TANTE VIVIANNA

TANTE VIVIANNA

Bab 1

“Kalau kamu butuh apa pun, kamu bisa hubungi saya.” Tante Vivianna menyerahkan ponselku yang sudah dimasukkan nomornya.

Aku tak mengerti…

Dia tidak ada hubungan darah denganku, dia hanya seseorang yang dicurigai sebagai selingkuhan ayahku, tapi akhirnya bukti-bukti yang ada mengatakan sebaliknya. Dia tak terlibat. Hanya karena kecantikannya, status jandanya, dan gaya hidupnya yang glamor, ia dicemburui banyak wanita termasuk ibuku.

“I promised to your Dad, if something happens, saya akan take care kamu.” logatnya campuran Indonesia Inggris. Tapi wajahnya ini… aku baru kali ini menjumpai wanita dengan paras seunik ini.

Dia tinggi, pinggangnya ramping, dadanya membusung seakan sedari kecil diajarkan cara duduk tegak disangga kayu di punggungnya. Dan wajahnya ini, antara chinese tapi ke arab-arab-an. Yang jelas sangat mencolok diantara kami yang pribumi ini

“Kita masih saudara jauh. kalau dirunut ya kamu itu masih keponakan saya jatuhnya.” kata Tante Vivianna lagi.

Kalau kupikir-pikir, disebut keponakan pun ya masih jauh juga hubungan kekerabatannya. Ayahku memiliki adik, kusebut saja Si Om, Dan si Om ini memiliki sepupu. Tante Vivianna ini adalah istri dari si sepupu itu. Namun suaminya sudah meninggal dan Tante akhirnya mengambil alih semua bisnis usaha suaminya sampai sebesar sekarang. Karena hubungan kekeluargaan yang baik, dulu Tante Vivianna dan ayahku pernah berbisnis bersama, mereka bekerjasama untuk pengadaan barang. Dan ibuku cemburu karena mereka sering Dinas keluar negeri untuk melobi berhari-hari bahkan bisa sebulan lebih keliling dunia.

Bisa dibilang, Tante Vivianna bahkan lebih mengenal ayahku dibanding ibuku.

Setelah tuduhan itu, Tante Vivianna kabarnya memutus semua kontrak dengan ayahku, dan membayar dendanya, dan akhirnya dia menghilang.

Dia baru muncul lagi hari ini.

Di Hari pemakaman ayah dan ibuku.

Yang bunuh diri karena bangkrut.

Aku mungkin juga akan menyusul mereka kalau saja aku makan sate itu. Kala itu CCTV di rumahku juga aktif, semua bukti forensik valid.

Kalau mereka berdua bunuh diri, meminum Arsenik.

Lalu mereka membubuhkan arsenik juga di sate di meja makan, agar termakan olehku saat aku pulang sekolah.

Waktu itu, Kalau Bahar tidak menelpon ku mengajakku nongkrong makan somay di depan warung madura sambil ngomongin rencana kami camping di Pangrango, mungkin aku sudah makan sate itu.

Saat ini aku bahkan dalam keadaan shock.

Bahar masih terisak-isak di sebelahku, dia juga shock.

Sudah dua hari kami terbengong-bengong tak mampu ngapa-ngapain.

Kami berdua menemukan orang tuaku tidur berdampingan di atas kasur mereka dalam keadaan sudah memucat.

tangannya belum berhenti gemetar.

Aku sendiri seperti tak mampu menggerakkan tubuhku. Lemas sekali rasanya. Rasanya aku sangat lumpuh. Tak kuasa menggerakkan tubuhku. Aku tak percaya semua ini terjadi.

Padahal…

Padahal ibu masih tersenyum padaku saat aku pamit berangkat sekolah di pagi harinya.

