Bab 3. Pernikahan Berakhir Petaka

Di kamar yang sunyi dan sepi. Keduanya masih terlihat bersih tegang. Maura tetap tegas pada pendiriannya, ia mengatakan secara terang-terangan jika ia tak suka dengan sikap sombong dan arogan yang ditunjukkan oleh Danny.

"Tuan Lionel Danny, maaf. Aku menolak keras pernikahan ini." Maura berbicara dengan kedua tangan dilipat ke arah depan dada sambil membelakangi Danny.

Mendengar pengakuan Maura, Danny tentu saja merasa tertampar.

'Tidak! Pernikahan ini tidak boleh gagal,' batinnya sambil menatap tajam seraya mengepalkan kedua telapak tangannya.

Wajahnya bahkan berubah merah padam, terlihat jelas jika ia benar-benar sedang marah.

Menit kemudian ia langsung membalikkan tubuh Maura, mendesaknya hingga ke dinding. Ia kembali mengikis jarak wajah mereka.

Namun, kali ini bukan untuk berciuman. Tetapi ia menyampaikan niatnya secara lugas.

"Kamu sudah membuatku marah besar, Maura. Pilih saja, menikah denganku ... atau diam dan tunggu saja mayat seluruh keluargamu!" hardiknya seraya mencengkeram dagu gadis itu.

Kedua mata Maura terbelalak seketika. Napasnya langsung memburu, dadanya terasa sesak. Ia tak menduga jika Danny bisa berkata seperti itu.

Melihat dari ekspresi wajahnya yang benar-benar marah, Maura bisa paham. Jika ancaman pemuda di hadapannya ini tidak main-main.

Maura masih ingat benar, bagaimana pria itu diserang beberapa orang, gengster mungkin. Di pesta ulang tahunnya sendiri. Jika Danny bukan ancaman bagi siapapun, lalu untuk apa orang lain melakukan penyerangan?

Beberapa pertanyaan seketika terlintas di benak Maura. Gadis itu gemetar bukan main.

"Jawab!" seru Danny sambil mengguncangkan tubuh Maura.

Kedua pasang mata itu saling beradu. Maura menatap manik mata yang bahkan tak bergerak itu dengan jelas dan cukup dekat.

Kemudian ia menjawab meski dengan suara tergagap.

"A-aku bersedia."

Danny langsung mendorongnya dengan kasar, lalu berjalan cepat meninggalkan kamar Maura. Membiarkan gadis itu terus berpikir segala hal tentangnya.

Maura tersadar, lalu ia melangkah keluar kamar. Kedua pasang kaki jenjangnya, nyaris saja melangkah menuruni anak tangga, tetapi ia sudah dikejutkan oleh pernyataan pria itu.

"Tuan Antoni, putri Anda setuju. Besok, di di rumah ini, pernikahan akan dilangsungkan," terang Danny.

Maura menghentikan langkahnya. Ia diam mematung memperhatikan.

Kali ini ia terlihat emosional. Tak ada senyum senyum yang terlihat sedikitpun membingkai wajah tampan pemuda itu.

Mendengar itu, kening Tuan Antoni berkerut seketika.

"Bukankah tadi kau sendiri yang bilang jika akan menikahi putriku seminggu atau paling tidak sebulan lagi?" Tuan Antoni melangkah mendekat, mencoba mencari tau, apakah ada yang salah dengan putrinya.

"Tidak, aku dan Maura sudah sepakat, pernikahan akan dilangsungkan esok hari. Bukankah yang terpenting pernikahan tercatat di sipil? Pesta itu bisa belakangan, Tuan," bujuk Danny.

Sungguh, ada keanehan yang sebenarnya dirasakan Tuan Antoni. Tetapi karena tak tahu itu apa, jadi ia memilih sepakat.

Mungkin saja ia takut kerja sama mereka berdua berakhir buruk jika ada penolakan.

Setelah kedua belah pihak keluarga menyetujui, Danny dan orang-orang kepercayaannya pamit pulang.

Sebelum pulang, ia memberi peringatan pada seluruh keluarga Tuan Antoni, agar pernikahan tidak perlu mengundang orang luar, cukup dihadiri oleh keluarga saja.

Tuan Antoni lagi dan lagi setuju. Entah karena faktor umur, tetapi ia tak mau mempersulit pemuda itu.

***

Keesokan paginya, sebelum datang ke rumah Tuan Antoni, seluruh pengikut setia Danny berkumpul. Mereka menggunakan tuxedo serba hitam, lengkap dengan topeng yang sudah mereka persiapkan.

Sementara itu di dalam kamar, Danny sudah tampak menawan dengan setelan mahalnya, lengkap dengan bunga mawar putih dan sapu tangan di saku dada sebelah kiri yang menambah lengkap penampilannya.

