Bianca menatap ke luar jendela gedung rumah sakit. Hujan membasahi seluruh kota. Membuat Bianca yang berniat untuk keluar saat jam istirahat tiba pun harus dibatalkan. Bianca hanya bisa diam di lantai empat sembari meminum susu kotak.
Tidak lama Bianca mengalihkan pandangannya ke arah samping kanan saat mendengar ada suara langkah kaki. Sebelumnya ia berpikir bahwa suara langkah kaki itu milik orang yang bertugas membersihkan gedung rumah sakit. Namun ternyata tidak. Itu adalah Flora Aurora. Sahabatnya semenjak masih berkuliah. Dan kini mereka bekerja di rumah sakit yang sama.
"Kenapa kamu berlari? Apakah ada pasien kritis?" tanya Bianca menghadap ke arah Flora.
"Tidak," ujar Flora mengatur nafas saat sudah berada di hadapan Bianca.
"Aku ingin mengucapkan selamat atas pernikahanmu. Aku juga ingin minta maaf karena aku tidak bisa datang kemarin. Adikku akan mendaftar ke universitas besok. Jadi aku kemarin fokus mengajari adikku supaya bisa lolos ujian tertulis," lanjut Flora saat nafasnya mulai stabil.
"Tenang saja. Lagipula adikmu lebih penting," jawab Bianca ramah.
Bianca selalu bersikap ramah dengan Flora. Walau Flora berasal dari keluarga serba kekurangan, Bianca tidak pernah mempermasalahkan itu. Karena selama ini, Flora benar-benar menjadi temannya bukan untuk memanfaatkan uang serta nama keluarga Bianca. Flora adalah orang yang tulus. Dan semua itu bisa dilihat dari Flora yang selalu membayar seluruh makanan Bianca saat mereka sedang makan di luar.
"Jadi, kapan aku bisa bertemu dengan suamimu? Aku dengar dia seorang dosen," tanya Flora.
"Kenapa kamu ingin bertemu dengannya? Kamu seperti orang yang tidak punya pekerjaan saja. Jika memang kamu memiliki waktu luang, kenapa kamu tidak membantu adikmu belajar lagi?" tanya Bianca balik.
"Kamu ini kenapa? Sahabatmu ingin bertemu dengan suamimu. Bukankah itu wajar karena aku tidak bisa datang ke acara pernikahanmu?"
"Tidak. Kamu tidak perlu bertemu dengannya."
"Kenapa? Apakah dia bukan orang baik? Apa kalian bertengkar?"
Ekspresi cemas yang terpampang di wajah Flora membuat Bianca semakin enggan untuk menjelaskan keadaan yang ada pada sahabatnya itu. Karena jika sampai Flora tau akan keadaan yang sebenarnya, maka Flora pasti akan memikirkannya sepanjang hari dan tidak bisa fokus pada pekerjaannya.
"Benar katamu. Dia dosen. Dia sangat sibuk. Terlebih lagi dia juga membantu ayahku untuk memimpin perusahaan. Akan sangat sulit jika harus mengatur jadwal pertemuan kalian," jawab Bianca setelah berpikir keras.
"Apa dia orang yang baik? Apa kamu bahagia dengannya?" tanya Flora menatap manik mata Bianca.
"Sebenarnya apa yang kamu khawatirkan? Jika dia bukan orang yang baik, aku tidak mungkin menikah dengannya. Dan tidak mungkin juga ayahku akan mengizinkannya memimpin perusahaan keluargaku jika dia bukan orang bertanggungjawab."
"Aku sebenarnya cukup khawatir dengan kondisimu. Kamu bahkan tidak pernah bercerita kalau kamu sedang berpacaran. Tiba-tiba saja aku diberitahu kalau kamu akan menikah. Aku takut jika ada sesuatu yang buruk terjadi."
"Jangan terlalu dipikirkan. Lagipula dia bukan berasal dari keluarga kaya. Jadi tidak ada pernikahan politik di antara kami."
"Oh, begitu."
Flora bisa sedikit tenang saat ini. Walau Flora belum bisa melihat dan menilai dengan mata kepalanya sendiri, mendengar cerita Bianca membuat Flora bisa sedikit mempercayai laki-laki yang telah menikah dengan sahabatnya itu.
"Adikmu akan melanjutkan pendidikannya di universitas mana?" tanya Bianca mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
"Dia ingin mencoba jalur beasiswa di Universitas Mith," jawab Flora.