Aku sudah bilang padanya kalau aku akan ambil kuliah di Semarang saja, sesuai dengan penerimaan PTN dari SNBT. Untuk biaya Kos aku akan sambil bekerja. Orang tua Bahar bersedia merekrutku sebagai penjaga kasir di minimarket franschise mereka di Semarang.

Ayahku bahkan memelukku sambil mengelus kepalaku, “Jangan merepotkan orang lain ya Den. Ayah dan ibumu saja yang kau merepotkan karena kamu kan tanggung jawab kami.”

“Justru sekarang, seharusnya aku sudah bisa merawat Ayah dan Ibu.” sahutku menanggapi ucapannya. Aku anak tunggalnya, satu-satunya pula. Dan aku mengerti mereka dalam keadaan Bangkrut. Aku akan sedikit-sedikit meningkatkan taraf hidup keluargaku. Mungkin tak akan sampai menyamai kedudukan ayahku dulu, tapi setidaknya walaupun sedikit, aku akan berusaha mencukupi kebutuhan mereka.

Kalau kata Agamaku, Berbuat Baiklah ke kedua Orang Tuamu.

Bukan ‘bahagiakan’.

Karena kita semua tahu, banyak manusia yang memiliki watak sulit dibahagiakan. Banyak manusia yang serakah dan ingin lebih padahal yang mereka butuhkan sudah terpenuhi.

Jadi aku ingin berbuat baik sebanyak-banyaknya ke kedua orang tuaku.

Dan urusan cari pacar… belum ada di kamusku.

Kasihan pacarku nanti tak dapat perhatian karena waktuku akan tersita untuk bekerja dan untuk kedua ortuku.

Kini… mereka sudah tiada.

impianku musnah dalam sekejab.

Dan Tante Vivianna ini muncul dengan mobil mewahnya, gaun hitam-hitam dengan sepatu hak tinggi yang mentereng, rambut megar-megar dan bibir semerah apel. Menatap keranda jenazah ayah ibuku dengan sinis, lalu menghampiriku.

Memberikan nomornya padaku.

Kepergian Tante Vivianna sontak membuat heboh semua saudaraku.

“Untuk apa dia datang? Dasar pelakor!!”

“Yah setidaknya kalau datang tuh doa yang bagus, maaf-maafan, lah ini malah petantang-petenteng. Sudah Dennis, tak usah kau pedulikan dia! Bawa sial tuh perempuan.”

“Terasa nggak, sejak dia pergi, keluarga Doni tuh kayak ketimpa musibah terus. Kayaknya Vivianna ngirim dukun deh karena sakit hati.”

dan banyak omongan lain.

Doni ayahku, memang kerap bertengkar dengan ibuku masalah Tante Vivianna ini. Aku sih tidak tahu duduk perkaranya, tapi ibuku memang selalu sensitif kalau ada yang berkaitan dengan Tante Vivianna. Bahkan melihat bekas kontrak kerja saat ayahku masih menjalin kerjasama bisnis saja Ibuku bisa ngamuk.

Kalau melihat ig atau Tiktok yang konten kreatornya mirip dengan Tante Vivianna, ibuku suka julid sambil bilang “Nih mirip banget sama ani-ani mu! Tak usah kau bela dia, udah jelas kalian sering sehotel bareng kok!’

Dan ayahku hanya berbisik di dekat telingaku, “Kan duit hasil bisnis juga dinikmati ibumu, kalau tidak berbisnis dengan Vivianna mana mungkin rumah sebesar ini kebeli.” gumam ayahku sambil tetap mengetik.

Dari situ aku tahu, mereka ini menjalin hubungan profesional. Dan justru Tante Vivianna membantu ayahku.

karena kuakui, ayahku ini… sebenarnya kurang jujur dalam bisnisnya. Ia cenderung ceroboh menjalin kontrak, mau saja ditipu mafia dengan iming-iming investasi bodong, senantiasa memakai fasilitas perusahaan untuk tujuan pribadi seperti beli mobil dan properti. Tante Vivianna mungkin tahu tapi karena hubungan saudara jadi ia membiarkan.

