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
dika edsel
ya iyalah dia istrinya...dan elo selingkuhannya..aku bner kan?? dih..aku kira rean adlh laki2 berkelas eh ternyata murahan juga..!! ingat rean laki-laki berkelas adlh laki2 yg setia, walaupun elo gk cinta pling tdk elo tau batasan dan menghargaiinya..,tunggu sampe kalian cerai dulu baru elo gandeng si kuntilanak ituh..!!
2025-05-24
0
partini
lanjut,,beda ko Thor ga sama cuma awal ma perjanjian yg sama 👍👍👍
2025-05-24
0
ken darsihk
Yesss Alea good 👍👍
2025-05-24
0