Danny mematut diri di depan cermin. Ia melihat bayangannya sendiri. Tetapi, ia tidak sedikitpun menunjukkan ekspresi bahagia di wajahnya, melainkan terlihat sangat sedih. Bahkan pelupuk matanya dipenuhi oleh embun yang nyaris mencelos dari tempatnya.

"Ayah, akhirnya ... hari yang kutunggu bertahun-tahun lamanya datang juga. Kau akan bangga memiliki putra sepertiku."

****

Singkat cerita, iring-iringan mobil pengantin yang dihias bunga mawar putih telah sampai di kediaman Tuan Antoni.

Rumah mewah itu terlihat indah dengan dekorasi rumah yang dicat serba putih, dipadupadankan dengan banyak bunga mawar merah menghiasi seluruh jalan masuk serta seisi ruangan.

Tak lama kemudian, Maura bersama Tuan Antoni berjalan menuju tempat yang disediakan. Prosesi pernikahan itu terjadi begitu saja.

Sangat cepat dan sederhana, tanpa pesta mewah tanpa dekorasi berlebihan. Hanya janji suci yang diucapkan dalam diam dan disaksikan segelintir orang, itupun hanya keluarga dan beberapa orang kepercayaan Danny.

Dalam hitungan menit, mereka resmi menjadi suami istri.

Keluarga bersorak senang, tetapi kemudian suasana berubah mencekam ketika beberapa orang mengenakan tuxedo bertopeng menerobos masuk.

Jumlahnya cukup banyak, beberapa dari mereka menarik paksa pengantin wanita, dan sebagian lagi memporak-porandakan rumah Tuan Antoni.

Tuan Antoni terkejut atas penyerangan ini.

"Danny, lindungi istrimu!" perintah Tuan Antoni setelah mendengar suara letusan pistol.

Tetapi nahasnya, Lionel Danny hanya tersenyum menyeringai, hal itu benar-benar mengubah ekspresi wajah Tuan Antoni menjadi terbelalak lebar.

"Danny, apakah ini ulahmu?" tanyanya dengan raut cemas disertai gemetar.

Lagi. Danny hanya memberikan perintah agar semua anak buahnya maju tanpa memberikan penjelasan.

Beberapa pengawal Tuan Antoni terlihat kewalahan, padahal mereka sangat terkenal jago beladiri.

Sementara itu, Maura dibekap dengan bius bibirnya hingga pingsan. Danny membawanya masuk ke dalam mobil.

Lalu ia kembali pada situasi rumah Tuan Antoni yang sudah kacau.

Suara letusan pistol, barang-barang pecah, pukulan terdengar riuh di telinga pendengarnya kala itu.

Lima menit setelah itu, Danny kembali berseru, "Mundur, dan mulai aksi kalian!"

Setelah mendengar aba-aba dari Danny, api tiba-tiba berkobar. Dan mulai membakar sebagian besar rumah. Asap mengepul mengelilingi sisi rumah.

Hingga kemungkinan sangat kecil bagi pemiliknya untuk melarikan diri setelah mereka lelah melakukan perlawanan sebelumnya.

"Apa salahku, Danny!" teriak Tuan Antoni dalam kondisi duduk dan terikat di sebuah kursi.

"Tidakkah kamu ingat? Kau membakar seluruh keluargaku hingga tak tersisa seperti hari ini, Tuan Antoni. Dan sayangnya kau masih meninggalkan anak berusia sembilan tahun tetap hidup dan membalas dendam untuk keluarganya," ungkap Danny.

Tuan Antoni tersentak. Ia menggeleng cepat.

"Lepaskan aku Danny, kasihani keluargaku. Lepaskan Maura. Dia istrimu sekarang, Danny!" teriak Tuan Antoni.

Api menyala semakin besar membakar rumah. Sementara itu, orang-orang Antoni yang selamat memilih melarikan diri, dan beberapa anggota keluarga lainnya pingsan dan ada juga yang luka-luka dibiarkan mati terpanggang.

Setelah memastikan si jago merah melahap seluruh rumah, barulah Danny masuk ke dalam mobilnya.

Ia bahkan masih menatap lama. Cukup lama.

'Ayah, aku sudah membalasnya. Sama persis dengan cara yang orang itu lakukan pada keluarga kita,' batinnya menangis.

"Tuan Danny, sebaiknya kitab cepat pergi. Mereka memang tinggal dipemukiman sepi penduduk, tetapi setelah ini pasti akan ada polisi yang datang," cetus salah seorang kepercayaan Danny.

Lalu Danny mengangguk. "Jalan!"

Ia melihat Maura yang masih tak sadarkan diri di sampingnya karena obat bius.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Nina_Melo

Nina_Melo

Menegangkan

2025-05-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!