Setelah memakamkan ayah ibuku, Bahar mendekatiku sambil bilang : “Kutemani kau saja ya? Aku menginap.”

Aku menatapnya sambil menggeleng, “Justru… aku yang ingin menginap di rumahmu.”

“Ini rumahmu, bodoh. Masa kau takut.” ia mengeplak kepalaku.

“Aku tidak sehebat itu.” aku menoleh ke arah kamar orang tuaku yang masih dihalangi garis polisi.

Bahkan meja makanku masih diberi garis kuning, tempat sate itu masih tersaji di atas sana. Beberapa polisi masih mondar mandir di sekitarku, mereka mengawasi gerak gerikku sambil mengumpulkan dokumentasi. Walau pun kematian ayah ibuku sudah ditetapkan sebagai kasus penghilangan nyawa secara sendiri.

Entah bagaimana awalnya, kurasa aku terbayang posisi ayah ibuku saat mereka kutemukan.

Dan seketika, aku seperti sesak nafas.

Aku sudah memerintah otakku untuk ‘ayo bernafas, ayo sabar, tenang, semua akan berlalu, badai kan biasanya berhenti’ tapi tubuhku tetap kaku.

Malah sekarang gemetaran karena aku tak bisa bernafas.

Rasanya pandanganku mulai buram.

Gerakanku tak terkendali.

Aku tahu, aku kejang, tapi tak bisa kukendalikan.

Tubuhku seperti tidak menurut ke perintahku.

Aku mendengar suara teriakan, memanggil namaku.

Suara banyak orang.

Ya Tuhan… jangan sekarang.

Aku masih muda, masih banyak yang ingin kulakukan.

Aku pasti akan mati sebentar lagi kan?

Dan saat itu, di pandanganku yang sudah mulai tidak fokus, sosok itu datang.

Dia berpakaian casual, dress putih dengan jaket coklat. Rambutnya yang dicat coklat tergerai lembut di bahunya.

Bibirnya… Seperti tampilan tadi pagi, merah merona. Dan mata tegasnya memandangku dengan tajam.

Parfum…

Parfum wangi mawar.

Mulai menyelimuti tubuhku.

“Tenang Dennis… ada saya sekarang.” Bisiknya di telingaku.

Aku memejamkan mataku.

Tante Vivianna di dekatku.

Keharuman tubuhnya menghipnotisku untuk mengalihkan pikiranku dari suramnya hari-hariku seminggu ini.

Ada dia sekarang…

Aku aman.

Terpopuler

Comments

S𝟎➜ѵїёяяа

S𝟎➜ѵїёяяа

Yap betul
definisi bahagia tiap orang berbeda beda.
ada yg bahagia ketika kumpul keluarga, lihat anak istrinya org tuanya sehat rukun hidup damai makan cukup gk kekurangan apapun.
ada yg bahagia nya liat orang lain menderita , gk bisa damai dia klo gk ada huru hara disekitar hidupnya.
ada yg bergelimang harta , punya suami sukses , anak yg pintar , tapi selalu butuh validasi dari org lain, butuh diakui klo dia sukses , klo dia cantik, klo dia bahagia... bahagia nya adalah validasi dari org lain...🤷‍♀️💆‍♀️

2025-05-11

5

Indah

Indah

Masih memantau....
Karya baru lg dari author kesayangan
Kejutan cerita apa lg yg di suguhkan??!!!

2025-05-11

1

Min Yoon-gi💜💜ᴅ͜͡ ๓

Min Yoon-gi💜💜ᴅ͜͡ ๓

aku rasa bukan bunuh diri. masak bunuh diri ngajak2 istrinya. misterius ini. wahhh novel orang pertama🤭 semangat madam. kl inget nama Denis. inget sopo Jarwo🤣 denis takut ditt

2025-05-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!