Malam ini bulan bersinar terang. Langit yang ditaburi bintang sekalipun, tak mampu menerangi jalanan sepi yang dilewati Maura.
Malam ini, Maura diajak serta oleh ayahnya untuk menghadiri sebuah pesta ulang tahun seorang pemuda berpengaruh, yang enam bulan belakangan menjadi rekan bisnisnya.
"Maura, kau sangat cantik. Ayah yakin Lionel Danny akan langsung jatuh hati padamu," kata ayah Maura sembari memandangi putrinya.
Maura masih bersikap tak acuh. Sama seperti biasanya, ia tidak tertarik sama sekali jika diajak membicarakan tentang pria manapun.
Ia bisa menebak. Jika ayahnya akan mengatur perjodohan dengan rekan bisnisnya itu.
"Dia tertarik atau tidak, aku tidak peduli. Lagi pula ... aku lebih tertarik dengan belajar bela diri." Maura mengembuskan napas, lalu ia lebih memilih mengalihkan perhatian ke arah luar jendela.
Sementara itu, sang ayah justru terkekeh pelan.
"Dia berbeda, Maura. Pria ini sangat digandrungi wanita. Kamu akan cemburu melihatnya," goda sang ayah, yang malas ditimpali oleh Maura.
Kemudian, suasana di dalam mobilpun menjadi hening. Mungkin saja sang ayah lelah meyakinkan putrinya.
Malam itu, mobil melaju kencang menuju daerah perkotaan. Gedung-gedung tinggi pencakar langit, menjadi saksi ramainya jalanan kota saat itu.
Setelah sekitar setengah jam lebih berkendara, akhirnya Tuan Antoni sampai juga di gedung megah yang dituju.
Letaknya berada di tengah kota, memudahkan para tamu undangan yang ingin datang. Berbeda dengan Tuan Antoni yang memang memilih tinggal di pinggiran kota. Sehingga untuk sampai di sana saja lumayan memakan waktu lama.
Pintu ruangan terbuka lebar, ketika Tuan Antoni yang datang bersama istri dan anaknya melangkah memasuki tempat itu.
Sementara beberapa orang kepercayaan Tuan Antoni, terlihat berdiri siaga.
Di waktu yang sama. Lionel Danny, menoleh ke arah mereka. Pandangan matanya sejenak menatap Tuan Antoni, tetapi menit setelahnya berpindah ke arah Maura.
Sorot matanya sangat tajam mengiris, seakan menyiratkan arti yang entah. Lalu kemudian, kakinya berjalan cepat menghampiri tamu undangan yang dianggap spesial itu.
"Oho, Tuan Antoni. Tak kusangka Anda datang sendiri. Aku merasa sangat terhormat." Danny setengah membungkukkan badannya, seolah menunjukkan rasa hormat.
"Hahah, aku memang harus datang anak muda. Lagi pula ada janjiku padamu yang belum kutepati bukan?"
Kemudian, mereka berdua terlihat mengobrol sejenak, entah mungkin sekedar basa-basi bisnisnya.
Selanjutnya, Tuan Antoni berjabat tangan dengan pemuda itu, setelah beberapa orang kepercayaan mendekat menyerahkan hadiah ulang tahun untuknya.
"Selamat ulang tahun," ucap Tuan Antoni dengan tatapan teduhnya, yang disambut senyum hangat oleh Danny.
"Terimakasih, Tuan," jawabnya, lalu pandangan Danny berpindah pada wajah cantik Tuan Antoni.
"Dia ...," katanya. Kalimatnya terjeda.
Sepasang mata Maura dan Lionel Danny akhirnya bertemu sejenak. Seperti dua orang yang saling mengagumi.
Beberapa tamu yang datangpun melihat ke arah keduanya. Maura sangat cantik. Ia menjadi pusat perhatian dengan gaun merah jambu lengkap dengan tali yang menggantung di lehernya.
"Dia putri pertamaku. Bagaimana menurutmu, kau setuju Danny?" tanya Tuan Antoni, seraya menatap manik mata lawan bicaranya.
Suasana yang riuh mendadak hening.
Lionel Danny memang tidak menjawab, tapi gestur tubuhnya yang disertai anggukan kepala mengisyaratkan persetujuan.
"Nama Anda, Nona?" Danny mengalihkan pandangannya ke arah Maura sambil mengulurkan tangan.
"Maura," jawab Maura. Irit kata.
Gadis cantik itu rupanya sedang berusaha menutupi rasa gugupanya. Ia bahkan mengedarkan pandangannya ke arah lain. Seolah menghindari bertatapan mata langsung dengan Danny.
"Mari," ajak Danny, ia mengulurkan tangannya.
Tetapi sayangnya Maura hanya melirik, lalu melangkah mengikuti pergerakan Danny, membiak keramaian para tamu.