"Universitas Mith? Kalau begitu, berikan saja nomor pesertanya padaku. Aku akan meminta orang untuk meluluskannya."
"Tidak. Jangan. Aku tidak mau merepotkan mu. Lagipula dia juga ingin berusaha dengan kemampuannya sendiri. Jika kamu membantunya, dia mungkin akan merubah pilihannya."
"Benarkah? Kalau begitu, terserah."
Flora benar-benar tidak memanfaatkan kelebihan Bianca. Flora dan adiknya berasal dari keluarga menengah ke bawah. Biaya untuk bisa berkuliah di Universitas Mith sangatlah mahal. Kalaupun menggunakan jalur beasiswa, maka akan tetap ada beberapa yang harus dibayarkan. Dan bisa lolos di jalur beasiswa sangatlah sulit. Mengingat setiap tahunnya ada lebih dari seribu siswa yang mencoba mendaftar melalui jalur itu. Sehingga persaingannya sangatlah ketat.
"Jadi, jika memang adikku lulus, aku ingin mengajakmu makan malam bersama denganmu dan suamimu. Aku yang akan membayarnya," ujar Flora memegang kedua tangan Bianca.
"Perayaan? Kenapa kamu tidak menyimpan uangmu saja?" tanya Bianca malas menghadiri acara seperti itu.
"Bagaimana mungkin aku menyimpan uangku saat adikku saja lulus ujian seleksi dari universitas terkenal? Ini hanya akan terjadi sekali dalam seumur hidupku. Aku tidak mungkin diam begitu saja. 'Ya? Datanglah bersama suamimu."
"Malas sekali. Aku tidak berjanji. Karena aku juga tidak tau jadwal suamiku. Dia mungkin saja masih bekerja di tanggal yang kamu tentukan."
"Tenang saja. Acara perayaannya akan menyesuaikan hari luang kalian."
Bianca menatap curiga Flora. Bianca sebelumnya berpikir bahwa acara itu memang untuk merayakan keberhasilan adik Flora. Namun ternyata ada rencana lain. Flora ingin bertemu dan berbicara langsung dengan Aether.
Bianca tidak memiliki masalah jika Flora bertemu dengan Aether. Karena mau bagaimanapun juga hubungannya dengan laki-laki itu akan berakhir dengan perpisahan. Itulah kesepakatan yang ada. Jadi jika memang Aether jatuh hati pada Flora, maka itu bukanlah urusannya.
Pandangan Bianca teralihkan saat ada seorang laki-laki muda menggunakan jas dokter berjalan di belakang Flora menuju ke arah persimpangan koridor. Dan Flora tidak sengaja juga melihat keberadaan laki-laki itu.
"Oh, dia dokter baru. Namanya Nichol Truft. Dia spesialis jantung dan pembuluh darah," jelas Flora mengetahui sedikit latar belakang laki-laki itu.
"Kapan dia datang?" tanya Bianca kembali menatap Flora.
"Kemarin. Kamu tidak mengetahuinya karena kamu menikah. Aku rasa, dia akan menyapamu nanti sepulang kerja. Atau beberapa hari ke depan mungkin?"
"Aku harap dia tidak datang padaku. Membosankan sekali berkenalan dengan orang yang bahkan tidak akan bersamamu sampai tua."
"Hmm. Aku rasa tidak masalah jika memang berkenalan. Lagipula kamu dan suamimu bisa menikah karena saling berkenalan di awal pertemuan bukan? Kita tidak tau bagaimana akhir hubungan kita dengan orang lain jika tidak dimulai dari pertemanan bukan?"
Bianca tersenyum kecil. Perkenalan antara dirinya dan Aether tidak berjalan baik. Mereka dipertemukan tanpa sepengetahuan mereka. Dan dipaksa untuk menjalani pernikahan beberapa bulan setelahnya.
"Berkenalan lah dengannya. Kamu belum menikahkan? Aku rasa, wajahnya tidak terlalu buruk," ujar Bianca.
"Entah apa yang kamu katakan. Sudah jelas-jelas adikku baru saja ingin masuk universitas. Dan sekarang kamu menyuruhku menikah. Jika aku menikah nanti dan ikut bersamanya, tidak akan ada yang menjaga adikku," tolak Flora.
"Adikmu sudah besar. Tidak perlu dijaga."
"Tetap saja aku akan menjaganya. Aku kakaknya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
SimplyTheBest
Bagus banget deh, bikin nagih!
2025-05-13
0