Suasana ulang tahun Danny berlangsung meriah, ketika tiba saatnya potong kue, beberapa perempuan cantik menatapnya penuh harap.
Mungkin saja di antara mereka berharap pemuda itu memberikan kue potongan pertama pada mereka. Tetapi sayangnya dugaan itu membuat mereka akhirnya kecewa.
Karena Danny, memberikan potongan kue pertamanya pada Maura.
Namun, siapa sangka gadis itu justru menyerahkan kue yang baru saja ia terima kepada sang Ayah.
"Maaf, tidak bermaksud membuatmu tersinggung. Tradisi keluargaku mengajarkan, orang tua harus lebih dulu," ungkapnya, sambil sedikit tersenyum.
Pipi Danny bersemu merah seketika, kedua tangannya terkepal. Ini untuk pertama kalinya ia merasa dipermalukan.
"Ah, tidak apa-apa," katanya. "Maaf Tuan Antoni, aku tidak bermaksud membuat Anda tersinggung," imbuhnya kemudian.
Tuan Antoni tersenyum simpul, sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.
"Aku paham anak muda."
Kemudian mereka melanjutkan keseruan pesta. Karena hari semakin larut malam. Akhirnya Tuan Antoni memutuskan untuk pulang.
Mulanya, ia ingin membawa serta Maura. Tetapi entah apa yang Lionel Danny pikirkan, ia menentangnya.
"Tuan, jika Anda ingin aku menyetujui kesepakatan kita. Aku ingin mengenal lebih dekat Maura," katanya sambil terus memandangi gadis itu.
Maura merasa tak nyaman ditatap seperti itu. Sehingga ia memilih melempar pandangan ke arah ibunya.
"Oh tentu," sahut Tuan Antoni.
"Silahkan Anda pulang, saya ingin Maura tinggal. Sebelum tengah malam, saya sendiri yang akan mengantarnya di kediaman Anda, Tuan," bujuk Danny seraya memberikan gestur mempersilahkan.
Ucapan itu membuat kening Tuan Antoni berkerut, kemudian ia menyetujui seakan patuh.
Maura yang sebenernya keberatan, akhirnya menerima karenasang Ayah.
***
Singkat cerita. Maura ikut bergabung di kemeriahan pesta, sepulang kedua orangtuanya.
Malam itu, Tuan Antoni yang selalu berhati-hati meninggalkan salah seorang pengawal untuknya secara diam-diam.
Danny membawa Maura masuk ke dalam ruangan yang lebih dalam. Di sana ada beberapa perempuan cantik menunggu.
Danny baru saja menjatuhkan diri ke sofa empuk sudut ruangan. Beberapa dari mereka langsung berkerumun.
Pemuda itu hanya melambaikan tangan, tetapi dua orang gadis sudah langsung duduk di pangkuannya. Beberapa lainnya menyuapkan makanan, bahkan ada pula yang sengaja menuangkan minuman.
Maura yang tidak tertarik hanya berusaha mengamati, lalu ia melangkah menjauh.
Ada debaran tak biasa yang gadis itu rasakan. Rasa aneh yang menjalar ke sekujur tubuhnya.
Entah mengapa, tiba-tiba ia merasa sedih. Sedih luar biasa.
Di waktu itulah beberapa orang terlihat menerobos masuk dan menyerang. Danny menyadarinya.
Ia melihat salah seorang pria bertopeng, menyerang dan langsung ingin menggapai tubuh Maura.
Beberapa orang lagi melepaskan tembakan. Suasana seketika berubah kacau dan riuh.
Danny bergerak cepat, berlari sekuat tenaga dan menarik Maura hingga berada dalam dekapannya.
DOR!
Suara tembakan terdengar memekakkan telinga. Maura dan Danny terjatuh, dengan posisi Danny berada di atas tubuh Maura.
Napas mereka terengah-engah.
"Dalam hitungan ke-tiga, cepat bergerak," ucap Danny memberikan aba-aba.
Maura masih terpaku menatapnya sejenak, lalu ia mengangguk setuju.
Suara tembakan masih berlangsung. Danny menarik tembak yang semula berada di pinggangnya. Lalu mengarahkan ke beberapa orang yang sengaja mengacaukan pesta ulang tahunnya.
"Satu, dua, tiga ... lari!" teriak Danny.
Lalu ia terus menembak sambil melindungi Maura. Dari arah lainnya, sang bodyguard Maura terus menembak juga kepada siapapun yang akan menyerangnya.
Keduanya berhasil lolos, lalu Maura berlari ke belakang. Di sana sudah ada mobil sport menunggunya.
"Masuk," aja Danny seraya menarik lengan Maura setengah memaksa.
'Kau, sebenarnya pria seperti apa, Danny. Begitu banyak di kelilingi perempuan. Dan memiliki musuh tak terduga.' Batin Maura menatapnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments